07. Impostor

859 103 24
                                    


"Van, perut kamu masih kerasa sakit kah?" Tanya Peppey dengan raut wajahnya yang terlihat khawatir.

"Se-sedikit." Vania yang ditanyapun menjawab, sedikit senyum manis ia berikan pada Peppey agar lelaki itu tidak terlalu merasa khawatir.

Pasalnya sejak awal permainan. Vania mengeluhkan soal perutnya yang terasa begitu sakit. Datang bulan atau semacamnya mungkin.

Peppey dan Matem yang kurang mengerti soal penyebabnya pun hanya bisa garuk garuk kepala mereka. Dan membiarkan Vania berpergi ke kamar mandi perempuan yang jaraknya lumayan jauh dari tempat persembuyian mereka sekarang.

"Kamu tuh sakit perut atau apasih Van?" Tanya Matem tiba tiba.

Matem yang asalnya memang cemburuan dan sulit mengendalikan emosinya menjadi tidak tahan melihat kelakuan berlebihan Vania dan tindakan manis Peppey.

"Y-ya sakit perutlah, ko kamu gitu tem?" Tanya Vania sedikit takut.

Peppey pun segera menengahi keduanya, takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Vania itu cewe tem, wajar aja kalau suka tiba tiba suka sakit perut." Jelas Peppey mencoba selembut mungkin agar emosi Matem tidak semakin meningkat.

Peppey sendiri lumayan tahu menahu soal itu dikarenakan Vania memang sering mengeluh sakit perut jika akhir bulan seperti ini, kebiasaan sebelum datang bulan katanya.

Tapi yang kali ini memang sedikit berlebihan sih. Peppey memang sedikit heran, tapi tidak salahkan untuk sekali kali mewajarkannya?

"Lo tau ga, berlebihan gitu tuh alay. Lo tau ga apa itu alay?!"

Entah memang cemburu atau benar benar sudah muak, Matem pun hampir mengeluarkan bentakannya terhadap Vania.

Peppey dengan refleks memeluk tubuh perempuan itu dan menenangkannya.

"Tem lu mendingan ambilin obat di UKS dah." Perintah Peppey dengan matanya yang menajam.

"Ngapain dikasih obat? Biar dia kekamar mandi lagi. Sana lo kekamar mandi lagi sana!"

"Tem please! Jangan kasar kasar lah lu ke cewe tuh." Mohon Peppey.

Vania sendiri hanya bisa menunduk dengan bibirnya yang semakin melengkung kebawah. Cemberut.

"Udah mending lu ambilin obat  biar abis ini Vania ga balik balik ke kamar mandi lagi."

Matem pun dengan terpaksa menuruti perintah Peppey. Mau bagaimana pun perlakuannya, Vania itu pada dasarnya masih menjadi pujaan hatinya.

Melihat kepala perempuan yang ia cintai tertunduk takut padanya membuatnya merasa sedikit bersalah.

"Ok fine. Kalian jangan kemana kemana, tunggu disini." Seru Matem sebelum akhirnya memilih keluar dari ruang ekstrakulikuler kuda lumping.

Peppey pun akhirnya bisa mengehela nafas lega dan melepaskan pelukannya ke Vania.

"Maafin Matem ya Van. Perlakuannya memang kasar, tapi niatnya pasti baik." Ujar Peppey.

Vania pun mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil.

"Dia dari dulu emang gitukan? Kasar kesemua orang tanpa pilih pilih. Dia gapernah berubah walau keorang yang dia suka." Ucap Vania kecil.

"Suatu saat dia bakal berubah ko, tapi gatau kapannya hehe." Kekeh Peppey.

Beberapa detik setelah obrolan ringan itu. Suara sang moderator gaib pun kembali terdengar, menandakan bahwa waktu untuk bersembunyi telah habis.

Kemudian dia menyuruh para karakter yang bergitu berguna untuk memilih.

Peppey sendiri hanya diam dan pasrah dikarenakan karakternya tidak berguna sama sekali.

are u werewolf? - ytmc indWhere stories live. Discover now