10. DEVIL BROTHER

18K 828 42
                                    

James menggeram kesal jam sudah menunjukkan pukul 2 subuh Ia berjalan ke dapur dan tidak mendapat apapun di meja makan bahkan Mommy nya sekarang tidak ada di mansion itu karena menemani Romy ke Turki untuk urusan bisnis dan sialnya selama ini Mommynya memang sengaja tidak memperkejakan seorang Maid.

James menjauh dari meja makan dan tersenyum licik sebelum memasuki kamar Jessica, Ia mengerjapkan matanya memperhatikan kamar gadis itu dapat ia simpulkan kamar Jessica kamar terjelek yang pernah ia lihat.

Bagaimana tidak di setiap dinding terdapat gambar kartun berwarna biru memiliki kantong besar di depan kartun itu.
Bocah pikir James.

Mata tajamnya menatap seseorang yang masih setia dengan selimut tebalnya.

Dasar pemalas

Dengan langkah pelan James mendekati Jessica, menendang ujung kakinya.

"Hei bangun kau harus memasak makan malam"James menyergit Jessica tidak bergerak sama sekali.

Apakah dia mati?

Dengan sekali sentakan james membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh gadis itu. Tapi tidak ada tanda-tanda dia akan bangun.

"Hei bangun pemalas Kau tinggal di rumah ini tidak gratis"

James mencoba menggoyangkan lengan Jessica netranya melebar saat kulitnya bersentuhan dengan kulit putih Jessica.

James memegang dahi gadis itu, panas.

Apa karna aku tadi meninggalkannya di tengah hujan?

Iya, James tidak membiarkan Jessica pulang dengan Brandon namun setelah setengah jalan pria itu malah meninggalkan Jessica di tengah derasnya hujan.

"Hei bangun, kau sakit"

Jessica meringis pelan saat tangan James kembali menyentuh kulitnya.

Jessica menggigil James kembali mengambil selimut besar yang berada di samping Jessica lalu membungkus tubuh kurus gadis itu.

James memejamkan matanya sadar seharusnya ia tidak perlu repot-repot khawatir pada gadis itu tapi di satu sisi ia merasa bersalah saat Jessica sakit dan penyebabnya adalah dia.

Setelah lama berperang dengan egonya akhirnya James menyerah, Setengah berlari ia mengambil baskom berisi air hangat lalu kembali ke kamar.

Setelah menyimpan handuk kecil di dahi Jessica, James meninggalkan Jessica.

"Aku tidak peduli dia sakit bukankah itu baik? Kalau dia meninggal, dendam ku terbalaskan" ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu.

10 menit

20 menit

30 menit berlalu, tapi mata james tidak bisa terpejam.

Pikirannya hanya tertuju pada Jessica.

Lagi-lagi James berperang dengan egonya ia memutuskan menghubungi Bian Dokter Serta sahabatnya.

"Bisakah kau tidak menganggu ku?" Terdengar suara lelahnya di seberang sana tapi James tidak peduli ia takut Jessica kenapa-napa katakan lah dia munafik tapi entah kenapa perasaan James benar benar tidak tenang.

"Adik ku sakit"

Bian menghela nafas panjang.
"Lalu?"

"Kau harus ke sini"

"Hei sekarang pukul 3 pagi apa kau gila? Ini waktunya istirahat dude" keluh Bian.

"Tapi dia panas sangat panas Bian" tidak ingin berdebat James memelankan suaranya.

"Kau sudah memberikan ia obat?"

James tersadar, ya dia belum memberikan obat pada Jessica.

"Belum"

"Kau sudah mengompres nya?"

"Sudah, tapi sepertinya panasnya belum turun" suara datar James tidak dapat menipu Bian pria itu sedang khawatir, Seulas senyum muncul di ujung bibir dokter muda itu.

"Begini saja, kau coba lakukan metode skin to skin"

Mata James menyipit
"Apa kau gila? Dia adik ku bukan anak ku"

Bian tertawa kecil, ia yakin saat ini wajah James pasti terlihat lucu.

"Lalu? Memangnya kenapa jika Jessica adik mu? Bukankah kalian saudara Tak apa brother, ini untuk kebaikan Jessica, Kecuali jika kau memiliki maksud sendi-"

"Tutup mulut rongsokan mu brengsek, itu hanya di lakukan untuk bayi Jessica bukan bayi bodoh dia orang dewasa"

James langsung memotong ucapan Bian, bisa-bisanya pria bodoh itu bercanda di saat seperti ini.

"Coba saja, siapa tau itu akan membantu apa kau belum pernah mendengar, Demam seseorang akan turun jika ia menularkannya pada orang lain Sudah dulu, aku ingin tidur Selamat mencoba brother"

Terdengar tawa Bian di balik telpon sebelum telponnya terputus.

James berjalan memasuki kamar Jessica, gadis itu masih menggigil dan panasnya belum turun.
Handuk yang tadinya James simpan di dahinya kini telah berpindah ke bantal.

Tiba-tiba ucapan Bian terlintas di pikiran James.

Pria itu menggelengkan kepalanya ia akan berusaha menurunkan panas Jessica tanpa menggunakan metode gila itu.

"Bangun" James menggoyangkan lengan Jessica.

"Minum" ucapnya dingin saat melihat gadis itu membuka matanya.

Dengan patuh Jessica duduk
Meraih obat yang di berikan James dan meminumnya lalu kembali membungkus selimut tebal itu di tubuhnya hingga Gadis itu tertidur namun badannya masih sangat panas.

James melirik Jam yang berada di nakas.

04:21

James mendengus kesal membuka satu persatu kancing bajunya dan melepaskan pakaiannya kecuali celana pendek yang masih membungkus adiknya yang sedari tadi menegang. Demi tuhan, ia pria normal dan Jessica bukan anak-anak lagi lekukan tubuhnya terlihat jelas terlebih lagi saat ini ia memakai baju tipis dengan tali kecil menggantung di kedua pundak putihnya.

Setelah menanggalkan pakaian Jessica, James meraih gadis itu ke pelukannya berharap usul Bian benar membantu menurunkan panas gadis itu.

James menggeram pelan kulit mereka bersentuhan tanpa di halangi oleh kain, Dan apa ini? Jessica semakin mencari posisi nyaman dengan mengeratkan pelukannya dan kepala gadis itu dengan tidak sopannya berada di celuk leher James Oh demi tuhan James kesakitan.

James menggeram pelan kulit mereka bersentuhan tanpa di halangi oleh kain, Dan apa ini? Jessica semakin mencari posisi nyaman dengan mengeratkan pelukannya dan kepala gadis itu dengan tidak sopannya berada di celuk leher James Oh demi tuhan James ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

James meraih selimut lalu membungkus tubuh mereka berharap siksaan itu akan segera berakhir.

.
.
.
.
.
.
.
.
TINGGALKAN JEJAK😍 JANGAN LUPA VOTE DAN SPAM KOMEN

Devil BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang