Kleting Biru

53 14 3
                                    

Dua sosok itu sudah menghabiskan waktu yang cukup lama berdiri berhadapan di pintu. Keduanya saling menatap kebingungan. Tak ada yang berusaha membuka percakapan.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Lana.

"Lo juga ngapain di sini?" Naga balik bertanya.

"Ini... rumah gue."

"Ini... alamat yang ada di undangan."

"Tunggu," ucap keduanya bebarengan.

"JANGAN BILANG LO SALAH SATU KLETINGNYA?"

Naga menghela napas. Dari semua orang di negara ini, kenapa juga dirinya harus menjadi kandidat pasangan seorang Lana.

"Minggir, gue mau masuk," Naga mendorong Lana kemudian masuk sambil menyeret kopernya. Ia mengambil secarik kertas dari sakunya kemudian memberikannya pada Lana, "itu Catatan Hutang gue. Gue dapet minus 8 poin."

Cewek itu diam saja sampai Naga duduk di sofa dan mulai menyalakan televisi. Ia malah memindah salurannya berkali-kali tanpa menetap di satu acara.

"Ga, lo nggak ngerasa ada yang aneh?"

"Hah? Aneh apaan?"

"Ya... ini. Kenapa malah lo yang dateng ke rumah gue?"

"Udah jelas kan? Karena gue jadi kandidat Kleting."

Lana duduk di samping Naga. Menatap dalam-dalam mata cowok di sampingnya. Membuat Naga balik membalas tatapannya dengan tajam.

"Apa lu liat-liat?"

"Lo bego ya?"

"H-hah?"

"Lo bego?" Lana mengulang kalimatnya, "yang harusnya pindah rumah itu Kleting, kan? Ceweknya pindah ke rumah cowok. Lo nggak heran kenapa malah lo yang jadi Kleting dan gue Ande-ande Lumutnya?"

Setelah mendengar kalimat panjang seorang Alana, Naga baru menyadari bahwa ada kesalahan dalam undangan tersebut. Ia segera mengambil amplop undangan dari dalam koper dan membukanya lebar-lebar di atas meja.

"Kleting Biru," Lana membaca undangan Naga, "oh jadi lo Kleting Biru. Pantesan ngutang sama Yuyu Kangkang."

"Na...."

"Hm?"

"Iya juga, kenapa gue yang jadi Kleting Biru? Harusnya gue Ande-ande Lumut kan? Dan kenapa... kenapa gue malah masuk ke Kelompok Buangan?"

"Mana gue tahu," sahut cewek itu enteng, "mending lu beresin baju-baju lo dulu. Noh kamar lo yang di balik tembok ini. Kemaren gue udah borong kasur pake duit yang dikasih pusat."

"I-iya."

Melihat wajah Naga yang masih syok berat, Lana menghela napas kemudian menyandarkan punggungnya. "Lapor aja ke pusat."

"Nggak," jawabnya mantap, "ini... ini udah perintah dari pusat. Nggak seharusnya gue sebagai warga protes tentang pembagian perannya. Mungkin... mungkin aja ada proyek khusus?"

Lagi-lagi Lana merasa kesal melihat sosok di sampingnya yang sok-sokan tegar. Meksipun suaranya terdengar mantap, tapi matanya bergetar sambil menatap kertas undangan di tangannya.

Pasti sekarang harga dirinya benar-benar hancur. Setelah menggembar-gemborkan tentang dirinya yang akan masuk ke Kelompok Jenius, ia pasti malu setengah mati ketika nyatanya ia malah masuk ke kelompok yang berlawanan.

"Dasar boneka negara," cewek itu bangkit, "mending gue ke kamar aja lanjut nonton anime."

"Anime apa?"

[2] Slice Of Life : A2L Project - NCT Dream (HIATUS)Where stories live. Discover now