🌸CHAPTER 28🌸

120 43 92
                                    

28. Pesan Anonim

"Kesalahan pertamaku adalah, saat kita punya kesempatan berdua yang aku ceritakan justru orang lain."

Meskipun Nana tahu bahwa Rescha adalah sosok yang paling menyebalkan, entah kenapa Nana selalu dipertemukan oleh lelaki itu ketika tengah menghadapi kesulitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun Nana tahu bahwa Rescha adalah sosok yang paling menyebalkan, entah kenapa Nana selalu dipertemukan oleh lelaki itu ketika tengah menghadapi kesulitan. "Tapi kalau diingat lagi, Rescha sebenarnya enggak se-ngeselin itu. Kalau boleh mendefinisikan, Rescha itu anak baik kok, bahkan aku pernah ketemu satu kali sama dia pas lagi ada masalah di rumah." Nana ingat betul waktu itu, mereka bertemu di kedai coffee dan Nana menumpahkan segala resah yang tengah ia alami.

Bahkan kejadian di perpustakaan pula Rescha tampak berbeda, lelaki itu tidak selalu bercanda. Ada waktu di mana lelaki itu bisa serius dengan kalimatnya. Sampai sekarang pun Nana masih bingung dengan perubahan Rescha yang bisa dibilang begitu tiba-tiba. Nana tahu bahwa Rescha suka marah ketika ia sembarangan bicara. Tapi lelaki itu tidak pernah sadar bahwa kata-katanya yang lelaki itu ucapkan sering menyakiti perasaannya. Itulah kenapa bagi Nana, Rescha adalah pengganggu ketika kehadirannya ada.

Lio hanya dia mendengarkan, ia tidak berniat untuk mengalihkan pembicaraan. Berkat Nana ia justru tahu bagaimana sikap Rescha yang sampai saat ini begitu jauh tidak tersentuh. Lio ingin tahu lebih banyak mengenai kehidupan Rescha ketika berada di luar sana, karena selama ini Lio sendiri menjadi orang yang tidak mengerti apa-apa ketika lelaki itu terluka. Setidaknya Lio ingin menjadi lebih berguna barang sebentar saja. Dalam waktu dekat ini Lio ingin berusaha untuk merengkuh Rescha sebagai adiknya.

"Rescha itu orang paling pintar di kelas, bahkan aku aja kalah sama dia. Aku nggak tahu kenapa dia bisa begitu berambisi buat jadi juara kelas. Nggak cuma itu aja, dia bahkan berusaha banget buat pertahanin nilai biar bisa jadi juara umum." Nana ingat bagaimana giatnya seorang Rescha dalam belajar. Lelaki itu seperti tidak mau kalah jika jiwa ambisi dalam diri lelaki itu sudah keluar. Rescha bisa sering pulang terlambat, singgah di perpustakaan barang sebentar hanya untuk mengulangi pelajaran yang tidak sempat lelaki itu mengerti.

Seperti yang barusan Nana bilang bahwa sikap Rescha selalu berubah tanpa tahu kapan dan dimana, itu terjadi begitu saja. Sesuai dengan suasana hati Rescha. Bukan hanya Nana saja yang bingung dengan perubahan sikap Rescha yang tiba-tiba, Anura bahkan selalu bertanya jika lelaki itu sudah terlihat tidak seperti biasanya.

Nana diam sebentar, lalu mengalihkan perhatian ke arah Lio yang kini hanya bungkam. Lalu Nana kembali melanjutkan pembicaraan. "Oh, iya. Dan setiap ada kegiatan sekolah yang diharuskan buat ngundang kedua orang tua, aku sendiri bahkan temen-temen sekelas nggak ada yang tahu yang mana orang tuanya Rescha," ucap Nana sembari menghela nafas panjang

Nana tidak tahu kenapa Lio begitu ingin mendengar ceritanya mengenai orang lain sampai begini, bahkan lelaki itu sama sekali tidak merasa terganggu dan justru malah menikmati. "Bahkan ketika pembagian raport aku juga nggak pernah lihat orang tuanya datang. Jadi setiap pengambilan raport Rescha selalu menghadap ke ruang guru, buat ngambil sendiri raportnya biasa juga diwakilin sama orang tua Rafa." Memang benar dari semua siswa di kelas Nana tidak ada yang tahu betul seperti apa wujud orang tua Rescha, entah bagaimana dengan Rafa apakah ia masuk dalam pengecualian atau tidak. Nana tidak pernah mencari tahu.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang