03. Bukan Pembunuh

102K 8.5K 1K
                                    

Pernikahan mereka hanya dihadiri oleh kedua belah pihak keluarga saja atas keinginan Cakra, ia tak ingin orang lain tahu mengenai pernikahan nya.

Setelah semua acara selesai, Cakra langsung menarik Nisa dan membawanya ke kamar Nisa.

"Cepat! Beresin barang lo!"titah Cakra, ia mendorong kasar tubuh Nisa hingga wanita itu tersungkur ke lantai.

"Aw, G-gak bisa besok aja? Aku lelah kak..."

"Belum sehari jadi istri gue, lo udah berani gak nurut sama gue ha!??"Cakra mencekram pipi Nisa menggunakan jemarinya dengan kuat.

"Sa--kit kak, hiks!" air mata itu mulai menetes, mengalir di pipinya.

Cakra menghempaskan pipi Nisa dengan kasar, ia kemudian melangkah menuju lemari dan mengeluarkan baju Nisa dengan melemparkannya kesembarang arah hingga berceceran di lantai.

"CEPAT BERESIN!!!"bentak Cakra

Nisa mengangguk, ia segera memunguti bajunya, meletakkan dalam sebuah koper yang berada di samping kasurnya.

"Nangis terus!! gak berguna banget jadi orang! Tai lo!"

Brak!

Cakra menendang koper Nisa, ia menjongkokkan dirinya agar sejajar dengan Nisa, ia juga menarik rambut wanita itu agar mendongak menatap kearahnya.

"Lo itu sumber masalah bagi gue! Gue akan bikin lo sengsara!!"

"A-apa salahku kak, hiks!"

"LO TULI?! LO ITU SUMBER MASALAH BAGI GUE!!!" bentak Cakra

Jdak! Dengan tak berperasaan Cakra membenturkan kepala Nisa ke lantai. Sakit, Nisa merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya, ia melihat darah kental yang mulai menetes di lantai.

"Sa--sakit kak..."

"Kalau lo sampai gak nurut lagi sama gue, gue akan buat lo kesaktian lebih dari itu!!"

Cakra langsung pergi meninggalkan Nisa begitu saja tanpa memperdulikan darah yang menetes dari dahi Nisa.

Hiks! sakit...apa salahku kak Cakra?

Nisa bangkit dan langsung mengambil kotak obat di dalam laci, ia mengobati luka di dahinya sendiri kemudian menutup luka itu dengan kapas agar tak ada yang melihatnya.

Begitu menyakitkan ketika melihat pantulan dirinya sendiri di kaca melihat begitu menyedihkan penampilannya sekarang.

Terlihat jelas sekali lebam di dahinya, biru keunguan serta darah yang menetes bersamaan dengan air matanya. Ia berusaha menahan suara isak tangisnya dengan melipat ke dalam bibirnya agar tak terdengar oleh orang di luar sana.

Hiks! Gimana dengan nasibku selanjutnya nanti? Apa aku sanggup hidup dengan lelaki yang kasar seperti dia?

Clek!

Mendengar suara pintu yang terbuka, membuat Nisa dengan segera menghapus air matanya.

"Kamu belum bersiap juga? Ck! Kamu itu emang gak bisa diandalin, selalu aja nyusahin orang lain!" ujar Johan

"Aku akan segera beresin barangku yah.."

Nisa mulai memasukkan kembali bajunya ke dalam koper satu-persatu.

"Ayah.. bo-lehkah Nisa bertanya??"

Langkah Johan terhenti sebelum pria paruh baya itu keluar dengan sempurna dari kamar Nisa ketika mendengar suara Nisa yang tengah memanggilnya.

"Kenapa ayah lakuin ini?"bibirnya bergetar ketika ia mulai mengajukan pertanyaan pada sang ayah.

Johan menyilangkan kedua tangannya di dada, ia mengulas senyum remehnya pada Nisa. "Aku muak melihat mu, jadi gak ada salahnya jika aku memberikanmu sama keluarga Cakra! Dengan begitu aku gak perlu lagi mencari berbagai cara untuk mengusirmu dari sini, dasar pembunuh!"

Deg!

Nisa meremas ujung bajunya dengan kuat, lagi-lagi ia harus meneteskan air matanya.

"Nisa bukan pembunuh Ayah, hiks!"

"KAMU PEMBUNUH!! KAMU MEMBUNUH ISTRIKU!!"

"NISA BUKAN PEMBUNUH!!!" teriak Nisa untuk pertama kalinya pada sang ayah.

"Karena melahirkanmu, istriku menjadi sakit-sakitan dan pergi meninggalkan dunia ini! Kamu itu pembunuh!!! Jangan pernah panggil aku ayahmu lagi! Cepat beresin barangmu dan pergi dari sini!!!"

Johan meninggalkan Nisa begitu saja setelah menggoreskan luka di hati anak perempuannya satu-satunya itu.

Aku bukan pembunuh....hiks! Ibu, aku bukan pembunuh! Sakit sekali bu rasanya ketika ayah bicara seperti itu..apa yang harus ku lakuin sekarang bu?

****

Cast :

Cast :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagian kalimat sudah di hapus/di ubah 🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagian kalimat sudah di hapus/di ubah 🙏

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang