Prolog

117K 6.4K 79
                                    

"Aku ... aku minta maaf padamu, Dex. Mungkin kamu nggak percaya, tapi aku sangat menyesal karena Ellen berbuat seperti ini. Aku ...."

Dexter menukas cepat. "Kamu benar, aku nggak akan percaya."

"Hah?" Bibir Rhea terbuka.

Dexter tersenyum. "Ellen pernah cerita kalau kamu berusaha mencegahnya untuk pacaran denganku. Ellen bilang, menurutmu aku bukan orang yang tepat untuk dia."

"Eh? Dia bilang begitu? Ellen? Sialan!" Rhea memaki. Saat gadis itu menyadari bahwa Dexter menatapnya penuh perhatian, Rhea berubah gagap. "Maaf ... aku ... aku ...."

"Jadi, kamu mengaku kalau pernah mengatakan hal-hal seperti itu?" desak Dexter.

Tidak punya pilihan, Rhea akhirnya mengangguk. "Aku memang pernah bilang begitu."

"Kenapa?" Mata Dexter menyipit. "Kamu sangat membenciku, ya? Apa salahku? Apa kita punya dendam di masa lalu? Kita bahkan belum pernah bertemu langsung sampai seminggu yang lalu."

Rhea dibanjiri rasa bersalah misterius yang juga membuatnya kesal. "Bukan seperti itu! Aku nggak membencimu karena alasan tertentu. Aku hanya merasa ... kalian nggak akan cocok. Aku kenal kakakku. Yah, meski aku nggak mengenalmu. Tapi, setidaknya aku tahu orang seperti apa yang semestinya menjadi pasangan Ellen. Dan itu bukan kamu," katanya terus terang.

Dexter tampak kian tertarik. "Memangnya menurutmu aku ini laki-laki kayak apa?"

Itu adalah pertanyaan paling sulit yang harus dijawab Rhea dalam hidupnya. Kegelisahannya meningkat dan membuat perempuan itu bergerak tidak nyaman. Telapak tangannya seakan membeku saking dinginnya.

"Apa ada paku yang menancap di jokmu?"

"Paku? Kenapa kamu berpikir kayak begitu?" tanya Rhea polos.

Dexter mengangkat bahu. "Kamu duduk gelisah dan bergerak tiap detik. Atau ... wasir?"

Rhea berusaha tidak terpancing dengan kata-kata Dexter yang tak sopan itu. Namun, itu adalah sesuatu yang sulit. "Aku memang nggak nyaman. Menurutku, kamu nggak perlu bertanya kenapa. Kita sama-sama tahu alasannya. Kecuali kecerdasanmu di bawah rata-rata," balasnya pedas.

Perhatian Dexter kembali ke topik yang mereka bicarakan, mengabaikan kejudesan Rhea. "Jadi, aku ini lelaki seperti apa?"

"Saat ini kita nggak sedang membicarakan poin itu," Rhea mengelak.

"Baiklah. Tapi, suatu saat nanti aku akan menagih jawabanmu."

Rhea sama sekali tidak mengkhawatirkan hal itu. Ada hal lain yang membuatnya lebih cemas. "Aku nggak bisa menghubungi Ellen, orang tuaku pun sama. Jadi ... aku terpaksa pasrah apa pun keputusanmu. Tapi, aku sangat berharap kamu nggak akan melakukan ancamanmu itu." Rhea membasahi bibirnya dengan gugup. "Please," imbuhnya pelan.

Beberapa detik kemudian baru Dexter memberi respons. "Aku akan memikirkannya. Aku butuh waktu." Lelaki itu membuka pintu mobil sambil berujar sambil lalu, "Sampai jumpa, Rhea!"

Seperti saat datangnya, Dexter pun pergi tanpa basa-basi. Meninggalkan Rhea yang terperangah dan kehilangan kata-kata.


Lagu : Oh! Darling (The Beatles)

Oh, Darling! [The Wattys 2021 Winner - Romance]Onde histórias criam vida. Descubra agora