07

3.3K 499 31
                                    

Thanks buat yang udah baca, vote and comment
Semoga suka:)

Soobin memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa tubuhnya, tersenyum kecil ketika merasakan ketenangan dalam dirinya.

Membuka matanya, menatap sekeliling yang sepi, soobin menghembuskan nafasnya, memutar-mutar sebuah benda kecil yang ada di tangannya.

Ia tersenyum tipis, melempar sebuah pena ke arah samping, membuat sesuatu yang ada disana jatuh ke lantai.

Seutas seringaian terukir di bibirnya, memilih mendudukkan diri di kursi yang ada disana, soobin membuka bukunya, melanjutkan bacaannya yang tertunda.

Ia membaca halaman demi halaman, tersenyum ketika mendapati sesuatu yang membuatnya senang.

Merogo saku celananya ketika merasakan getara handphone miliknya, menutup bukunya seraya melihat siapa yang menelponnya, ia berdecak kesal begitu mendapati nama kai di layar handphonenya.

Memilih mengabaikan, soobin menolak panggilan kai, mengatur handphonenya ke mode silent.

Ia mengeluarkan earphone miliknya dari dalam kantung jasnya, menyambungkannya pada handphonenya seraya menyetel sebuah lagu.

Soobin menikmati lagu yang mengalun di telinganya, tersenyum kecil ketika mendapati dirinya yang merasa begitu tenang.

Mungkin tempat ini akan menjadi tempat favorite soobin untuk menenangkan diri atau sekedar menghabiskan waktu.

Soobin memang sedang berada di rooftop sekolahnya saat ini, salah satu tempat yang memang menjadi tempat kesukaannya ketika di sekolah lamanya.

Ia terkekeh pelan, memilih memutar-mutar benda kecil yang setia dia pegang di tangan kanannya sedang tangan kiri memegang bukunya.

Soobin memasukkan benda itu ke dalam kantung jasnya yang ada di bagian dalam, ia kembali membaca bukunya dengan semilir angin yang menerbangkan rambutnya.

Menoleh kebelakang ketika mendengar suara pintu terbuka, soobin menghela nafasnya ketika mendapati seorang cowok yang dia ketahui adalah ketua osis sekolah ini.

Mengangkat bahu tidak perduli, soobin kembali melanjutkan bacaannya, tidak perduli dengan cowok itu yang sekarang tengah duduk disamping dirinya.

"Tidak berniat kembali ke kelas, choi soobin?" Cowok itu melirik kearah soobin yang tidak perduli dengan kehadiran dirinya.

"Urus saja urusanmu sendiri" jawab soobin dengan nada suara dingin.

Ia tidak suka jika ada orang baru yang mengurusi urasannya, tidak perduli jika dia anak kecil, orang dewasa bahkan orang tua sekalipun, soobin benar-benar tidak suka.

Cowok itu-yeonjun-terkekeh pelan, cowok disampingnya ini benar-benar dingin, padahal dirinya hanya bertanya saja.

"Aku hanya bertanya, tidak perlu sampai begitu, lagian aku juga gak ada niat buat ngurusin urusan orang lain"

Soobin tidak perduli, mau tuh cowok ngapain juga soobin gak perduli, gak ada hubungannya juga sama dia.

Bahkan kalau cowok itu mati pun soobin tidak akan perduli, toh mau tuh cowok hidup atau pun mati tidak ada hubungannya sama soobin.

Yeonjun menghelan nafas, ternyata benar apa yang dia dengar dari anak kelas tentang soobin.

Cowok ini selalu bersikap dingin dengan orang baru, tidak ada ramah-ramahnya sama sekali, sekedar tersenyum pun tidak.

Yeonjun melirik apa yang sedang soobin baca, katakan jika dirinya salah lihat saat ini, bagaimana bisa soobin terlihat sangat santai membaca buku yang berisi hal mengerikan itu.

Dalam hati mengumpat ketika dirinya tidak sengaja melihat sesuatu yang membuatnya merinding, dia tidak tau jika cowok manis seperti soobin suka membaca buku-ah ralat, novel berjendre thriller seperti itu, belum lagi dengan beberapa gambar yang dipasang untuk kepentingan pembaca itu.

'Sialan! Itu mengerikan' iner yeonjun.

Soobin sadar jika cowok disampingnya yang bernama lengkap choi yeonjun itu melihat isi dari novelnya.

Ia tersenyum miring, sepertinya mengerjai cowok itu bukanlah hal yang buruk, lagi pula dirinya sedang sangat bosan saat ini.

"Ingin membacanya yeonjun?" Soobin menyodorkan novelnya kepada yeonjun, matanya melihat dengan jelas bagaimana ekspresi yeonjun yang sedikit berubah, jangan lupakan dengan sepasang mata setajam elang itu yang tengah menatap horror dirinya.

"Ah tidak trimakasih, aku tidak suka novel thriller"

"Sayang sekali, padahal novelnya bagus, aku saja harus membujuk kai agar mau mengalah"

Soobin menarik kembali novelnya, dalam hati tertawa puas dengan reaksi yeonjun tadi, ia berdiri dari duduk seraya berbalik pergi menuju pintu.

"Kau akan pergi?"

"Hm, aku kasihan dengan kai nanti jika papaku tau kalau aku membolos di hari pertama sekolah" soobin memegang knop pintu, hendak membukanya.

"Oh begitu"

"Hm, baiklah, sampai jumpa yeonjun"

"Ya sampai jumpa soobin"

Soobin tersenyum tipis, senyum yang pertama kali soobin berikan kepada orang yang baru dia kenal.

Soobin tidak tau kenapa dia melakukan itu, dia hanya refleks saja melakukan hal itu.

Memilih tidak perduli, soobin membuka pintu rooftop seraya melangkah pergi setelah menutupnya kembali.

Yeonjun hanya tersenyum kecil, menyugar rambutnya kebelakang seraya memejamkan kedua mata.

Semilir angin menerbangkan rambut hitamnya, sepasang mata setajam elang itu terbuka dengan sorot mata tajam dan seutas senyum miring terpantri di bibir tebalnya.

"Kamu membuatku semakin tertarik denganmu bunny"

Tbc.

Cuma mau bilang, jangan terlalu percaya dengan apa yang kamu lihat bisa saja itu hanya sebuah tipuan mata yang dilakukan oleh orang itu.

Karna di book ku, terkadang yang kalian kira pelakunya bisa saja jika dia bukanlah pelakunya.






Sorry for typo

See you~

Angel or Devil - Yeonbin [ END ]Where stories live. Discover now