🌸 CHAPTER 35 🌸

80 38 61
                                    

35. Tidak Ada Yang Peduli

"Biarkan luka ini kurengkuh sendirian, untuk ku jadikan kenangan bahwa aku pernah ingin sekali diberikan perhatian namun sering diabaikan."

Banyak sekali suara-suara yang hinggap di kepala, rasanya ini sudah menjadi hal yang biasa dirasakan setiap manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak sekali suara-suara yang hinggap di kepala, rasanya ini sudah menjadi hal yang biasa dirasakan setiap manusia. Seperti apa yang dilakukan Lio sekarang, hanya duduk diam ditemani dengan berbagai macam bentuk masalah yang sama sekali belum ia temukan bagaimana cara menyelesaikan. Jika boleh mengatakan Lio ingin sekali membuang jauh-jauh segala hal yang datang secara mengejutkan hingga membuat pikirannya jadi kacau berantakan.

Lantas Lio kembali dibuat sadar ketika mendengar suara langkah kaki seseorang yang baru saja turun dari tangga, lalu ia alihkan pandangan menatap ke arah Rescha yang sudah rapi seperti ingin bertemu dengan seseorang. Lio sempat mengernyit heran, bertanya dalam diam mau kemana kira-kira Rescha ingin pergi saat hari sudah malam. Apalagi sebentar lagi orang tuanya akan pulang, dan jika mereka tahu Rescha tidak berada di rumah tentu itu akan menjadi masalah besar. Lelaki itu bisa jadi dibiarkan untuk tidur di luar, tidak peduli jika Rescha akan bermalam di jalanan karena itu merupakan peraturan yang sudah ditetapkan. Terlebih lagi Pradipta-Ayahnya tidak suka dengan anak yang pembangkang.

Cepat-cepat Lio langsung berdiri dan memanggil lelaki itu dari tempatnya kini. "Res." Lelaki itu sempat berhenti lalu menolehkan kepala tapi setelahnya Rescha tetap melanjutkan langkah tidak peduli. Melihat hal itu lantas Lio segera berpindah menarik tangan Rescha sebelum lelaki itu keluar dari rumah. "Res, bentar. Ada yang pengen gue omongin sama lo." Jujur saja ini menjadi kesempatan yang bagus untuk Lio bertanya mengenai hal-hal yang dari tadi berkelana dalam kepala, sembari menunda lelaki itu pergi dan menunggu orang tua mereka berada di rumah. Jika Lio melarang langsung sudah dipastikan lelaki itu tidak akan mendengarkan.

Rescha menghembuskan nafas panjang, lalu melepaskan genggaman tangan Lio dengan kasar. Ia tatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. Sepertinya jika mendengar pertanyaan Lio sebentar ia tidak akan terlambat untuk keluar. Lantas Rescha melipat kedua tangannya mempersilahkan lelaki yang tengah berdiri di hadapan untuk bicara. Karena ia tidak punya banyak waktu dan harus segera bertemu dengan Rafa karena ada urusan yang mendadak tidak bisa ditunda.

"Ini tentang Nana, lo mungkin tahu banyak tentang dia."

Mendecak kesal, Rescha benar-benar salah menduga ia kira lelaki itu akan mengatakan sesuatu yang penting sekali hingga mengejarnya sampai begini. "Gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia." Entah kenapa Rescha sampai lupa, berurusan dengan lelaki ini hanya akan membuang-buang waktunya dengan percuma. "Lo kalau cuma mau bahas ini, mending nggak usah." Bukankah Lio sekarang pacar gadis itu lantas kenapa ia bertanya padanya. Rescha hanya menggelengkan kepala lalu kembali melanjutkan langkah.

Tentu Lio tidak akan membiarkan Rescha begitu saja, lagi-lagi ia tarik lengan lelaki itu agar kembali ke tempat semula. "Lo mau kemana? Ini udah malem, bentar lagi Mama sama Papa pulang." Ia tahu bahwa hubungan Rescha dengan orang tuanya tidak pernah dalam keadaan baik-baik saja. Jika Lio selalu menurut apa yang diperintahkan, Rescha justru bersikap sebaliknya. Lelaki itu tidak suka dikekang dan selalu mencari jati dirinya sendiri meski selalu dilarang. Bahkan lelaki itu tidak mudah menyerah sebelum merasakan, dan tidak punya rasa takut jika yang dilakukan bukan kesalahan.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang