Bunyi pintu bel apartment woobin, standard lah bunyinya seperti bel-bel pada umumnya.
Woobin berjalan lemah menyeret langkahnya. Meski sudah mandi, pusingnya tidak kunjung hilang.
Ding dong
Belnya dipencet lagi, woobin jadi membatin.
Siapa sih, pagi-pagi begini?
Woobin memencet intercom, dan terlihat yang ada di depan pintu apartmentnya adalah jungmo.
Konyol, dia kan bisa buka pintu sendiri.
Monolog woobin, masih gondok. Tapi setelah melihat ekspresi wajah jungmo yang terlihat bersalah, hati woobin mencelos.
Baru kali ini si man-child jungmo—yang selama ini bersikap acuh tak acuh terhadap segala hal dan menganggap semuanya bisa dijadikan lelucon—memiliki raut wajah seperti itu.
Senyum mengembang di bibir woobin, namun buru-buru ia berdeham, memasang wajah masam untuk menggoda jungmo.
Isengnya woobin sama saja dengan jungmo, pantes jodoh—EH
Woobin membuka pintu apartmentnya sedikit, cukup untuk melongokan kepalanya.
"...ngapain"
Ucap woobin judes sembari menatap tajam jungmo.
"Masih ngambek ga?"
Tanya jungmo dengan hati-hati.
"Kalo masih, gimana?"
"...Nih"
Ujar jungmo sambil menyodorkan sekantung penuh makanan dan obat-obatan kepada woobin.
"Ada kimbab, kimchi, sama obat hangover. Gue pergi lagi ya"
Woobin tertegun.
Setelah diusir seperti itu, jungmo masih sangat memperdulikannya dan bahkan membelikannya sarapan serta pereda hangover.
Jungmo menunduk dan berpikir, ke mana ia harus menghabiskan waktunya sampai woobin sudah ga ngambek lagi?
"...masuk"
Mendengarnya jungmo langsung menoleh ke arah woobin, tapi yang ditengok justru membalikkan badannya.
"Masakkin gue haejangguk"
Ujar woobin sambil menyembunyikan senyuman lebar yang kini menghiasi wajahnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Potong dagingnya tipis-tipis, mo"
"Ga gitu mo! Woy!"
Woobin berseru ngeri melihat cara jungmo memegang pisau dapur. Ia buru-buru mengambilnya dari genggaman jungmo.
"Aduuh, udah yang lagi sakit kepala duduk aja deh. Sini pisonya, biar gue lanjutin masaknya"
Ujar jungmo, manyun karena pisaunya direbut.
Woobin memutar bola matanya dengan jengkel sebelum berkata,
"Yang ada gua makin sakit kepala liatin lu masak"
Jungmo cengar-cengir mendengarnya.
Dia memang ga biasa masak. Bukannya ga bisa, tapi gabiasa.
Selama ini tugas jungmo yang paling mendekati buat masak memasak itu ya cuma ngeluarin duit untuk beli-beli bahan makanan.
Selebihnya woobin yang mengambil peran, dan selalu masak untuk jungmo.
Woobin memang bisa dibilang jago banget masak, dari nasi goreng kimchi, donkasu, sampai jjajangmyun aja bisa dia buat.
Kerennya lagi, rasanya ga jauh beda—bahkan lebih enak dari masakan-masakan restoran yang pernah jungmo cicipi selama 20 tahun hidupnya.
Oke lebay, mungkin ga selama itu.
Tapi intinya tetap lebih enak daripada makanan yang disajikan di restoran pada umumnya.
Berat badan jungmo saja sampai naik 8 kg setelah tinggal sama woobin. Ya, kalau kata orang sih tanda bahagia karena tinggal bareng pasangan 😌
Fakta itu sempat bikin mamanya jungmo sedih.
Masa' jungmo lebih doyan makan masakannya woobin ketimbang masakan mamanya?
Sampe-sampe mamanya jungmo pernah khusus ngechat woobin—ngepoin resep masakannya.
Jadi kebayang dong, seberapa jago woobin dalam hal masak-memasak?
Gitu lah, dari yang niatannya menyuruh jungmo buat masakin sup hangover buatnya malah jadi woobin yang bikin sendiri.
Ga lupa, dia bikinin dua porsi. Satu buat dia, dan satu lagi buat jungmo yang kemarin juga minum-minum. Kurang dari 15 menit, supnya sudah jadi dan siap buat disantap.
Jungmo menyusun meja makan untuk woobin, tapi dateng-dateng woobin bawa dua mangkuk. Mereka pun saling tatap-tatapan bingung.
"Kok peralatan makannya cuma satu? Buat makan gue mana?"
Protes woobin.
Jungmo bengong.
"Ini"
Katanya sembari menunjuk peralatan makan yang baru saja ia siapkan.
"Peralatan makan lu mana?"
Jungmo ngefreeze. Sebenernya dia masih kenyang, kan udah makan jjajangmyun tadi bareng minhee.
Tapi melihat sup yang dibawakan woobin, jungmo antara tergiur sama wangi dan visualnya, sama ga tegaan dengan kerja keras woobin yang udah capek-capek masakin seporsi ekstra buatnya.
Perlahan jungmo duduk di kursinya dan tersenyum pada woobin yang membalas senyumnya dengan tatapan bingung.
"Gantian dong. Gue yang nyiapin alat makan lu, lu juga siapin alat makan gue"
Ucapnya sambil tersenyum polos pada woobin.
Nice save, Jungmo! Batinnya.
Woobin menghela nafas, sahabatnya itu benar-benar kekanak-kanakan.
Ia pun menaruh kedua mangkuk yang berisi haejangguk di meja makan, dan menyiapkan peralatan makan buat jungmo.
Setelah semua siap, woobin menatap jungmo dengan wajah datarnya.
"Udah, paduka?"
Jungmo dibuat cengengesan dengernya.
"Heheh, bagus, bagus. Nanti paduka ajak rakyat jelata satu ini dinner di resto kelas atas"
Janji jungmo pada woobin, yang dibalas dengan dengusan kecil bernada meremehkan.
🐱❤️🐻
Haii 👋🏻
Terima kasih sudah membaca, comment dan vote book ini yaa 🥰