🌸 CHAPTER 36 🌸

89 40 59
                                    

36. Lio Hilang

"Jangan ajari aku bagaimana caranya sabar. Karena aku pernah menyukai seseorang meskipun tidak pernah diberikan kabar, lalu ia menghilang tidak ada yang tahu dimana ia sekarang."

Nana baru saja keluar dari kantin dengan membawa satu botol minuman di genggaman tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana baru saja keluar dari kantin dengan membawa satu botol minuman di genggaman tangan. Ia tengah mencari-cari keberadaan Febryan untuk menanyakan alasan kenapa Lio tidak datang, karena lagi-lagi lelaki itu hilang tanpa memberikan kabar. Mungkin saja jika ia bertanya pada Febryan ia akan mendapatkan jawaban, tapi ternyata itu tidak sesuai dengan apa yang Nana harapkan lelaki itu justru hanya diam lalu meninggalkan ia sendirian ketika Danica datang. Hal itu membuat Nana kebingungan dan berakhir dengan hembusan nafas panjang.

Saat di perjalanan ingin kembali ke kelas dengan pikiran yang bercabang karena banyak hal, ia justru dipertemukan dengan Arka yang tengah berdiri tepat di hadapan. Dengan keringat yang bercucuran sudah Nana tebak bahwa lelaki ini baru saja menyelesaikan pelajaran olahraga. Tentu sikap Arka yang tiba-tiba membuat Nana mengernyit heran, tanpa menunggu pertanyaan yang ingin ia keluarkan Arka langsung saja mengambil air minum yang ada di genggaman hingga tandas hal itu tentu berhasil membuat Nana menjadi kesal.

Melempar tatapan tidak suka kepada Arka yang kini tengah mengelap keringat yang berada dimana-mana. "Lo kenapa sih, ngeselin banget." Perasaan Nana sekarang sedang tidak bisa dikatakan baik-baik saja dan malah disuguhkan dengan sang mantan dan itu semakin merusak suasana yang ada. Nana sebenarnya tidak ingin marah-marah tapi jika berhadapan dengan Arka ia sendiri tidak yakin akan bisa. Bahkan hanya melihat wajah lelaki itu saja sudah mengundang amarah.

"Ya elah Ntan, minta dikit doang pelit amat." Melihat ekspresi Nana yang nampak tidak seperti biasa berhasil membuat Arka mengalihkan atensinya, lalu ia kembalikan botol minuman kepada Nana tapi justru yang ia dapatkan lirikan tajam. Lantas Arka tarik kembali botol kosong itu sambil menelan selivanya dalam-dalam. "Muka lo kenapa ditekuk gitu deh, bikin gemes aja." Tidak mendapatkan balasan dari sang empu Arka hanya bisa terkekeh pelan, mengikuti langkah Nana yang ingin meninggalkan ia sendirian.

Tentu Arka tidak akan membiarkan, tidak peduli jika nanti akan diusir gadis itu bila tidak segera pergi dari hadapan. Karena memang berada di dekat gadis itu membuat Arka senang. Ditambah lagi kini wajah Nana terlihat sangat kesal. "Na ... masa gue gamon sama lo, sih. Jadi pengen balik, deh." Arka hanya bisa terkekeh pelan, melihat gadis itu tidak juga menghentikan langkah dan tetap melanjutkan perjalanan. Gadis itu seperti tidak menganggap keberadaan yang sadari tadi tengah berusaha mencuri perhatian.

Menghela nafas panjang, Nana tidak ingin peduli dengan kalimat lelaki itu sekarang. Ia hanya membiarkan lelaki itu terus berbicara tanpa mau mendengarkan. Salah lelaki itu sendiri yang dulu pernah menyia-nyiakan perasaan yang pernah ia beri. Terserah apa yang ingin lelaki itu lakukan Nana tidak peduli. Karena kini ia sudah punya Lio yang sangat ia cintai, meski keberadaan lelaki itu tidak ia ketahui. Dari tadi Nana hanya bisa melemparkan pertanyaan apa yang sedang lelaki itu lakukan sampai lupa memberi kabar, namun pertanyaan itu hanya bisa ia jawab sendiri dengan meyakinkan diri bahwa lelaki itu tengah baik-baik saja dan tidak melakukan hal yang seperti apa ia pikirkan kini.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang