Woobin berdiri sambil nyilangin kedua tangannya di depan dada. Ia terus melirik tajam jungmo, yang sedari tadi tersenyum usil.
"Gimana, apa resto bintang lima ini cocok sama taste rakjel?"
Woobin berdecak, malas memberi tanggapan kepada jungmo.
Haha—bintang lima?
Berani-beraninya jungmo nanya, padahal mereka lagi berdiri di depan resto ayam yang baru aja kemaren malam mereka kunjungi.
Fyi, jungmo itu kalo lagi suka sama satu makanan, dia bisa makan menu yang sama sampai berhari-hari.
Menu minggu lalu: donkasu. Menu minggu ini: ayam goreng!
Harusnya woobin sudah curiga begitu jungmo cengar-cengir sepanjang perjalanan menuju kemari.
Mereka pun masuk ke restoran itu, dan kembali disambut oleh seorang pemuda yang memiliki tanda pemanis di ujung hidungnya.
"Selamat datang, untuk berapa orang?"
Tanya pemuda itu dengan penuh senyum, raut wajahnya sangat berbeda dengan yang woobin dan jungmo lihat kemarin.
"Buat berdua"
Sahut jungmo menjawab pertanyaannya.
"Baik, mari ikut saya"
Ucap pemuda itu sembari menunjukkan meja yang tersedia untuk woobin dan jungmo.
"Silahkan diambil makanannya"
Pamit pemuda itu, kakinya melangkah untuk meninggalkan woobin dan jungmo.
"E-eh! Tunggu, tunggu"
Jungmo buru-buru menghentikan seongmin.
"Lu Seongmin, kan?"
Yang ditegur cuma diam, raut wajahnya bingung.
"...Iya, kenal dari mana ya?"
Tanya seongmin, sedikit menjauh seakan-akan sedang menaruh curiga pada jungmo.
Tampaknya kemarin matanya hanya tertuju pada minhee seorang, sampai tidak menyadari keberadaan dua makhluk yang kini duduk di depannya.
"Tenang, kita bukan orang aneh, kok"
Jawab jungmo sambil senyam-senyum, yang sukses bikin dia makin kelihatan mencurigakan.
Woobin menghela nafas. Kalo soal bersosialisasi, jangan pernah percaya sama jungmo.
"Emm, mungkin kamu ga kenal kita. Tapi kamu kenal minhee kan? Kita teman kuliahnya minhee"
Ujar woobin, mengambil alih percakapan dengan suara dan nada bicaranya yang tenang sekaligus meyakinkan.
Seongmin terdiam sejenak. Ia tampak berusaha mengingat bayang-bayang dua manusia yang kemarin makan semeja dengan minhee.
Setelah cukup yakin bahwa jungmo dan woobin samar-samar ada dalam ingatannya, seongmin membuka mulutnya.
"...kak minhee"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dari percakapan singkat mereka dengan seongmin, jungmo dan woobin mengetahui kronologi tentang apa yang disembunyikan minhee dibalik gelagat anehnya kemarin.
Satu, seongmin itu adik kelas minhee waktu SMA. Dua, minhee tiba-tiba lost contact waktu wisuda. Tiga, seongmin ingin catch-up sama minhee setelah tiga tahun ga ketemu.
Seongmin melewatkan satu detil penting dalam menceritakan tentang hubungannya dengan minhee.
Detil penting yang hanya diketahui oleh jungmo seorang—seongmin lebih dari hanya sekedar adik kelas minhee.
Seongmin adalah mantannya minhee.
Jungmo dan woobin menyelesaikan makan mereka dan berjalan pulang dengan beban baru, yaitu hubungan antara seongmin dengan minhee.
Harus diapakan informasi berharga ini?
Batin jungmo dalam hati. Berbagai macam skenario ia putar di dalam kepalanya.
Membantu mempertemukan minhee dengan seongmin, dan membiarkan mereka menyelesaikan hubungan masa lalu mereka semakin terdengar meyakinkan dalam pikiran jungmo.
Tanpa disadari mrt yang mereka naiki sudah sampai di stasiun terdekat dari apartement woobin, dan mereka pun berjalan keluar.
Woobin menatap jungmo yang sedang berjalan di sampingnya.
Ia berjalan dengan raut wajah yang serius seakan sedang tenggelam dalam pikirannya—woobin pun terkekeh.
"Hehehe"
"Napa lu, bin? Mabok?"
Tanya jungmo, bingung. Hari itu mereka tidak minum-minum, jadi kenapa woobin tertawa sendiri?
"Ga nyangka gue mo, ternyata lu perhatian juga ya sama minhee"
"Lah emangnya gue ngapain?"
Jungmo menatap sahabatnya dengan aneh, dari mana woobin bisa menyimpulkan kalau jungmo itu perhatian sama minhee?
"Lu ngajak makan di restoran ayam ini khusus buat minhee, kan?"
"...sok tau lu bin"
Woobin tersenyum, dan menghela nafasnya.
Uap putih terlihat mengepul keluar dari mulut woobin, dan ia pun menggosok kedua telapak tangannya untuk menghangatkan diri.
Melihat hal itu, jungmo mampir sebentar ke stand jajanan yang berjejer di sepanjang jalan dari mrt menuju apartment woobin.
Balik-balik, ia membawakan ubi panggang beserta kastanye panggang dan memberikannya pada woobin.
Ubinya masih hangat, uapnya mengepul di udara. Sangat cocok disantap di malam yang dingin ini.
"Ati-ati, masih panas. Nanti bibir lu dower, lagi"
Penting banget ya jungmo, pake acara ditambahin komentar bibir segala. Ga bisa nentuin mau jadi rese aja atau jadi sweet aja, gitu?
Rese sama sweet diborong semua.
Woobin pun melayangkan sikunya pada sisi rusuk jungmo, tentu dengan mengontrol kekuatannya supaya jungmo ga keseleo lagi.
Terus woobin jalan duluan ninggalin jungmo yang berjalan dua, hingga tiga langkah di belakangnya.
Tangan dingin woobin perlahan menjadi hangat setelah menggenggam ubi yang dibelikan jungmo.
"Thank you, mo"
Bisik woobin sambil senyum-senyum sendiri.
🐱❤️🐻
Haii 👋🏻
Terima kasih sudah membaca, comment dan vote fanfic ini yaa 🥰