25. Mulai Membaik

72.4K 6.4K 454
                                    

Tidur Cakra terusik ketika suara kicauan burung menggema di telinganya, ia perlahan membuka kelopak matanya menyesuaikan dengan cahaya yang menusuk di matanya.

"Hahh..sakit banget ini kepala!"gumam Cakra.

Seketika Cakra teringat kejadian tadi malam di mana ia merasa sangat kedinginan kemudian tangan wanita itu dengan sigap membantunya, memberikan kehangatan untuknya.

Mata Cakra membulat dengan sempurna ketika kesadarannya mulai terkumpul. Ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Nisa yang begitu damai ketika tertidur.

Bahkan dalam tidurnya masih terlihat cantik.

Tangannya tanpa sadar menyentuh pipi mulus Nisa, menyelipkan rambut Nisa kebelakang telinganya.

Deg!

Nisa membuka kelopak matanya ketika jemari Cakra menyentuh bibir mungilnya itu.

Brak!

Karena rasa gugupnya, Cakra langsung mendorong tubuh Nisa hingga Nisa terjatuh dari kasur dan membentur lantai.

"Aw..."rintih Nisa

"Lo ngapain tidur disini dan peluk-peluk gue, hah!? Cari kesempatan ya lo!?"

Cakra mendudukkan dirinya disamping kasur dan memperhatikan Nisa dengan tatapan tajamnya yang terduduk dilantai sembari menyilangkan tangannya didepan dada.

"Kakak demam tadi malam, jadi Nisa ba---"

"Pergi lo!"usir Cakra

Nisa mendesah. "Gimana keadaan kakak? Lebih baik?"

"Berani banget lo tanya-tanya keadaan gue?! Lo sebenarnya seneng kan lihat gue kayak gini?!"

Nisa menggelengkan kepalanya dengan cepat. "G-gak kak, ak--"

"PERGI GAK LO!!"bentak Cakra, ia melempar bantal kearah Nisa.

"Baiklah, kalau gitu Nisa buatin sup ayam untuk kakak.."

"Terserah!"

Nisa langsung pergi dari kamar Cakra untuk menuju dapur.

Bukannya terima kasih malah marah-marah lagi!

Nisa terus menggerutu dalam hatinya sembari mengambil daging ayam serta sayuran didalam kulkas, tangannya begitu lincah dalam urusan memasak.

Tiga puluh menit kemudian sup ayamnya sudah jadi, ia segera membawa sup itu kekamar Cakra.

Clek!

"Kak ayo makan.."

Cakra menelan ludahnya dengan kasar, ia begitu tergiur dengan aroma sup ayam buatan Nisa yang merupakan makanan favoritnya sekarang.

"Suapin, kaki gue sakit!"

"Tangannya enggak kan? Pekerjaan Nisa masi ba--"

"Oh lo gak mau ngurusin gue lagi?! Istri macam apa lo!!?"

Nisa terkekeh, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat kemudian mendudukkan dirinya disamping Cakra.

Berani sekali wanita ini ngetawain gue!

Nisa meniup pelan sup nya agar tidak terlalu panas, setelah itu menyendokan ke mulut Cakra. Ia mengulas senyumannya melihat Cakra yang makan sup nya dengan lahap dari suapan tangannya.

"Enak?"tanya Nisa

"G-gak! Gue terpaksa makan ini!"

Terpaksa tapi kok lahap banget haha.

"Ngapain lo lihatin gue kayak gitu ha?! Di dalam hati lo pasti lo hina gue kan?!!"

Nisa menghiraukan ucapan Cakra, ia meletakkan mangkuk kosong itu di nakas kemudian membantu Cakra meminum obatnya.

Plak!

Cakra menepis kasar tangan Nisa yang berada di keningnya.

"Apaan sih lo! Lancang banget nyentuh gue!"

"Seperti nya keadaan kakak udah membaik, em.. ada yang bisa aku bantu lagi?"

"Gak! Gue bisa sendiri, sana lo pergi!"tolak Cakra dengan tegas.

"Yakin?"

"Ck! Lo ngremehin gue, ha?!" ucap Cakra dengan suara yang mulai meninggi.

Nisa menggelengkan kepalanya, ia kemudian pergi dari kamar Cakra menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya, tapi belum sempat kakinya dengan sempurna menginjak kamarnya, lagi-lagi Cakra berteriak memanggil namanya.

"NISA!!"

"NISA! BANTU GUE!!"

"NISA!!"

Nisa menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia tak habis pikir dengan Cakra.

Katanya bisa sendiri, baru ditinggal sebentar saja udah manggil-manggil.




D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang