Ruangan yang didominasi oleh berbagai properti kayu itu tampak sunyi-senyap, hanya helaan nafas yang terdengar dan begitu berat. Meski bahu laki-laki bergetar karena tangis , tapi tak menghasilkan suara apapun. Sepatah kata apapun belum bisa ia ucapkan pasca Melva menceritakan bahwa sang ayah sudah meninggal setelah delapan tahun istirahat total.
Sementara perempuan tua yang duduk di kursi roda masih mematung seolah kehilangan sebagian kesadarannya. Mungkin saja hatinya dirayap oleh rasa sesal yang mendalam, namanya seorang ibu, tidak mungkin bisa membuang begitu saja darah daging mereka. Namun, semua terasa terlambat, ketika orangnya telah tiada baru akan terasa berharga.
Melva masih mengingat bagaimana perempuan itu mengusirnya dan ayahnya. Tapi ia tidak menyangka jika perempuan yang dulu terlihat segar, kini sudah berubah. Kulit yang dulu kencang, berubah keriput. Ia pangling hingga tak tahu jika itu adalah omanya.
Kevin--anak kecil itu diam memperhatikan, tak berani untuk sekedar merengek kepada Melva karena ia sudah bosan. Ia mengedarkan pandangan, mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya. Namun sejauh mata biru itu memandang tak ada satupun yang dapat menarik minatnya. Akhirnya anak itu memainkan jemari Melva. Ia merubah posisi duduknya dari menyandar di sandaran sofa menjadi menyandar pada Melva.
"Jadi bagaimana kamu hidup selama ini, nak?" Tanya Pakde Nugraha Atmodjo.
Melva mencoba mengingat-ingat bagaimana ia hidup selama ini, namun tak menemukan cerita yang pas untuk ia bagi selain hidup ya dengan bernafas. "Selayaknya orang biasa, Pakde." Jawabnya karena bingung harus menjawab apa. Panggilan yang disematkan pada laki-laki itu adalah atas permintaannya.
"Siapa yang membiayai sekolah kamu? Makan kamu? Kebutuhan kamu."
"Ayah meninggalkan banyak bekal untukku, Pakde. Bekal yang nggak akan pernah habis dimakan waktu, dengan semua didikan ayah, semua kasih sayang ayah cukup untuk membuatku menjadi manusia hingga sekarang." Nugraha mengangguk namun kesedihan dan penyesalan belum juga berkurang.
Obrolan diantara mereka mengalir dengan tenang, walaupun perempuan yang disebut oma oleh Melva terus saja sesegukkan karena tangis. Istri Nugraha juga tak lama ikut bergabung dengan mereka membawa beberapa camilan yang masih menguarkan uap panas. Nugraha yang memperkenalkannya, perempuan cantik itu begitu bersahaja. Senyumnya menenangkan bagi Melva. Hangatt, layaknya seorang ibu. Menurut cerita yang Melva tangkap, Nugraha memiliki seorang putri yang lebih besar beberapa tahun dari Melva dan saat ini sudah bekerja di salah satu WO di Surabaya. Namun jam segini, Putri mereka belum pulang.
Saat makan malam tiba, Abrar datang dengan pakaian batik formal. Sejak laki-laki itu mengantarkan Melva ke ruamh keluarga gadis tersebut , ia pamit tanpa menjelaskan mau kemana. Meninggalkan juga Kevin, bukan karena tak mau diajak, namun anak kecil itu yang menolak untuk ikut.
"Assalamualaikum, wah ada tamu ternyata." Suara seseorang menginterupsi kegiatan orang-orang di meja makan. Seketika orang-orang di sana, kompak melihat asal munculnya suara sambil membalas salanya.
"Melva, ya?" Tebak gadis tersebut dengan senyum yang tersungging manis di bibirnya yang dipoles dengan lipstik nude yang sangat serasi dengan kulit dan juga pakaian yang ia gunakan.
Melva mengangguk, lalu menyalami gadis tersebut dan memeluknya singkat. "Benar, Mbak. Mbak Arum, kan?" Tebak Melva karena sebelumnya sudah diberitahukan oleh budenya.
"Benar. Ini pasti ayah yang cerita." Kata Arum sambil melirik Nugraha pura-pura tidak terima.
Baru saja perempuan bernama Arum tersebut memindahkan pandnagannya pada sosok yang duduk di samping kiri Ayahnya. Untuk beberapa saat, matanya tak berkedip melihat laki-laki itu duduk sambil membahas sesuatu dengan anak kecil bermata biru di sampingnya.

YOU ARE READING
Hello, Future!
RomanceRank #5 - roman (26 Feb 2021) Rank #3 - acak (15 Maret 2021) Rank #2 - fiksiumum (11 April 2021) "Assalamualai...." Salamnya terputus ketika netranya menangkap sosok yang membuka pintu ternyata bukan pemilik rumah. "Assalamualaikum." Ujarnya mengula...