19

1.6K 54 1
                                    

DON'T CRY

"Makasih yah, Yon! Kamu udah antar Audy ke rumah," ucap Mauren.

"Sama-sama, Tan. Oh ya aku pamit dulu yah, Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam," balas Mauren dan Audy.

"Mom, aku ke atas dulu yah,"

"Iya, nanti jangan lupa makan!"

"Iya, Mom!"

Audy pun berjalan menuju kamarnya. Dia menaiki tangga satu-persatu. Dia masih memikirkan perasaannya terhadap Gara.

Jujur dia tidak bisa berbohong kalau hatinya masih mencintai Gara. Tapi, bagaimana dengan Airin? Dia tidak mungkin mengkhianati sahabatnya sendiri.

Audy masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Dia berjalan menuju toilet untuk bersih-bersih. Dia menenangkan dirinya di bathub. Dengan mata yang menatap langit-langit kamar mandinya.

"Apa gue gak ada kesempatan buat dapetin Gara? Kalo gue egois gue bisa dapetin dia, tapi gue gak mau karena keegoisan gue semuanya berantakan."

"Semua yang udah gue jalani bareng Airin sama yang lain bakal hilang gitu aja, gue gak mau itu terjadi."

Audy menangis di dalam bathtub itu. Benar apa kata orang, jatuh cinta dan patah hati itu adalah satu komponen yang tak terpisahkan. Siap jatuh cinta maka siap patah hati.

Dia keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai baju tidur nya. Audy turun ke bawah untuk mengambil es goyang yang dia beli tadi di kulkas.

"Bagi dong," pinta Ria sambil memeluk Audy dari belakang.

Audy menyuapkan satu es ke mulut Ria. Ria tersenyum dan pergi dari sana.

"WOI ANJIR GUE GAK DI BAGI!"

Audy menutup kedua telinganya mendengar teriakkan Aksa. Dia heran dengan sikap Aksa akhir-akhir ini. Lelaki itu semakin bawel, cerewet dan berisik seperti perempuan.

"Berisik banget lo, Bang!" teriak Ria sambil menjilat es nya.

"Yehh iri? Bilang nyet,"

"Dih iri kok sama Aksableng," ketus Ria.

"Apa lo bil—hmppptt!" Aksa membelalakan kedua matanya saat Audy menyumpal mulutnya dengan es itu.

"Berisik banget sihn" cecar Audy.

"Mampus lo!" hardik Ria.

Audy membawa sisa es goyang itu ke Taman belakang rumahnya. Aksa dan Ria memperhatikan gerak-gerik Audy itu.

Raut wajah Audy begitu memprihatinkan. Mata sembab, tubuh Audy juga sangat dingin saat Ria peluk tadi.

"Adek lo ngapa tuh?" tanya Aksa.

"Adek lu juga keles!" sentak Ria yang mendapat cengiran dari Aksa. "Gue gak tau, samperin jangan?"

"Kuy lah!"

Mereka berdua pun berjalan menghampiri Audy. Mereka melihat Audy tengah merebahkan tubuhnya di atas rerumputan Jepang itu, dia memakan es nya sambil menatap langit-langit malam.

"Miris banget dah tuh anak," ucap Aksa sambil membuang gagang es nya sembarangan.

Plakkk.

"Nyampah aja lo idupnya," katanya sambil memukul pundak Aksa.

"Kekerasan dalam beradik kakak nih,"

Ria tak menghiraukan ucapan Aksa, dia lebih memilih mendekati Audy. Ia berdiri menghalangi cahaya malam yang menyinari wajah Audy. Membuat gadis itu membuka matanya dan menatap wajah Ria.

PACAR IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang