Part•3

340 59 8
                                    

Woobin terus memutar otak, mencoba menafsirkan makna dibalik kata-kata jungmo tadi.

Alhasil, dia jadi ga konsen sama pelajaran.

Maksud jungmo gimana sih? Batin woobin.

Tujuan dia tinggal di kosan gue tuh cuma gara-gara jarak antara rumah dia dan kampus jauh.

Kalo udah libur gini, dia kan ga perlu ngampus.

Woobin terus menanyakan hal yang sama di kepalanya:

Terus buat apa dia milih tinggal sama gue selama libur musim dingin?

Sesadarnya woobin dari pikiran yang terus menghantuinya, ia dan jungmo sudah selesai diceramahi oleh pak dosen.

Mereka jalan beriringan—jungmo di depan, woobin di belakang.

Diam-diam woobin memandangi punggung jungmo yang meskipun kurus, ternyata bidang.

Beberapa kali woobin hampir tergoda untuk menyandarkan kepalanya.

Atau sekedar memeluknya dari belakang waktu jungmo lagi nyuci piring bekas makan mereka.

Beruntung selama 3 bulan tinggal bersama, woobin masih bisa mengontrol dirinya.

Tiap kali tangannya gatal ingin memeluk jungmo, woobin pergi keluar dengan alasan untuk jogging.

Padahal tujuan woobin keluar dari kosan ya cuma untuk distract dirinya sendiri.

Selain memiliki punggung yang bidang, jungmo juga memiliki tinggi badan yang proporsional.

Kakinya yang jenjang mendominasi sebagian besar figurnya, membuat jungmo terlihat seperti model.

Woobin gatau sedari kapan tepatnya ia mulai menyukai jungmo. Apa dari pertama kali bertemu, atau dari pertama kali mereka pentas bersama?

Atau mungkin karena jungmo juga menggemari musik, mereka jadi banyak mengobrol soal musik?

Contohnya ya seperti sekarang ini.

"Abis ini temenin gue ke toko musik, bin" ajak jungmo tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

"Kalo ngajak orang tuh ngomongnya sambil ngadep, gitu" jawab woobin, sendirinya hanya memandangi lantai sambil berjalan di belakang jungmo.

Tiba-tiba jungmo berhenti, dan woobin yang ga liat ke depan pun menabrak punggungnya.

Akhirnya ya bin, kesampean juga.

Jungmo membalikkan badan kepada woobin, kemudian menunduk sedikit sampai mata mereka bertatapan.

"Abis ke toko musik, kita makan di resto gopchangnya minhee" jelas jungmo, seakan-akan lagi briefing jadwal mereka hari ini.

"I-iya" woobin menjawab dengan terbata, jantungnya berdebar cepat.

Woobin beringsut mundur, berusaha menjauhi wajah jungmo yang berada pas di depannya.

Melihat reaksi woobin, jungmo menyunggingkan senyuman miring yang usil.

"Anak pinter" kata jungmo sambil mengacak-acak rambut woobin. Lagi-lagi woobin terdiam.

Akhir-akhir ini, banyak kelakuan jungmo yang seakan-akan ngasih kode ke dia.

Woobin jadi overthinking segala sesuatu yang terjadi di antara jungmo dan dirinya.

Seperti contohnya, mengacak-acak rambut woobin? Baru kali ini jungmo bersikap begitu kepadanya.

Tapi bukan woobin namanya kalau ga mutusin untuk diam seribu bahasa.

Harus gitu caranya, baru woobin bisa tetap bersahabat dengan jungmo. Seperti yang selama ini dia lakukan.

"Ngapain, by the way, mampir ke toko musik?" tanya woobin, yang diam-diam merasa senang soalnya dia juga mau liat-liat pick baru buat gitarnya.

"Mau ngambil bokep" jawab jungmo singkat. Woobin terdiam, gatau jungmo lagi bercanda atau serius.

Gimana ceritanya coba ke toko musik, tapi tujuannya buat ngambil bokep?

Ya woobin maklum sih, soalnya selama tiga bulan ini dia belom pernah sekalipun mergokin jungmo nonton bokep ataupun ngakses website dewasa.

Woobin bahkan ga sampai kepikiran tentang hal itu, soalnya dia sendiri sibuk nyembunyiin perasaannya kepada jungmo.








🐱❤️🐻

Halooo 👋🏻👋🏻
Makasih ya sudah membaca, vote dan comment di cerita ini

Kangen mogubin ga sih? Aku kangen berat ;__;
Nulis ini sambil nunggu mereka vlive bareng sesuai janjinya jungmo di vlivenya yg kmaren itu ;__;

See you in the next chapter yaa 💕💕

My Dearest Best Friend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang