Pagi yang sejuk, udaranya tidak begitu dingin, namun tidak begitu panas. Hangat. Jungmo sangat menyukai udara seperti ini, yang membuat tidurnya semakin nyenyak.
Perlahan kicauan burung gereja memanggil-manggil, menyuruhnya untuk bangun dari tidurnya. Jungmo pun membuka matanya perlahan.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengusir kantuknya, dan menyadari bahwa dirinya sedang menatap langit-langit yang asing.
Jungmo menengok ke kiri dan ke kanan, sebelum menemukan wajah Woobin yang menatapnya dengan senyuman hangat.
"Heh, masa gue mimpiin Woobin lagi dah—astaga"
Jungmo tertawa mendengus kecil tanda tidak percaya atas imajinasinya sendiri, lalu mendusel kepalanya kepada Woobin—menjadikan paha Woobin sebagai bantal kepala pribadi.
Woobin mengusap lembut kepala Jungmo, sambil menahan senyumnya. Ga pengen ketahuan sama Jungmo, kalau ini tuh bukan mimpi. Dia pengen tahu, apa sih yg diimpiin Jungmo tentang dia?
"Bin, lu manusia paling ganteng, paling manis sedunia"
Ini.. Jungmo ngigo apa mabok dah?
Batin Woobin sembari menahan tawanya.
"Gue emang bego nolak lu.. tapi kenapa lu kudu jadian sama serim sih? Haah, tapi apalah gue yang bisanya cuma bermimpi tiduran di paha lu, bin?"
"...Jungmo, lu ga lagi mimpi"
Jungmo langsung bangun dan duduk, kaget dia. Tapi karena bangunnya terlalu mendadak, Jungmo pun oleng—baru sekarang kepalanya terasa berat. Mungkin efek mabuk-mabukan yang semalam.
Jungmo hampir saja terjatuh ke belakang, tapi Woobin keburu menangkap tangan Jungmo. Jadinya Jungmo jatuh ke dalam dekapannya Woobin.
"W-woobin? Aduh, kepala gue" Jungmo mengurut pelipisnya, berharap bisa mengurangi sakit kepalanya.
"Lagian lu juga ngapain minum-minum sampe mabuk begitu sih, mo?"
"..." Hening.
"Kenapa? Nyesel ya nolak gue?"
"..." Hening 2.
"Trus lu liat prof picnya kak serim, jadi galau sendiri?"
"...kalo udah tau semuanya ngapain nanya lagi coba" ucap Jungmo kesal.
"Heheheh" Woobin terkekeh.
Jungmo terdiam saat melihat senyuman manis Woobin yang kembali lagi kepadanya, lalu dia pun melepaskan pelukannya dari Woobin.
"Ehem" Jungmo pun berdeham dan kemudian ia duduk bersimpuh di hadapan Woobin.
Woobin berbalik menatap Jungmo dengan pandangan aneh.
"Seo Woobin, gue tau gue egois banget selama ini.."
"Iya"
"Gue juga bego banget udah nolak jadi pacar lu"
"Iya"
"Terus gue juga ga jelasin kenapa gue ga mau pacaran sama lu"
"Iya"
"...gue mau ngomong bisa ga diselak dulu ga?"
"Heheh..iya mo"
"Oke..."
"Lanjutin mo, mau ngomong apa?"
"Lu...masih pacaran sama kak Serim?"
Tanya Jungmo perlahan, jantungnya berdebar kencang karena khawatir—dia ga tahu kalau Woobin sudah putus sama Serim tadi malam.

YOU ARE READING
My Dearest Best Friend (END)
FanfictionBxb Mogubin AU Best friend Campus life Roommate Bahasa Indonesia Bahasa sehari-hari, ga baku Mild language & profanity