CHAPTER 15: MIMPI ANEH

40 3 0
                                    

"Heh, sadar diri. Lo cuma numpang tidur di rumah gue. Harusnya lo tidur di kamar sebelah."
~Alfa

~•~•~

Satu domba, dua domba, tiga domba, empat domba.

Entah sudah berapa lama Alfa larut dalam kegiatannya menghitung puluhan bahkan ratusan anak domba, namun hasilnya tetap lah nihil. Hingga detik ini lelaki itu masih terjaga dari tidurnya. Ia merasa terperangkap di dalam ruang waktu. Dimana hanya ada penyesalan dan kesengsaraan.

"Heh, lo belum tidur?" Hitungan Alfa buyar seketika saat mendengar seruan dari seseorang yang suaranya sangat familiar di benaknya. Ia pasti sedang berhalusinasi.

Alfa memilih mengabaikan suara tersebut, lalu memejamkan kedua matanya. Tadi, ia seperti mendengar suara Jacky. Tapi, tidak mungkin bila lelaki Cina itu sampai datang ke rumah hanya untuk mengecek kondisinya. Meski ia sempat menangkap kekhawatiran di wajah Jacky ketika sedang menatap dirinya.

"Woy, bukain pintunya! Gue kedinginan, Al!" seru Jacky sambil mengetuk-ngetukkan jarinya pada pintu balkon.

Alfa membuka sebelah matanya, kemudian menatap malas ke arah Jacky. "Tidur di luar sana!"

"Jahat banget lo!"

"Bodo," balas Alfa bersikap acuh.

"Yaelah, bukain pintunya, Al!"

"Nggak mau."

Jacky mengerang kesal. Lelaki Cina itu menghentak-hentakkan kedua kaki di atas lantai seraya menekuk wajahnya seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen. Alhasil, Alfa terpaksa mengalah dengan membukakan pintu untuk sahabat gilanya tersebut.

Ia langsung menurunkan kakinya dari atas ranjang. Sensasi dingin yang berasal dari ubin lantai langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. Membuat kulitnya terasa sedikit meremang. Setelah mendorong pintu balkon, terlihat lah sosok lelaki berparas Cina dengan mengenakan kaos lengan pendek, boxer hitam serta boneka pororo di tangan kirinya.

"Apa? Ngapain lo kesini?" tanya Alfa bertubi-tubi seakan tak memberi kesempatan bagi Jacky untuk berbicara.

"Gue numpang tidur."

"Lo punya rumah, kan?

"Punya. Tapi, mumpung besok hari Sabtu gue pengen pesta piyama di rumah lo."

"Alay," cibir Alfa.

"Biarin." Jacky melangkah masuk ke dalam kamarnya Alfa tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada si pemilik rumah. Tidak sopan sekali.

Alfa mendengus. Sedetik kemudian, ia melempar tatapan tajam ke arah Jacky. Ia menutup pintu balkon dengan tambahan tenaga sampai membuat Jacky tersentak. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Lelaki Cina itu dengan santai merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Seolah rumah ini adalah miliknya. Memang ada pepatah yang mengatakan "anggap saja seperti rumah sendiri." Namun, pepatah tadi terlihat berbeda dengan sikap Jacky yang terlihat agak berlebihan.

"Lo jangan tidur di sini! Tidur ke kamar sebelah!" gerutu Alfa begitu sampai di sisi ranjang.

"Nggak mau. Enak tidur di sini," tolak Jacky seenak jidat.

"Heh, sadar diri. Lo cuma numpang tidur di rumah gue. Harusnya lo tidur di kamar sebelah," protes Alfa tak ingin diganggu gugat.

Alfa mendatarkan wajahnya saat melihat senyum jahil di wajah sahabatnya itu. Jacky mengulum bibir bawahnya, lalu menampilkan cengiran tak berdosa. Sudah cukup! Alfa merasa muak setiap kali melihatnya.

Alfanzo (Love is a Choice) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant