3

12.4K 1.3K 28
                                    

"nyonya, tuan pulang dalam keadaan mabuk, manggil nyonya terus."

Seketika punggung Naya menegang lagi. Tuhan apa lagi ini?

Naya membuka pintu kamar nya, memperhatikan dua orang lelaki yang kini duduk di ruang tengah.

"Ibu bos, ini pak bos mabuk berat. Titip ya," ucap pria yang Naya tak tahu nama nya.

Ah jangan lupakan ekspresi cengengesan nya. Apa ada yang lucu di ruangan ini?

"Ah ya nama saya Lucas Bu bos, sekretaris nya Jeno."

Lucas memberikan tangan nya.
Naya belum sempat membalas jabatan tangan Lucas, tangan Jeno sudah menghempas tangan Lucas.

"Gausah caper!" seru nya.

Sontak Naya menoleh,

"Tinggalin aja Lucas, biar saya yang urus."

Lucas mengangguk, kemudian pergi.
Sekarang tinggallah Jeno dan Naya disana.

Jeno masih diam, Naya menatap nya sendu.
Seberat itu ya dijodohin sama dirinya, sampe-sampe Jeno mabuk kayak gini.

"Bibi buatin susu anget ya!"

"Iya nyonya," maid pun pergi ke dapur.

"Jen? Bisa bangun gak? Ke kamar yok?"

Jeno gak jawab sama sekali.

"Jeno? Jen? Ckk."

Akhirnya Naya ngalah, dia mapah Jeno.
Bau alkohol langsung menyapa Indra penciuman nya.
Dengan susah payah Naya akhir nya bisa membawa Jeno ke kamar nya.

Sempat melihat sekeliling, kamar Jeno di dominasi warna abu abu. Ah ada foto pernikahan mereka yang terpajang dengan ukuran besar di tembok samping lemari.

Gimana bisa Naya senyum sebaik itu, padahal palsu. Naya jadi heran sama dirinya sendiri.

Dilihat nya lagi mas Suami masih tidur gak berdaya.
Naya melepas jas, sepatu, beserta kaos kaki nya.

Memutuskan mengambil wash lap lalu membasuh sedikit tubuh Jeno.
Kasian, besok masih kerja soal nya.

Naya pergi ke toilet, membasahi wash lap nya dengan air hangat.

Menggulung lengan kemeja Jeno.
Iya, Naya cuma mau nyeka tangan sama wajah Jeno.
Dia gak siap tuh buka buka lebih.

"Segitu berat nya ya jen, sorry kalo aja gue nolak, gak bakal kayak gini."

Tatapan Naya menjadi begitu redup. Tangan nya menyibak rambut Jeno agar bisa menyeka wajah nya.

"Kalo lagi tidur gini ganteng ya," sebuah senyuman tersungging di bibir Naya.

Naya kemudian dengan telaten menyeka wajah, leher dan tangan Jeno.
Baru saja hendak bangkit. Tapi tangan nya malah ditahan.

"Gak usah pergi nay"

"Ya?" Tanya Naya canggung.

"Lo gak usah kemana mana!" Jeno malah menarik Naya dengan sekuat tenaga sampai sampai Naya tertidur disampingnya.

"Jen? Perlu sesuatu? Biar gue ambilin."

"No, gini aja."

"Engga Jen, lepas, gue mau balik ke kamar kalo gitu."

Perkataan Naya berhasil kembali menyulut emosi Jeno.
Apa dia baru saja ditolak?

Naya yang sadar cengkraman tangan Jeno menguat, hanya bisa meringis.

Apa ia salah bicara?
Heol, kenapa wajah Jeno semakin mendekat. Apa yang mau dilakukan Jeno?

Jangan! Naya belum siap untung hubungan suami-istri malam ini. Demi Tuhan.

Jeno mendekatkan bibir nya melumat bibir Naya. Tunggu Naya masih shock perlakuan apa ini?
Naya berusaha melawan, tapi sia sia. Tenaga Jeno jauh lebih besar meskipun dia mabuk.

"Jenhh engga gini" ringis Naya. Bibir nya luka.

"Besok besok gak usah cium lawan main Lo lagi"

Tangan Jeno menyentak kan kaos Naya. Apalagi ini Tuhan. Naya berusaha menahan tangan Jeno. Tapi itu sia sia saja.

"Jen, Lo mabuk Jen"

Jeno mulai memainkan nipple Naya dengan tangan nya sebelum kemudian meraup nya seperti bayi kehausan.

"Jenhh ini salah"

"Nay , just say you want me too"

"Jenhh gak gitu"

Jeno menyeringai tipis.

"Tubuh Lo mengkhianati pikiran Lo nay. Sorry gue gak bakal nahan diri lagi"

....

Jasmine terbangun badan nya sakit. Sialan. Dia kembali mengingat kejadian kemarin. Ah pria bejat disampingnya ini masih terlelap.

Naya memaksakan diri bangun, demi apapun bagian bawah nya sakit. Jeno bermain agak kasar.

Naya memungut pakaian nya berjalan keluar.

"Nyonya sarapan sudah siap," maid rumah memberi tahukan Naya.

"Oke, oh iya bi, jangan bangunin Jeno ya?"

"Iya nyonya."

Naya bergegas mandi , ah tidak. Dia mau berendam sebentar.
Otak nya kembali melayang mengingat kejadian tadi malam.

Pantes gak dia marah sama Jeno karena udah memaksa sepihak?
Tapi disisi lain dia istri nya Jeno, itu adalah nafkah batin yang emang hukum nya wajib.

Naya pengen nangis aja. Pengen ketemu Rere atau Echa.
Mana dia gak ada jadwal hari ini. Kebanyakan udah dikosongin sama Rere. Atas request Jeno.

....

Jeno terbangun, kepala nya pusing. Masih sisa kemarin di lihat nya jam menunjukkan pukul 8.

Tunggu, kenapa dia gak pake apa apa? Kemarin seingat nya ia terakhir bersama Lucas?
Jeno memejam kan matanya. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi.

Sial? Apa dia memperkosa Naya?
Tidak, Naya pasti marah besar.

Jeno bangkit. Tak ada siapa siapa.

"Bibi?"

"Iya tuan?"

"Naya dimana? Ada keluar rumah?"

"Tidak tuan. Abis dari kamar tuan, nyonya masuk ke kamar nya dan masih belum keluar."

"Nanti bawain aja sarapan nya Naya ke kamar. Kayak nya Naya gak enak badan Bi."

"Iya tuan."

Tapi belum apa apa Naya udah keluar kamar nya.

"Nay? You oke?"

"Gue kenapa? Gue baik kok," seru Naya.

Sangat terlihat jelas kalo Naya memberi jarak antara dirinya dan Jeno. Ada kecemasan yang terlihat disana.

"Bibi, sarapan saya bawa ke kamar aja ya!" Naya pun berlalu ke dalam kamar nya.

Jeno menatap kepergian Naya dengan helaan nafas kasar.

"Sial!"

Prankkkk

Sebuah gelas menjadi korban nya kali ini.




To be continue.

Ihh ini malem Minggu yaa..
Selamat malam Minggu semua nya.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang