Hemat Pangkal Kaya

38 9 11
                                    

Cowok berambut sedikit panjang itu berkali-kali menatap wajahnya di cermin. Ia mengacak rambutnya, kemudian menatanya. Diacak-acak lagi, lalu ditata kembali. Begitu seterusnya sampai bunyi alarm menyadarkannya.

"Udah waktunya berangkat ya?" Ia menatap undangan itu lekat-lekat, "kenapa cowok yang jadi Kletingnya? Apa terjadi sesuatu sama proyek ini?"

Ia menghela napas, "Apapun itu semoga aja proyek ini cepet dihapus," katanya sambil memasukkan undangan itu ke dalam ransel kecilnya.

Dibandingkan dengan hidup selama 1 bulan di perantauan, ransel standar sekolah itu pasti hanya cukup dimuati beberapa lembar baju saja. Tapi cowok itu memang sengaja membawa tas yang kecil. Karena lebih hemat tempat.

"Berangkat aja lah. Harusnya gue ke sana kemarin, tapi gara-gara hujan jadi gue tunda dulu."

Ia mencari sesuatu di ponselnya, "Ke stasiun naik apa ya? Ojol apa taksi?" Ia berpikir serius, "jarak dari rumah gue ke stasiun itu bisa ditempuh selama kurang lebih 5 menit kalau pakai motor. Berarti kalau jalan kaki bisa sampai 30 menit. Sampai stasiun nanti gue tinggal duduk aja."

Ia terdiam sejenak kemudian berseru mantap, "Oke, gue jalan kaki aja sampai stasiun. Masalah nanti ke rumah Ande-ande Lumutnya, gue pikirin nanti kalau udah di kereta."

Sambil bersenandung ia berjalan menuju stasiun. Orang-orang yang ia temui di jalan selalu menanyakan kemana tujuannya dan kenapa ia berjalan kaki. Dan pertanyaan itu selalu dijawabnya dengan dua kata ini.

"Biar hemat."

Sesampainya ia di stasiun, langsung ia teguk minuman yang ia bawa dari rumah. Kemudian ia mengantre untuk melewati pemeriksaan Yuyu Kangkang.

Petugas Yuyu Kangkang yang memeriksanya masih terbilang muda. Wajahnya tampan, potongan rambutnya rapi, dan senyumannya indah. Ia menggeledah tas cowok itu kemudian membuka undangannya.

"Kleting Kuning ya?" Tanya Yuyu Kangkang ber-nametag Lucas itu.

"Iya."

Lucas menatap undangan itu lamat-lamat lalu mengedarkan pandangannya. Di stasiun khusus ini, semua yang hendak lewat adalah gadis-gadis muda. Hanya sosok di depannya lah yang bukan seorang gadis.

"Ini ketiga kalinya saya menggeledah barangnya Kleting cowok," kata Lucas.

"Tiga kali?"

"Iya. Kemarin pagi dan agak siangan dikit."

"Apa tujuan alamatnya sama?"

Lucas mengangguk. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya untuk membisiki cowok itu. "Tahu nggak apa yang lebih mengejutkan?"

"Apa?"

"Dua-duanya sama-sama Kleting Biru."

Cowok itu mengernyitkan dahinya. "Dua Kleting Biru dengan tujuan alamat yang sama? Aneh."

"Kamu juga aneh," potong Lucas, "pintu masuk untuk Kleting Kuning itu ada di sana. Bukan di pintu masuk yang ini."

"Saya nggak mau ngeluarin uang buat beli tiket."

"Tapi nanti dapet minus 8 poin loh."

"Sebanyak itu?"

Lucas mengangguk, "Kamu masuk Kelompok Buangan."

Cowok itu mendecih, "Negara ini aneh ya? Dengan Catatan Hutang bernilai 8 poin, meskipun saya dapet poin sempurna di keempat tes, saya cuma dapat 32 poin kan? Ditambah poin dari Ande-ande Lumut pun cuma 34 poin. Jadi rasanya Kelompok Buangan itu cuma dipermainkan di proyek ini."

Sambil membuat Catatan Hutang, Lucas terkekeh menanggapi ucapan sosok di hadapannya. "Makanya kamu sebagai Kleting Kuning udah diberi kemudahan. Serius nggak mau lewat pintu khusus aja?"

[2] Slice Of Life : A2L Project - NCT Dream (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang