Hold Me Tight | 09

1.5K 212 37
                                    

Masih sama seperti lima belas menit yang lalu, Benua masih serius mengawang-awang hasil perhitungannya. Kertasnya hanya tertoreh sedikit tinta. Berpikir barangkali dengan cara seperti itu ia bisa menyamai kemampuan dan kualitas otaknya dengan kakaknya. Benua paham betul dengan Samudra yang selalu hebat dalam berhitung bahkan hanya dengan menyimpan angka-angka itu di otaknya.

Inginnya masih sama seperti sebelum-sebelumnya, masih ingin sama pintarnya dengan kakaknya. Benua ingin sekali dilihat oleh Papa, bukan karena kelemahannya, melainkan kemampuannya. Ah, tapi terkadang Benua ragu, mana bisa dirinya menyamai Samudra kalau terlalu banyak berpikir saja menjadi satu di antara banyaknya hal yang mengancam kesehatannya.

Dan ujung-ujungnya selalu sama, Benua selalu menimbun segala beban pikirannya dengan membawanya dalam pejam. Termasuk saat ini, tanpa peduli di mana ia sedang berada, menidurkan kepalanya di bangku panjang depan kelas kakaknya. Benua membuang nafas kasar sebelum akhirnya memejamkan mata.

🍂🍂🍂

"Anjir gue kira gembel! Tapi kok good looking banget!"

Plak!!

"Adooh!!" Rendi langsung mengusap bibirnya yang panas, tamparan Akmal tidak tanggung-tanggung.

"Lagian Lo akhlakless banget!"

"Udah Sam, nanti Rendi nggak usah dikasih jawaban tugasnya Bu Butet!"

"Teross Nyu! Teross aja jadi komporr!! Beledukin sekalian!!" sahut Rendi.

Samudra hanya menggeleng, tertawa melihat kelakuan sahabat-sahabatnya. "Kalian pulang duluan aja, gue mau bangunin Benua dulu."

Rendi mengangguk setuju, mengalungkan tangannya ke leher Banyu dan Akmal sebelum akhirnya mereka pergi meninggalkan Samudra.

Samudra berjongkok tepat di hadapan Benua, menatap lekat wajah adiknya yang penuh gurat lelah. "Ben, bangun yuk Ben! Kita pulang... Masa iya mau gue gendong? Emang nggak malu?" terkekeh kecil.

Benua masih belum bangun bahkan setelah Samudra menggoncang pelan tubuhnya. Pada akhirnya memilih duduk di samping Benua. Menunggui adiknya sampai terbangun.

"Eughhh-eh Kakak?" Benua langsung tersentak kaget ketika membuka matanya dan menemukan Samudra ada di dekatnya.

"Kakak udah dari kapan di sini? Kenapa nggak bangunin aku aja? Pasti udah lama ya nunggunya?" begitu mudahnya Benua diserang rasa bersalah.

"Lo masih ngantuk, Ben? Capek banget pasti ya Lo nungguin gue? Kenapa nggak masuk ke dalem kelas atau telpon aja? Kayak gini kan Benua jadi nunggu lama. Maaf ya, kakak bener-bener ngga tau kalau Benua nunggu di luar."

"Nggak kok Kak, aku nggak papa. Tadi itu mendadak pak Yadi bilang nggak bisa jemput terus Papa bilang suruh bareng Kakak. Eh nggak taunya Kakak masih tutor ke temen-temen Kakak, yauda deh aku nunggunya sambil tidur aja."

Samudra menggeleng, menyayangkan dirinya yang tidak perhatian pada Benua. Lupa menanyakan bagaimana anak itu pulang hari ini. Untuk kesekian kali Samudra merasa gagal menjadi seorang kakak.

"Yauda kalau gitu kita pulang sekarang ya? Udah hampir jam setengah enam, ntar kamu terlambat minum obat." ajak Samudra, berdiri lalu meyambar tas milik adiknya, hendak memakainya tapi Benua terlebih dulu menariknya.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang