🌸 CHAPTER 50 🌸

81 34 67
                                    

50. Orang-Orang yang Terluka

"Apa yang lebih menyakitkan dari kepergian yang tidak bisa untuk diajak kembali? Apa yang lebih menyakitkan dari rindu yang tidak bisa ditemui lagi? Tolong bawa dia kembali, atau ajak aku kemanapun dia pergi."

Karena merasa bosan terus-terusan berada di dalam kamar, Rescha memutuskan untuk keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena merasa bosan terus-terusan berada di dalam kamar, Rescha memutuskan untuk keluar. Ia memperhatikan seluruh ruangan, sepi tidak ada orang. Melihat langit yang sudah menghitam dan suara-suara binatang malam yang mulai terdengar membuat Rescha melangkahkan kaki untuk turun ke bawah. Rescha masih belum terbiasa dengan sunyi yang terus menyapa. Semenjak Lio sudah berpulang, rumah yang ia pijak sudah kehilangan banyak hal. Rescha selama ini sudah terbiasa dengan dinginnya suasana rumah karena tidak pernah mendapatkan hangat yang ia damba. Tapi entah kenapa Rescha jadi tidak terbiasa dengan suasana yang ia rasakan sekarang jujur saja Rescha semakin merasa kehilangan.

Rescha kembali terdiam, ia menatap ke arah kamar yang selama ini tidak pernah ia pijak. Bahkan penghuninya sudah jarang ia lihat. Rescha berpikir sebentar, lalu mengambil langkah mendekat untuk melihat aktivitas sang Mama di dalam. Ia tahu bahwa selama ini tidak pernah ada yang baik-baik saja setelah ditinggalkan, begitupun Rescha apalagi sang Mama yang begitu menyayangi Lio hingga lupa bahwa ia tidak pernah lagi merasakan rasa kasih sayang sebagaimana seorang anak pada umumnya.

Kecemburuan itu tentu masih ada, tapi Rescha tidak pernah mengungkapkan dengan kata. Rescha cukup tau diri karena ia dianggap sebagai anak yang kuat dan dilihat berbeda di mata kedua orang tuanya. Rescha merasa tidak pantas untuk merebut kasih sayang Lio yang jelas-jelas lebih membutuhkan perhatian, selama ini Rescha bisa melakukan segalanya sendirian, hingga ia kehilangan peran kedua orang tua dan mendapatkan semua itu hanya pada dunia luar hingga membuat Rescha jarang pulang.

Namun, sampai sekarang Rescha masih yakin. Bahwa sedikit ataupun banyak dalam hati kedua orang tuanya masih tersimpan rasa kasih sayang dan peduli untuk dirinya yang sama-sama tidak bisa diutarakan. Sebelum benar-benar membuka knop pintu kamar Rescha menghembuskan nafas pelan. Dalam hati Rescha berharap kehadirannya kali ini bisa diterima oleh sang Mama. Memberikan setidaknya sedikit ketenangan, meski sampai kapanpun ia tidak akan bisa menggantikan peran Lio sebagai anak kesayangan dan akan selamanya dicap sebagai anak pembangkang.

Setelah berhasil membuka knop pintu kamar, dari tempat Rescha berdiri dapat ia lihat sang Mama yang senantiasa duduk di sisi kasur. Sembari menatap bingkai foto Lio saat masih kecil. Rescha perlahan berjalan mendekat, memperhatikan sang Mama yang terlihat tidak memiliki nyawa. Pandangan wanita itu kosong, bibir pucat, dan lingkaran mata yang sudah menghitam. Melihat hal tersebut tentu membuat Rescha merasa prihatin akan keadaan sang Mama sekarang.

Kemudian Rescha duduk di hadapan sang Mama, menggenggam tangan wanita itu yang masih lembut meski umur wanita itu sudah tidak muda lagi. Tindakan Rescha berhasil mengalihkan atensi Mama, hingga wanita itu menatap ia dengan lekat. "Ma." Berusaha mengulas senyuman meski kini perasaan Rescha sudah seperti tercabik-cabik melihat kondisi Mama sekarang. Sakit sekali melihat kondisi orang yang sangat ia sayang terluka hingga demikian.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang