CHAPTER 25: QUALITY TIME

37 3 0
                                    

"Aku nggak mau deket sama kamu lagi."
~Lyvia

~•~•~

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Alfa mengantar pulang seorang perempuan. Biasanya, ia tidak ingin menjemput ataupun mengantar lawan jenis pulang bersamanya. Karena menurut Alfa  perempuan itu sangat merepotkan.

Tanpa memperdulikan tatapan dari orang lain, ia terus memusatkan netra matanya pada layar ponsel. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Namun, Lyvia tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Mungkin, dia sedang ada kelas tambahan atau ekstrakulikuler.

"Lama," keluh Alfa sambil menopang dagunya. Pikirannya berkelana pada ucapan Vero tadi saat istirahat. Tidak dipungkiri, bila ia merasa sangat gelisah. Kalau bukan karena Lyvia, sejak awal ia sudah mundur demi sahabatnya. Tapi, Lyvia berbeda dengan perempuan lainnya. Ia juga ingin merasakan indahnya jatuh cinta.

Apa yang dikatakan Ergos tempo hari yang lalu memang ada benarnya. Orang seperti dirinya tidak pantas untuk Lyvia. Penampilannya yang terlihat urakan disandingkan dengan perempuan baik hati, ceria, dan polos seperti Lyvia merupakan perpaduan yang buruk. Seharusnya, Lyvia mendapatkan lelaki yang lebih baik dari dirinya.

Ya, sudahlah. Ia sudah tidak memiliki harapan lagi. Lebih baik, ia mundur sekarang juga. Selebihnya biarkan Vero yang merebut hati Lyvia. Setidaknya, Vero sudah berpengalaman dalam menaklukkan hati wanita. Anggukan ketiga membuat Alfa yakin akan keputusan yang telah diambilnya.

"Alfa!"

"Apa?" sahut Alfa tak terkejut sama sekali.

"Katanya kamu mau anterin aku pulang," ujar Lyvia sambil menyengir lucu.

"Nggak jadi." Alfa mengenakan helm fullface-nya, lalu menghidupkan mesin motor. Tiba-tiba ia berubah pikiran.

Lyvia menundukkan kepalanya lesu. "Oh gitu. Yaudah, aku pulang naik bis aja."

Alfa jadi tidak tega setelah melihat bola mata Lyvia yang terlihat berkaca-kaca. Lelaki itu menghembuskan napas panjang sebelum bersuara. "Naik!"

"Beneran?"

"Iya. Cepet! Jangan lupa dipake jaketnya!"

Lyvia segera mengaitkan jaket denim milik Alfa di perut ratanya. Menerima helm yang diberikan Alfa, lalu memasangkan tali pengamannya. Berakhir dengan kedua tangannya yang berpegangan pada pundak Alfa.

"Udah siap?" tanya Alfa sambil melirik ke belakang. Lyvia menganggukkan kepala.

Alfa melajukan motornya meninggalkan area sekolah.
Ia tampak menikmati perjalanannya. Jika hari biasanya terasa hambar dan monoton, maka sekarang terasa lebih berwarna. Tersisa beberapa jam lagi sebelum waktu menjelang maghrib. Ia berniat mengajak Lyvia pergi ke taman yang tempatnya tidak terlalu jauh dari rumahnya.

"Kamu tahu alamat rumahku?"

Alfa menatap Lyvia dari kaca spion dan menyunggingkan senyum tipis ketika melihat perempuan di belakangnya itu tengah mengedipkan matanya. "Nggak. Gue mau ajak lo ke suatu tempat."

"Kemana?" tanya Lyvia sambil mengerutkan keningnya.

"Rahasia." Alfa menurunkan tangan Lyvia dari pundaknya dengan sebelah tangan, kemudian memindahkannya menjadi melingkar di perutnya. Sontak hal tersebut menciptakan semburat merah di pipi Lyvia.

Alfa menjilat bibirnya. Ia ingin sekali mencubit pipi gempal itu sampai tak berbentuk lagi. Ditambah lagi, hadirnya rona merah yang semakin menambah keimutan Lyvia. Dia seperti bayi berumur lima tahun yang terjebak dalam tubuh seorang gadis remaja.

Alfanzo (Love is a Choice) Where stories live. Discover now