Darling! [7]

31.1K 4K 142
                                    

"I'm scared of walking out of this room and never feeling the rest my whole life the way I feel when I'm with you."

(Dirty Dancing)


Mereka berdua mengucapkan kata yang sama dengan nada terkejut yang mirip. Rhea bangun dan menggosok bahunya yang terasa nyeri karena menghantam lengan sofa yang terbuat dari kayu. Dexter hanya berdiri dan menatapnya tanpa berkedip. Sepertinya tidak berpikir bahwa sebuah kalimat permohonan maaf akan membuat suasana lebih baik.

"Kamu ... kenapa ada di sini?" Rhea meringis menahan sakit.

"Aku cuma ingin melihat-lihat. Siapa tahu ada petunjuk. Atau, siapa tahu dia ada di sini," jawab Dexter dengan suara datar.

Mereka berhadapan, dengan selisih tinggi tidak sampai lima sentimeter. Rhea, di zaman apa pun, tetap dianggap sebagai perempuan bertubuh jangkung. Tumbuh hingga setinggi 177 sentimeter, Rhea menghabiskan masa mudanya untuk berdoa semoga Tuhan tidak membiarkannya lebih tinggi dibanding kebanyakan teman cowoknya. Ketika hormon pertumbuhan akhirnya benar-benar berhenti, Rhea harus menerima fakta pahit bahwa dia terpaksa lebih sering menundukkan kepala demi melihat wajah lawan jenisnya.

Ada hasrat untuk mengajak Dexter bertengkar hingga pria itu merasakan akibat getir karena berani mendorong seorang perempuan untuk melawannya. Namun, tiba-tiba Rhea dipenuhi perasaan simpati yang aneh. Bahwa Dexter pun tidak menginginkan situasi ini.

Terlepas dari bentuk cinta yang dimilikinya untuk Ellen, Dexter pun menjadi korban sifat khas Ellen yang sudah melekat seperti bayangan, gegabah dan impulsif. Mungkin itu yang membuat Rhea mundur tanpa sadar. Dia juga menyadari hal tak penting lainnya. Bahwa Dexter membiarkan rambutnya agak berantakan dan dagunya yang tidak dicukur.

"Kamu mau ... minum sesuatu?" tanyanya. Bahkan di telinga sendiri pun Rhea merasa tidak mengenali suaranya yang terdengar aneh. Kaku.

Mata Dexter menunjukkan sepercik kekagetan. Hingga akhirnya lelaki itu menjawab pelan, "Kalau itu nggak akan membuatmu repot." Sopan dan sama kakunya.

Rhea berbalik menuju dapur dengan cepat. Perempuan itu membuka-buka kabinet di dapur sebelum menyadari bahwa dia tidak tahu minuman yang sesuai selera Dexter. Dengan kikuk, dia kembali ke ruang tamu. "Kamu mau minum apa? Kopi atau teh? Di dapur nggak banyak pilihan."

"Kopi saja. Kalau ada, pakai krim. Tapi jangan terlalu manis." Penuntut.

"Oke." Rhea kembali ke dapur dan membuat dua gelas kopi untuk mereka berdua. Perempuan itu menemukan beberapa bungkus keripik singkong dan keripik sanjai. Rhea tidak bisa menahan senyumnya, Ellen memang tidak bisa menjauh dari segala bentuk keripik. Meski sedang diet sekalipun. Perempuan itu memindahkan keripik ke dalam wadah tertutup.

Saat kembali ke ruang tamu yang dindingnya berwarna moccasin, televisi sudah menyala. Ruangan itu hanya memiliki satu buah tempat duduk berupa chesterfield sofa dari bahan chenille. Mau tak mau Rhea harus duduk di situ, bersebelahan dengan Dexter. Untungnya, sofa itu diperuntukkan bagi tiga orang, sehingga ada ruang kosong di antara mereka berdua.

"Kopinya masih panas. Maaf agak lama, karena airnya harus dimasak dulu." Membuang kekakuan, dia meraih salah satu wadah dan mulai mengunyah keripik sanjai. Tanpa merasa perlu menawari Dexter. Rhea merasa diberkati Tuhan karena Dexter tidak mengkritiknya. Lelaki itu memilih menyalakan televisi.

Dexter memencet remote beberapa kali, mencari channel yang diinginkan. Rhea menebak, pria itu akan berhenti jika sudah menemukan saluran olahraga. Namun, Dexter agak mengejutkannya karena justru memilih HITS Movies yang khusus menyiarkan film-film lama. Saluran itu sedang menayangkan Out of Africa, film yang dibintangi Meryl Streep dan Robert Redford berdasarkan buku autobiografi Isak Dinesen.

Oh, Darling! [The Wattys 2021 Winner - Romance]Where stories live. Discover now