Bab 4 : Between Us

295 72 3
                                    






Recommended Song :
Little Mix — Secret Love Song ft. Jason Derulo

















Windy hanya bisa terdiam saat melihat banyaknya orang yang datang. Mereka memakai setelan jas sama seperti Nakula. Bedanya, mereka memakai semacam earphone ditelinganya. Mirip paspampres saja. Hal itu membuat Windy berpikir kalau Nakula memang orang penting. Mereka berkumpul didekat pintu dan Nakula tampak berbincang serius dengan mereka semua.

“Dia sudah dewasa…” lirih Windy. Melihat punggung tegap Nakula dari belakang, Windy jadi termenung. Nakula hanya memakai kemeja putih, jas nya entah kemana. Dulu ia pikir kalau Nakula seumuran dengannya karena wajahnya tampak muda. Siapa sangka malah lebih tua 5 tahun.

“Lalu mobilnya? Sudah dapat? Aku melihatnya dengan jelas dan aku yakin saksi juga banyak. Mobil warna abu-abu berplat AA.”

“Sedang kami selidiki, Tuan Muda. CCTV depan Royal Real Estate juga sedang kami cek.”

“Pengemudinya harus kalian temukan. Berani sekali melukai keluarga Nasution.” Nakula mendesis kesal saat menyentuh perban di dahinya.

“Lalu, nona itu bagaimana?”

Nakula berbalik menatap Windy yang juga tengah menatapnya. Kepergok karena menguping, Windy langsung mengulum bibirnya. Cowok muda berumur 22 tahun itu akhirnya mendekat sambil menyerahkan permen.

“Biar gue bantu ngomong ke pelatih lo.”

Windy terkejut. Pelatih? Nakula akan bicara ke pelatihnya? Tentu saja itu hal gawat. Bisa-bisa ia makin dimarahi. Sekarang saja ia sudah telat. Yang harusnya sampai di pelatnas jam 10 pagi, ia malah telat 2 jam karena kecelakaan.

“Gak usah. Gue bisa sendiri.”

“Lo serius? Pelatih lo coach Indra, kan? Gue kenal beliau.”

Permen yang ia emut hampir membuatnya tersedak. Apa katanya tadi? Nakula mengenal coach Indra? Kenal darimana woy? Windy semakin yakin kalau Nakula ini memang penguntit.

“Lo kayak penguntit beneran.”

Pemuda itu menghela nafas panjang. Susah juga dikasih tahu. “Kalau gue yang ngomong, coach Indra bisa mengerti. Secara kita sama-sama dewasa.”

Sontak Windy melotot tajam. “Lo nyindir gue bocah? Asal lo tahu, gue udah punya KTP, SIM, bisa nyetir mobil, dan bisa ikut pemilu! Gue juga udah dewasa!” sentaknya sebal. Teriakan itu membuat salah satu anak buah tadi mendekat tapi Nakula lebih dulu mencegahnya.

“Dia cuma anak kecil. Abaikan saja,” bisik Nakula. Orang itu mengangguk dan kembali ke tempatnya.

“Lo dikatakan udah dewasa kalau berumur 20 tahun.”

“Terus kenapa syarat pembuatan KTP minimal 17 tahun? Itu artinya umur 17 dianggap legal, kan?”

Astaga, Nakula menyerah. Ia mengedikkan bahunya lalu berbalik. “Oke, selesaikan sendiri.”

Windy memandang kepergian Nakula dengan ekspresi tak rela. Cowok itu kembali berbincang dengan anak buahnya. Kini kedua tangan Nakula sudah ada iPad dan makalah. Entah apa yang mereka bicarakan tapi Windy masih terpaku melihatnya. Nakula benar-benar dewasa. Bahkan anak buah itu terlihat lebih tua dari Nakula, tapi Nakula seperti atasan dari mereka semua. Dan tadi, Nakula terlihat keluar dari Royal Real Estate. Apa Nakula tinggal disana? Di apartemen mewah bak surga itu tapi penuh dengan skandal?

Tiba-tiba deringan ponsel terdengar nyaring. Windy dengan cepat mengambil ponselnya di tas dan tangannya langsung bergetar melihat siapa yang menelepon. Keringat dingin mulai bercucuran. Astaga, apa yang harus ia katakan pada coach Indra nanti? Apa ia harus jujur kalau ia habis kena tabrak lari? Tidak tidak, yang ada coach Indra malah tambah mengomelinya. Lalu ia harus bagaimana?

When Windy Falls In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang