🌸 CHAPTER 52 🌸

77 34 67
                                    

52. Butuh Mama

"Bisakah waktu di putar agar bisa kembali ke masa lalu. Rasanya aku benar-benar rindu, dengan diriku yang dulu."

Merasa bosan dengan aktivitas yang itu-itu saja, Nana benar-benar dibuat kesepian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa bosan dengan aktivitas yang itu-itu saja, Nana benar-benar dibuat kesepian. Berhubung karena hari ini merupakan hari libur, yang Nana lakukan hanya berbaring kemudian menonton film dan sesekali memeriksa ponsel. Nana tertegun sebentar kalau melihat notifikasi pesan dari Rescha yang mengatakan ingin datang, merasa enggan untuk memberikan balasan dan berakhir Nana abaikan. Karena Nana sudah paham, meskipun ia sudah melarang lelaki itu juga pasti akan tetap datang. Jadi percuma saja ia membalas pesan. Lagi pula sekarang Nana benar-benar merasa bosan, agar tidak mengurangi rasa gengsi pada dirinya lebih baik dia biarkan saja.

Nana bangkit dari tempat tidur merenggangkan otot-otot yang sudah kaku karena sadari tadi tidak beranjak dari sana. Namun, tatapan Nana kini jatuh kepada bingkai foto yang bertengkar pada meja belajar yang begitu menarik perhatian. Gadis itu langsung melangkahkan kaki mendekat mengambil bingkai foto yang terdapat ia dan Maya-Mamanya di dalam sana. Tiba-tiba saja Nana kembali dibuat rindu, kepada Maya yang sudah berhari-hari tidak kunjung pulang atau menghubungi sekedar memberi kabar.

Sebenarnya, Nana teramat menyesal atas perbuatan yang sempat ia lakukan, sehingga hubungan ia dan Mama berakhir seperti sekarang. Menghembuskan nafas pelan, Nana segera mengambil ponsel yang ada di atas bantal, lalu segera mencari kontak Maya. Setelah melihat nama itu bertengker di depan mata, Nana tidak langsung menekan nomor tersebut. Ia kembali diam dan duduk di sisi kasur. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa jika Maya mengangkat panggilan tersebut. Nana menelan seliva susah payah lalu menghela nafas panjang. Entah kekuatan dari mana, Nana menekan panggilan dan tidak berselang lama suara yang sudah sangat ia rindukan terdengar.

"Halo."

Tanpa berpikir panjang, Nana langsung memutuskan panggilan. Ia melempar ponsel ke sembarang arah. Lalu terdengar dering ponsel dan terdapat nama Maya yang terpampang di depan sana. Dengan perasaan campur aduk, Nana mengambil ponsel dan mengangkat panggilan tersebut. Lalu kembali ia dengar suara Maya yang menguar di indra pendengaran. "Halo." Nana hanya diam, dan jauh di sana sudah tidak ada lagi suara Maya yang ia dengar. Kembali hening, tidak ada percakapan. Nana berusaha menenangkan diri mengencangkan genggaman ponsel dan mencoba bersuara.

"Mama." Nana kembali diam kala tidak mendapatkan jawaban, hal itu justru kembali membuat perasaan Nana tidak nyaman. "Mama, apa kabar?" Lagi-lagi tidak ada suara yang Nana dengar. Nana mencoba menatap ke layar ponsel memastikan bahwa panggilan itu tidak diputuskan. Nana kembali mendekatkan ponsel di telinga, mencoba mencairkan suasana. "Kapan pulang, Ma? Nana kangen sama Mama." Setelah memikirkan berkali-kali kalimat apa yang ingin ia utarakan, entah kenapa kalimat itu yang berhasil Nana keluarkan. Nana tidak pernah menyangka sekedar mengobrol dengan Maya tanpa menatap wajah bisa sampai sedemikian rupa susahnya. Entah sudah berapa lama Nana membiarkan hubungan mereka merenggang hingga seperti ini jauhnya.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang