CHAPTER 22: BERANGKAT BERSAMA

37 3 0
                                    

"Cepetan naik sebelum gue tinggal!"
~Alfa

~•~•~

"Your favorite boys," batin Alfa saat menatap pantulan dirinya di depan cermin. Merapikan letak dasinya sekaligus menata rambut jambul kehitamannya. Dirinya terlihat sangat tampan, walau hanya mengenakan seragam osis, sepatu pantofel khusus pria, dan hoodie putih yang membalut tubuh atletisnya.

Beruntung sekali, ia dikaruniai bentuk alis yang tebal, rahang tegas, bola mata keabuan, hidung mancung, kulit putih, dan rambut yang selalu tertata dengan rapi. Salah satu contoh lelaki tampan yang terlahir dari bibit unggul. Sedari kecil ketampanan Alfa mulai terpancar dan tidak perlu diragukan lagi. Pernah di suatu kesempatan, ia ditawari untuk menjadi model ketika berusia sepuluh tahun. Kehidupan Alfa memang sangat sempurna. Tapi, lelaki itu tidak menikmati kehidupannya sama sekali.

"Your cool boyfriend," ucap Alfa menyemangati dirinya sendiri.

Ia mengambil kunci motor yang terletak di atas nakas dan bergegas menuju halaman rumah dimana motor sport-nya berada. Di ruang tamu, ia berpapasan dengan Bi Inah yang sedang menyapu lantai.

"Mau berangkat sekolah, Den?" tanya wanita paruh baya itu menyunggingkan senyum begitu melihat kehadiran Alfa.

"Iya, Bi."

"Hati-hati, Den."

"Iya, Bi," jawab Alfa berlalu dari hadapan Bi Inah. Setelah menancapkan kunci motornya, ia  memutar benda itu sampai mengeluarkan suara. Tak lupa, ia mengenakan helm fullface hingga seluruh wajahnya mulai tertutupi.

Dengan kecepatan sedang, Alfa menancap gas motornya di tengah keramaian jalan yang terlihat padat karena dipenuhi ratusan kendaraan beroda empat dan dua. Di pertengahan jalan, kedua manik matanya melirik ke arah arloji hitam yang bersarang di lengan kirinya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 06.20 WIB. Masih ada waktu sebelum bel masuk berbunyi.

Tiba-tiba kecepatan motornya melambat saat pandangan matanya menangkap sosok perempuan bergigi gingsul, Lyvia. Gadis cantik dengan balutan seragam dan kaos kaki selutut berwarna putih serta sepatu pantofel hitam itu tengah berdiri di halte seorang diri. Sesekali sepasang mata bulatnya mengedar ke sisi kiri dan kanan seperti sedang mencari sesuatu.

Akhirnya, Alfa memacu motornya mendekati Lyvia. Membuat Lyvia mengerutkan kening ketika motor sport Alfa berhenti tepat di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang. Lyvia tidak tahu bila yang ada di hadapannya kali ini adalah Alfa. Tapi, ia mengira bahwa Alfa adalah orang asing. 

Alfa mengulum senyum tipis di balik helm fullface-nya. Menahan senyum geli saat menangkap raut wajah Lyvia yang tampak ketakutan ketika melihatnya. Sangat menggemaskan.

Lyvia meremas erat kedua tali ranselnya seraya memundurkan langkah kakinya ke belakang. Alfa sudah tidak kuat melihatnya. Lelaki tampan itu melepas helm yang dikenakannya, lalu mengarahkan manik matanya ke arah Lyvia.

"Kamu?"

Alfa menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

Lyvia membulatkan mulutnya. "Kok, kamu bisa ada di sini?"

"Ini jalan mau ke sekolah," jawab Alfa.

"Aku tahu. Tapi, kenapa kamu berhenti di depan aku?" tanya Lyvia sambil menggembungkan pipinya.

"Lucu," batin Alfa menundukkan kepalanya. Selama hidupnya, ia tidak pernah bertemu dengan perempuan semenggemaskan Lyvia. Ia butuh karung.

"Ihh, jawab dong!"

Alfanzo (Love is a Choice) Where stories live. Discover now