Bab 5 : I'm The Problem

320 65 7
                                    

Recommended Song :
Taylor Swift — Anti-Hero




"I really have no right to be angry or annoyed to you but why does it hurt so much?"














2200+ words, hope you like it 💚

















Windy duduk sendirian di area belakang pelatnas. Tepatnya di area tanah lapang luas kosong yang biasanya digunakan atlet untuk jogging. Ia juga bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa ia kesal? Tapi wajar kan kalau ia kesal? Nakula sendiri yang menyuruhnya menjadi rival Helena tapi dia sendiri juga mengenal Helena?

Apa itu artinya ia juga dianggap remeh oleh Nakula, kan?

“Are you okay?” tiba-tiba Nakula sudah ada disampingnya. Sepertinya cowok itu berlari. Dan seperti biasa Nakula akan diikuti oleh para pengawal tadi.

“Menurut lo?” tanya Windy balik.

“Maaf, gue gak sempat ngasih tau. Helena teman masa kecil gue. Dia anak dari temen nyokap.”

“Ada yang nyuruh lo buat jelasin?” lagi, Windy menyindir. Ia sudah lama membenci Helena dan melihat Nakula mengenal baik cewek itu, kebenciannya makin membuncah. Dan keinginannya untuk mengalahkan Helena menjadi-jadi juga.

“Maaf.”

Windy mengalihkan wajahnya. “Lo kenal Helena rupanya. Di mata gue lo langsung kerasa asing.”

“Gue butuh waktu buat jelasin. Tapi gue lupa kalau lo dan Helena sama-sama di pelatnas. Gue cuma fokus ke lo doang. Di pikiran gue, lo harus selamat sampai ke pelatnas. Itu aja.” Nakula menyentuh perban di dahinya sebentar. Windy yang melihat itu jadi menurunkan egonya sendiri.

“Lo terluka. Apa sakit?”

“Cuma luka kecil. Nanti juga bakal gue lepas perban nya.”

Windy menghela nafas. “Karena lo jujur, gue juga akan jujur. Gue gak suka Helena,” ujar Windy cepat. Ia menunduk dan melihat sepatunya lagi.

“Karena?”

“Dia selalu nyebut gue dengan anak narapidana. Padahal identitas gue udah dirahasiakan sama pihak PBSI. Tapi Helena entah darimana bisa tahu dan dia selalu gertak gue dengan alasan tadi. Di mata dia gue gak pantas lah, gak berguna lah, gak sadar tempat lah. Padahal gue gak pernah nyinggung dia. Tapi kenapa dia selalu aja cari masalah sama gue?”

Nakula mengerutkan keningnya bingung mendengar cerita itu. Tampak tidak percaya. “Helena mana mungkin kayak gitu. Gue kenal dia dari kecil.” terlihat jelas kalau Nakula tidak percaya.

“Jadi lo bener-bener gak kenal dia.” Windy menyimpulkan. “Mungkin dia merasa tersaingi karena ada gue. Makanya dia mengeluarkan semua ujaran kebencian itu. Lo tahu? Selama satu bulan terakhir ini, gue selalu menang dari Helena saat latihan.”

Windy menoleh untuk menatap ekspresi Nakula sekarang. Dan ekspresi Nakula tidak seperti ekspektasinya. Sesuai dugaan. Mana mungkin Nakula bisa langsung percaya karena Helena selalu baik didepannya, kan? Entah Helena yang bermuka dua atau Nakula yang tidak mengenal Helena sepenuhnya.

“Jangan temui gue lagi. Gue musuh Helena. Gue tau lo pasti mihak dia dibanding gue. Tapi jangan khawatir, apapun masalah lo nanti gue tetep di pihak lo. Gak masalah kalau lo gak ada di pihak gue. Anggap saja itu semua ganti rugi karena ini.” Windy menyentuh tangannya yang diperban. Hatinya merasa sakit, sedikit. Tapi apa boleh buat?

“Maaf.”

“Gak usah minta maaf. Gue yang bodoh.”

Windy berdiri dan pergi darisana. Nakula tidak mencegah kali ini. Mereka berdua berpisah tanpa ada kalimat apapun. Windy yang terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Dan Nakula yang diam menunduk tanpa berani menoleh ke samping.






When Windy Falls In Love Where stories live. Discover now