Part•11

235 51 5
                                    

Minhee diam sejenak, memproses informasi yang udah kaya rahasia umum itu.

"Abis nyatain perasaan...terus?"

"Terus dianya ga inget"

Mata minhee terbelalak, berusaha keras menahan tawa yang akhirnya meledak juga.

Apes banget emang si jungmo.


Jungmo mendelik pada minhee sebelum melanjutkan makan jjajangmyunnya yang sudah mulai melar.

Tawa minhee mereda, tapi ia tahu masalahnya pasti ga berakhir di situ. Pasti ada yang jungmo lakuin sampe dia diusir sama woobin.


Kok tau diusir?

Seorang gu jungmo itu ga bakal keluar dari kosan pagi-pagi begini.

Apalagi pas liburan gini, sepagi-paginya jungmo keluar dari goanya—ya sebutlah jam 1 siang.


Dan sepanjang pertemanannya dengan jungmo selama 3 semester ini, minhee menyadari satu hal dari kepribadian jungmo: childish.

Saking childishnya, sampai dibilang anak kecil yang terperangkap di badan orang dewasa pun ga salah-salah amat.


Dilihat dari mana?

Minhee lihat dari cara jungmo memperlakukan woobin, orang yang disukainya. Yaitu dengan digoda, diisengin, dan dibully.

Persis seperti anak SD yang lagi jatuh cinta, kan? Bahkan anak SD saja tahu batasan sampai mana ngebully teman yang ditaksir.

Jungmo? Bisa dibilang isengnya hampir ga kenal batas.


"Lah gampang kan mo kalo gitu..sekarang lu tau perasaan woobin, lu tinggal nyatain perasaan lu dan jadian deh"

"Ga segampang itu bambang.. gua yakin woobin ga sadar itu pas ngomongnya"

Jawab jungmo sambil ngunyah makanan di mulutnya.

"Lagian begitu gue ungkit lagi si woobinnya langsung pucet—ya pucetnya kaya lu kemaren lah min"

Kali ini giliran minhee yang terdiam.


"Oya gimana kelanjutannya kemaren sama si seongmin itu?"

Topik pembicaraan yang sedari tadi dihindari minhee, akhirnya terlontar juga dari mulut jungmo.

"Ya ga gimana-gimana"

Jawab minhee singkat sembari mengaduk-aduk jjampongnya, siap untuk disantap.

Jungmo mendengus.

"Segala bohong lagi.. gue liat kok dia nungguin lu keluar dari resto"


Ternyata seongmin sudah berdiri di sana bahkan sejak jungmo dan woobin keluar duluan sebelum minhee.

"Sini, sini, cerita dong sama abang"

Minhee pasang muka jijik, tapi jungmo cuma cengengesan melihatnya.

"Bentar gue terawang dulu—"

Jungmo menempelkan jari telunjuk dan tengah di pelipisnya, serasa cenayang.


"Hmmm.. iya, iya—dia mantan lu?"

Melihat minhee ga memberi respons apa-apa, jungmo semakin excited.

"Bener min? Tebakan gue bener??"

Lalu ia menempelkan lagi kedua jarinya di pelipisnya.

Minhee lanjut makan.


"Ooo....pisahnya ga baik-baik ya?"

Kali ini minhee merespons dengan menendang kakinya jungmo, tapi yang ditendang buru-buru ngelak.

Berakhir minhee menendang kaki bangku, dan merintih kesakitan.

"Mau nendang gue, berilmu dulu sepuluh tahun lagi"

Ucap jungmo, sambil terkekeh ala-ala antagonis.


"Ga boleh gitu min, mau pisah pun harus baik-baik"

Ceramah jungmo, seakan-akan sarjana jurusan relationship. Padahal sendirinya jomblo akut.

"Tau ah..kenapa jadi ngomongin gue dah ini?"

Akhirnya minhee sadar, kalo yang lagi dilanda masalah itu sebenernya jungmo dan woobin.

Tapi jungmo dengan expertnya mengalihkan topik jadi ngomongin persoalan minhee dan seongmin.


"Lagian mo, kenapa lu ga jujur aja dan bilang ke woobin kalo lu juga suka sama dia sih?"

Tawa dan senyum jungmo luntur, digantikan oleh ekspresi yang lebih serius.

Jarang-jarang jungmo bisa serius begini.


"Gue udah mutusin bakalan go with the flow aja. Ngikutin pace-nya woobin, kalau dia mau tetep temenan kaya sekarang, ya gue hayo aja"

Minhee menatap jungmo sambil membatin,

Dasar masokis.


"Itu mah lu aja kali yang ga berani komit buat menjalin hubungan"

Celetukan minhee menusuk jungmo tepat di bagian yang paling menyakitkan.

Ga berani menjalin hubungan.


Ya, jungmo memang belum berani berkomitmen menjalin hubungan.

Tapi lebih dari itu, jungmo takut. Sebagai teman, kalau berantem itu gampang balik lagi.

Tapi sebagai pacar? Susah. Bisa-bisa malah putus hubungan sama sekali, bahkan saling menghapus eksistensi dari kehidupan masing-masing.

Woobin adalah bagian terpenting dalam kehidupan jungmo. Apa jadinya jungmo kalau woobin menghilang dari kehidupannya?


Tanpa ba-bi-bu, jungmo bangkit dan pergi mengambil beberapa makanan kecil dan obat-obatan, lalu pergi ke kasir untuk membayar.

Minhee masih sibuk ngabisin jjampong instantnya, bahkan sewaktu jungmo menghampirinya kembali untuk pamit.


"Gue balik duluan"

Ucap jungmo sambil menepuk pundak sahabatnya.

"Cepet baekan gih. Ngumpul ga rame kalo berdua doang"

Kata minhee sambil menyeruput habis kuah jjampongnya.

Jungmo mendengus kecil.


"Lu juga. Masalah tuh harus dihadapin, bukannya dihindarin"

Saran jungmo sebelum beranjak pergi.

Jungmo sendiri baru saja lari dari masalahnya sendiri.

Tapi seengganya sekarang dia lagi berusaha buat hadapin woobin dan memperbaiki kesalahannya.


Sedangkan minhee?

"...gue ga janji"

Masih lari dari ahn seongmin.










🐱❤️🐻

Hai 👋🏻

Congrats cravity & luvity 🥳🥳🥳
Kita udah kerja keras voting tiap hari pake banyak account ('._.')\('́⌣'̀ )

Ke depannya kita terus dukung anak-anak yukk biar makin banyak achievement yang bisa diraih cravity 🥺🥺

Anyway, terima kasih sudah membaca, comment dan vote cerita ini yaa

See you in the next chapter 💕

My Dearest Best Friend (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя