Dua hari kemudian kini Nisa telah bebas menghirup udara segar, ia sudah merasa sangat bosan mencium bau obat-obatan dirumah sakit.
Nisa benar-benar tak memperbolehkan Cakra untuk memasuki ruang rawat inap dengan alasan kesehatannya.
"Kamu yakin langsung kerumah Cakra untuk mengambil pakaian mu?"
Nisa mengangguk. Ia telah mengumpulkan segala keberaniannya untuk menginjakkan kembali kakinya dirumah itu, rumah yang menjadi saksi bagaimana kehidupan Nisa bersama Cakra.
Mobil mereka sudah terparkir di areh rumah Cakra, Nisa menatap rumah itu.. seketika ingatannya kembali saat pertama kali ia menginjakkan kakinya disana. Rumah yang telah menjadi saksi bagaimana Cakra memberikannya sebuah pukulan, tamparan, hinaan, serta kejadian terakhir kali yang sangat-sangat menyakiti hatinya.
"Ayo biar ayah antar kedalam.."
Nisa langsung menoleh setelah mendengar ucapan ayahnya.
"Ngga yah biar Nisa sendirian.."
"Ayah akan tetap ikut nak, ayah akan menjagamu.. kamu ingat kan waktu dirumah sakit bagaimana tingkahnya saat bersikeras untuk menemui mu?"
Nisa paham jika ayahnya kini sangat mengkhawatirkannya, ia kemudian menepuk punggung tangan Johan seolah sedang memberitahu jika ia akan baik-baik saja.
"Jangan larang ayah, ayah takut jika ia tak bisa menahan emosinya nanti."
"Baiklah yah.."
Nisa menghembuskan nafasnya dengan kasar berharap jika semua kegugupannya akan hilang bersama hembusan itu.
Maaf, Nisa harus melakukan ini, kak..
Mereka keluar dari mobil itu dengan tangan yang saling bergandengan.
Ting..tong...Ting...tong...
Clek!
"Nak Nisa?! Kamu sudah kembali?? Mama baru saja mau jenguk kamu.."
Nisa hanya mengulas senyumnya.
"Em, maaf Nisa mau ambil pakaian.."
"Pakaian? Untuk apa nak?"
"Nisa mau tinggal sama Ayah.."
Siska mengernyitkan keningnya, bingung itulah yang dirasakan. Ia menatap dalam Nisa mencoba untuk menerawang apakah Nisa benar-benar kehilangan ingatannya? Pasalnya dokter waktu itu tak mengatakan apapun padanya dan Cakra.
Apalagi yang akan terjadi pada rumah tangga anakku? Bagaimana dengan Cakra jika tau Nisa akan kembali ke rumah orangtuanya?
"Ekhem! Siska, izinkan Nisa untuk masuk sebentar mengambil pakaiannya.."pinta Johan
Siska mendesah ia menggeser sedikit tubuhnya memberikan jalan untuk Nisa masuk.
Deg!
Kedua pasang mata suami-istri itu saling bertemu. Nisa berusaha menutupi rasa takutnya, rasa gugupnya, rasa sakit dan kecewa nya pada Cakra.
"Sa--sayang? Lo pulang?!"
Cakra berlari ia berhamburan kedalam pelukan Nisa, dipeluknya Nisa dengan erat meskipun tak ada balasan dari Nisa.
"Gue yakin lo pasti kembali, gue yakin lo pasti inget sama gue..."ucap nya dengan antusias.
Cakra menguraikan pelukan itu, terpancar sebuah kerinduan yang begitu dalam dari matanya.
"Kenapa kamu selalu kurang ajar menyentuh orang lain seenaknya sendiri?"
"Mak-sud lo?"
"Maaf, A-ayah.. bisakah ayah menyuruhnya untuk menjauh dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...