53. Komitmen?

278 18 1
                                    

"Key," panggil Adit.

Saat Key baru saja sampai di sekolah dan selesai memarkirkan mobilnya Adit menghampirinya dan menarik lengannya menuju kelas Key yang masih sepi.

"Kenapa?" tanya Key. Dia duduk di kursinya sedangkan Adit duduk di kursi Tia yang berada di depan Key.

"Semalam gue chat lo kenapa enggak dibalas, hmm?"

Adit mempertanyakan persoalan chatnya yang tak kunjung dibalas oleh Key, padahal Adit sudah rela begadang demi menunggu balasan chat dari Key.

"Emang ada ya kak? keknya Key enggak liat, bentar."
Key merogoh tasnya mencari keberadaan ponselnya yang sepertinya dia tidak hidup kan dari semalam.

"Oh mati, semalam dicas karena lowbat jadi pas penuh enggak diidupin lagi, hehe."

Adit menghembuskan nafasnya dan tanpa dia sadari tangan kirinya mengelus rambut Key.

"Ya udah gue balik dulu ke kelas, lo belajar benar-benar ya," pesan Adit.

Key mengangguk. Setelah Adit pergi Key mulai membuka pesan yang dikirim oleh Adit.
Ternyata bukan cuma chat saja panggilan dan Video Call juga.

Key mulai membaca dari atas semua pesan yang dikirim oleh Adit. Sampai-sampai dia tidak sadar jika sahabat-sahabatnya sudah memperhatikan sejak tadi di depan pintu.

"Key pagi-pagi udah kesambet, setan apa lagi yang masuk ya," ucap Tia.

"Hus, sembarangan mulut lo, udah-udah kita samperin aja yuk," putus Della. Mereka bertiga pun menghampiri Key.

"Kesambet tante kun lo Key? pagi-pagi udah senyam-senyum sendiri mana kelas masih sepi lagi."

"Enggak, lagi senang aja," jawab Key. Della, Eva serta Tia menatap Key curiga.

"Jangan-jangan lo udah jadian lagi sama kak Adit iya kan?" tebak Della. Key tak menjawab dan hanya melemparkan sebuah senyum manis kepada ketiga sahabatnya.

"Wah-wah lo mesti traktir kita pokoknya, enggak mau tau gue, istirahat harus makan gratis di kantin," ucap Tia.

"Ih enggak tau."

"Hadeh, kasihan banget sih Key digantung mulu sama babang Adit," ejek Tia.

"Aduduh... temen gue ini kek nyindir dirinya sendiri," celetuk Della yang sengaja menyindir Tia.

Eva yang mendengar celetukan Della tertawa ngakak melihat nasip kedua sahabatanya dinistakan oleh Della.

"Udah-udah gue mau ke kantin dulu, laper heheh...," ucap Della yang pergi ke kantin meninggalkan Key, Eva dan Tia.

"Aa-a-aduh perut gue sakit banget ni, pasti gara-gara tadi sarapan geprek, aduh sakit banget," keluh Eva sambil memegang perutnya yang amat sakit itu.

"Lo kenapa Va?" tanya Tia yang sedang memperbaiki riasan wajahnya.

"Perut gue sakit banget ni, mau boker, anterin gue yuk Ti, sakit banget sumpah enggak nahan lagi."

"Siapa suruh lo makan cabe, orang itu banyakin ayamnya bukan cabenya kan jadi gini, hadeh ayo cepatan." Karena kasihan Tia pun dengan ikhlas mengantarkan Eva ke toilet dan mungkin akan menunggu sampai Eva selesai boker.

Tinggal Key di kelas, karena bosan Key membuka aplikasi oren di ponselnya dan memilih beberapa cerita novel mana ada akan dia baca saat ini, saat asik memilih tiba-tiba muncul notifikasi dari seseorang yang Key kenal. Padahal belum satu jam mereka bertemu.

Key membukan pesan dari Adit berupa gambar.

Send pictures

Key membukan pesan gambar yang dikirim oleh Adit dan membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Key membukan pesan gambar yang dikirim oleh Adit dan membacanya. Syok. Itu yang pertama Key rasakan, bagaimana bisa dia mendapatkan surat tanpa persetujuan dia. Karena merasa tidak terima dia tidak dilibatkan dalam surat yang Adit bikin Key pun langsung menelponnya.

"Halo!" seru Key.

"Kenapa sih pagi-pagi udah ngegas, hmm?"

"Maksud kakak kirim gambar surat itu apa? kenapa kakak enggak tanya dulu aku mau apa enggak? kenapa kakak bikin tanpa persetujuan aku, terus tu kenapa aku enggak boleh nolak?" Cerca Key dengan banyak pertanyaan pada Adit.

Adit di seberang sana malah tertawa dan malah menganggap marahnya Key seperti lelucon baginya.

"Ihh, Enggak lucu kak!"

"Sabar dong cantik. Keydita Andrea Dirgantara gue tau kok kalo lo itu udah besar dan lo bisa baca, pasti paham dong maksud gue di surat nomor tiga itu. Jadi jangan banyak tanya oke, tenang aja surat itu sewaktu-waktu akan berubah. Paham kan cantik, udah dulu ya gue mau belajar udah ada guru, bay cantik."

Adit memutuskan telepon secara sepihak menghindari pertanyaan-pertanyaan yang akan Key terus berikan padanya.

"Aa-aa-apa, argh rese banget sih es kutub ini. Seenaknya aja, apa-apaan coba komitmen tapi tanpa persetujuan dari pihak yang satunya. Mana ada komitmen tapi hanya persetujuan dari satu pihak, pokoknya gue harus minta kejelasan nanti."
Key memasukan ponselnya ke dalam tas sudah tak ada niat untuk membaca novel
Dia kesal dengan Adit yang aneh itu, terkadang dia baik tapi terkadang juga cuek.

"Nih." Putra meletakan kotak susu rasa coklat kesukaan Key di atas mejanya Key lalu dia pun berlalu menuju kursinya. Key menatap Putra lalu kotak susu kesukaannya secara bergantian.

Putra tau meskipun hubungannya dan Key tidak bisa seperti dulu tapi apa salahnya jika dia dan Key menjadi teman. Dan kotak susu itu dia berikan hanya sebagai teman saja, meskipun dia tak yakin Key menerima itu karena Key sangat membencinya. Tapi apa yang dia lihat, Key menerima itu dan mengucapkan terimakasih padanya.

"Tahan Key, lo minum susu ini anggap aja sebagai pembangkit mood lo yang lagi enggak bagus ini oke, bukan karena lo udah maafin Putra, entar dia kegeeran lagi," batin Key.

Kelas pun mulai ramai, mereka tau jika guru pagi ini suka telat maka dari itu kebanyakan mereka datang terlambat dan dengan santai memasuki kelas. Kelas seni budaya pagi ini akan mengambil nilai Tari, meskipun Key tidak terlalu suka menari dan masih kaku, mau tidak mau dia harus melakukan itu jika tidak nilainya akan kosong.

"Key lo mau nari apa?" Eva bertanya pada Key dengan berbisik karena sebentar lagi giliran Key untuk maju dan menunjukan Tarianya.

"Burung merak, cuma gue enggak hapal-hapal banget gimana dong, kaku ni," Key mengeluh pada Eva karena dia benar-benar tidak bisa menari sama sekali.

"Enggak apa-apa gue juga enggak bisa Key, setidaknya kita ada nilai dari pada enggak ada sama sekali kan?" Jika dipikir-pikir perkataan Eva ada benarnya juga lebih baik nilai rendah karena sudah mencoba dari pada tidak sama sekali.

"Keydita Andrea Dirgantara, silahkan maju." Nama key telah disebutkan dan sekarang lah gilirannya untuk memperlihatkan tariannya, sebelum itu dia menarik napas panjang-panjang dan menebalkan mukanya terlebih dahulu.

Senior Dingin (Sending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang