Darling! [49]

27.9K 3.3K 304
                                    


"Maybe it'll be enough, if you know that in the few hours we had together, we loved a lifetime's worth."

(Terminator)

"Aku sudah lama mengenal Tante Vivi, Om Otto, Tante Arini, dan Om Jay. Kalau nggak salah, orang tuaku berteman dengan om dan tantemu sejak SMA dan kuliah. Dunia ini sempit, ya?" Lionel tergelak pelan. "Kedua tantemu sering banget cerita tentang kamu, Rhea. Sampai akhirnya kita nyaris jadi pasangan kencan buta karena bantuan Tante Arini. Kecewa, sih, karena akhirnya batal. Nah, beberapa minggu lalu aku bertemu Tante Vivi. Aku nekat minta bantuan beliau untuk kenalan sama kamu."

"Soal janji yang nggak bisa kupenuhi itu, aku minta maaf." Rhea tersenyum jengah. "Untuk apa kamu pengin kenalan denganku? Tanteku kadang terlalu berlebihan kalau berpromosi," gumamnya pelan.

Jawaban Lionel mengejutkan Rhea. "Mungkin kamu lupa, tapi kita pernah bertemu satu kali sebelum janji makan malam yang batal itu. Kita pernah berada satu lift saat di kantormu. Ada Om Jay juga."

Rhea mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat. "Kapan? Maaf, aku nggak ingat sama sekali."

Lionel tersenyum. Tidak ada lesung pipi.

"Sekitar lima bulan yang lalu. Aku ke kantormu untuk bertemu Om Jay, urusan pekerjaan. Dan karena Tante Vivi sudah seperti tanteku sendiri, aku nggak sungkan tanya tentang kamu. Dan aku agak memaksa, pengin dikenalkan sama kamu," urainya terus terang. "Waktu itu Tante Arini juga ada. Akhirnya, malah beliau yang mau menjadi 'makcomblang' dan menjadikanku pasangan kencan butamu."

"Oh." Rhea mengerjap. Dia heran karena pria di depannya yang ternyata menginginkan perkenalan ini dengan keseriusan yang cukup mencengangkan. Seharusnya Rhea merasa tersanjung. Merasakan dadanya dijalari rasa senang yang bisa membenamkan dukanya. Namun, sayangnya dia tidak seberuntung itu.

Andai Rhea tidak pernah mengenal Dexter, atau kencan buta mereka tidak batal, pasti dia takkan sulit terpesona pada Lionel. Pria itu memenuhi semua persyaratan untuk mendapat perhatian dari kaum hawa. Lionel, adalah sosok yang mustahil untuk diabaikan begitu saja. Menyedot perhatian dari lawan jenisnya. Entah berapa kali Rhea menyaksikan pramusaji atau pengunjung restoran yang berhormon progesteron memberikan perhatian kepada Lionel. Terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Mereka makan malam sambil mengobrol ringan. Lionel sudah jelas jauh berbeda dengan Dexter yang memilih untuk menikmati makanan sebelum melanjutkan obrolan. Dexter selalu berkonsentrasi pada hidangan yang disantapnya. Sementara Lionel tetap nyaman menyelipi aktivitas makan malam itu dengan gurauan di sana-sini.

Ketika mereka sepakat untuk berpisah, Rhea mengembuskan napas lega. Lionel adalah teman bicara yang menyenangkan, itu tidak terbantahkan. Dan lelaki itu menunjukkan perhatiannya dengan transparan. Sayang, Rhea tidak dalam kondisi mampu membalas atensi dari lawan jenisnya. Meskipun itu berasal dari pria menarik seperti Lionel.

Meski tak tega, ketika lelaki itu ingin bertemu lagi dengan Rhea, perempuan itu menolak. Dia berterus-terang, sudah memiliki kekasih. Rhea juga bilang bahwa dia bersedia makan malam dengan Lionel untuk mengganti kencan buta yang gagal itu. Lionel jelas-jelas menunjukkan kekecewaannya tapi berbesar hati mendoakan Rhea semoga sudah menemukan orang yang tepat. Doa yang membuat Rhea kian merindukan Dexter.

Saat membuka pintu mobil, seseorang tiba-tiba menarik lengan Rhea. Perempuan itu nyaris berteriak kalau saja matanya tidak membentur wajah murka yang tidak asing itu.

"Dex ...." Rhea berjuang menahan dorongan hasrat untuk memeluk pria itu. Apalagi saat melihat mata Dexter dipenuhi kilau kemarahan.

"Jadi, ini yang kamu lakukan selama aku nggak ada di Jakarta? Tetap menjalani serangkaian kencan buta sialan dengan lelaki lain. Begitu, ya?"

Oh, Darling! [The Wattys 2021 Winner - Romance]Where stories live. Discover now