p.r.o.m.p.t V

118 14 8
                                    


Kris menyadari minuman miliknya kini tak lagi terasa hangat, tapi dia tak memperdulikannya, ia menikmati espresso miliknya perlahan, seperti seorang pakar yang begitu mencintai pahitnya kopi ditiap teguknya, meski faktanya ia tak sedikitpun peduli...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kris menyadari minuman miliknya kini tak lagi terasa hangat, tapi dia tak memperdulikannya, ia menikmati espresso miliknya perlahan, seperti seorang pakar yang begitu mencintai pahitnya kopi ditiap teguknya, meski faktanya ia tak sedikitpun peduli dengan apa yang tengah diminumnya kini. Kedua matanya sibuk memperhatikan Tao yang sejak jam istirahat makan siang begitu sibuk melayani pelanggan.

"Berhenti menatapnya, kau membuatku tidak nyaman, Kris"

Kris benar-benar tidak mendengarkan apa yang dikatakan Joonmyun, bukan karena dia acuh, namun karena dia tidak mendengar apapun, telinganya seolah kehilangan kemampuan untuk mendengar. Dan Joonmyun adalah satu-satunya manusia malang yang selalu diseret Kris untuk makan siang di cafe ini, padahal tempat itu tidak seberapa menarik, menu-menu yang tersedia juga biasa saja, tapi Kris selalu datang kemari setiap hari dengan kegiatan yang sama.

Memandangi Tao yang mondar-mandir membawa napan berisi pesanan pelanggan, seringkali tersenyum pada mereka dan sesekali terlibat obrolan kecil dengan pelanggan. Tao selalu memakai pakaian yang sedikit kebesaran, penampilannya tidak menonjol, rambutnya yang hitam kelam selalu ditata minimalis, namun hal itu membuat wajahnya terlihat segar. Joonmyun memutar matanya bosan saat Kris tersenyum lebih lebar karena matanya bertemu dengan milik Tao, hanya beberapa detik karena Tao kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Sebagai sahabat yang baik sekaligus manajer perusahaan, aku hanya ingin mengingatkan jika sebentar lagi jam makan siang berakhir" Joonmyun mengatakannya sambil menopang dagu, entah sejak kapan ikut memperhatikan Zitao yang kini sedang sibuk membuat minuman pesanan.

Kris mengangguk samar-singkat. "Aku tahu" tapi matanya tidak kunjung meninggalkan sosok Zitao, tidak pula bersiap kembali ke kantor dan menghabiskan espressonya.

Kris melihat Zitao yang sedang bicara dengan sesama staf, kemudian mengantarkan pesanan, ia bisa mendengar suaranya yang lembut dengan jelas, hafal betul setiap gerak-geriknya, bahkan saat Zitao kembali ke balik meja counter cafe, berkutat dengan mesin kasir sebentar, sebelum berjalan kearahnya dengan wajah yang tampak kesal.

"Hai, Tao" sapa Joonmyun, tersenyum tipis, yang disambut baik oleh Tao. Tapi senyuman di wajahnya lenyap begitu Tao beralih menatap Kris.

"Bill anda Tuan" ucap Tao, meletakkan secarik kertas di hadapan Kris. Pria tampan itu tidak bergeming, melirik billnya saja tidak.

"Aku belum memintanya, akan kubayar nanti" Kris berdeham, tenggorokannya mendadak terasa agak kering. Tao menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Anda harus membayar sekarang dan pergi dari sini"

"Aku akan pergi jika aku ingin pergi, aku pelanggan disini" ujar Kris sembari melipat tangan di dada. Tao menghela nafas pendek, kemudian beralih menatap Joonmyun, tapi pria yang lebih pendek hanya mengangkat bahu. Dia tidak bisa mengandalkan Joonmyun saat ini.

"Dengar, Kris" Tao yakin suaranya sudah cukup serius, tapi Kris masih saja menatapnya penuh cinta dan hal itu membuatnya nyaris tergoda. "Aku tidak melarangmu untuk datang dan makan siang disini, oke? Tapi sejak tadi kau terus menatapku dan itu sangat menggangguku"

"Bagaimana aku bisa mengganggumu jika bicara denganmu saja tidak? Sejak tadi aku hanya duduk disini bersama Joonmyun" Kris mengatakannya dengan senyuman yang kembali muncul.

"Berhenti menatapku sambil tersenyum. Orang-orang akan mengira kau gila"

Kris tersenyum miring, melihatnya Tao dibuat tidak mengerti kenapa pria itu tidak keberatan dengan kata 'gila' yang diucapkannya. Sepertinya Kris benar-benar kehilangan kewarasannya.

"Biarkan saja, aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Lagipula kemana lagi aku harus datang untuk melihatmu? Kau menolak memberikan nomor ponselmu dan kau juga menolak saat aku ingin mengantarmu pulang"

Tao mengerang, kehabisan akal untuk mengusir Kris dengan cara yang paling manusiawi. Ia mengusap rambutnya frustasi, mendapatkan pandangan iba dari Joonmyun, sementara Kris sangat menikmati tiap reaksi dan ekpresi Tao. Pandangan matanya bergerak saat Tao mengusap perutnya yang mulai membesar dan mendengar helaan nafas pemuda itu.

"Jika kau takut orang-orang akan berpikiran aneh tentangku, maka seharusnya kau tidak melakukan itu. Dirimu lah yang harus dikhawatirkan, Tao" tatapannya begitu lembut. Bohong jika Tao tidak tergoda dengan perhatian yang diberikan Kris.

"Kau tidak bisa melakukan ini selamanya, Kris. Kau harus memikirkan dirimu, kau alpha yang dihormati. Kau tidak bisa bersikap seenaknya hanya kau sedang jatuh cinta. Mereka memperhatikanmu, kau tidak bisa membuat reputasimu jatuh karena omega sepertiku" Tao mengatakannya dengan rasa pahit di mulut dan rasa sakit di dadanya.

"Hanya?" tatapan mata Kris berubah lebih tajam. Dia tampak tidak senang. "Aku jatuh cinta padamu dan kau bilang 'hanya'? Apa karena aku seorang dominan alpha aku tidak bisa jatuh cinta pada omega sepertimu? Karena kau omega yang sedang hamil?" ia tampak marah, terlihat dari wajahnya yang mengeras.

"Kau tahu itu. Aku tidak hanya omega yang sedang hamil, aku omega yang tidak diinginkan, alpha yang seharusnya menjadi suamiku pergi. Dan kau tahu omega seperti apa aku di mata masyarakat" Tao berusaha keras menjaga suaranya untuk tidak bergetar, dadanya terasa sesak luar biasa.

"Aku tidak peduli kau omega atau bukan, aku tidak peduli kau sedang hamil atau tidak dan aku  tidak peduli dengan pandangan masyarakat tentangmu" Kris bangkit berdiri, mempertipis jarak diantara mereka. "Tidak ada yang bisa mengaturku dengan siapa aku jatuh cinta. Dan aku tidak akan berhenti sampai kau menyerah" tangannya terangkat untuk mengusap lembut pipi Tao, membuat pemuda itu terkejut dengan mata melebar.

"Kris!" Tao mendesis karena terkejut, refleks menepis tangan Kris yang hangat di pipinya. Ia tidak mau orang-orang melihat hal ini dan membuat Kris dibicarakan banyak orang.

"Aku akan melindungimu, akan ku hajar siapapun yang mengatakan hal tidak baik tentangmu. Kuharap kau tahu sebesar apa perasaanku untukmu, dan kau tahu sejak awal aku berbeda dengan mereka. Apa yang membuatmu begitu takut, Tao?" Kris tampak terluka, diantara tatapan matanya yang penuh pemujaan. Meraih tangan Tao dan menguspanya lembut, namun pemuda itu menarik tangannya cepat.

"Pikirkan perasaanku juga, Tao dan jangan memintaku untuk berhenti menyukaimu" Kris mengatakannya dengan suara yang pelan, cukup untuk Tao mendengarnya. Ia mengusap kepala Tao singkat sebelum mengeluarkan beberapa lembar uang yang ia letakkan di meja, kemudian meninggalkan tempat itu, diikuti Joonmyun yang sempat melempar senyum samar dan menepuk bahu Tao.

"Kalau kau benar-benar seserius itu padanya, aku yakin kau akan menghadapi banyak masalah nantinya" Joonmyun berkata saat ia berhasil mengimbangi langkah panjang Kris.

"Fuck it being alpha or omega, or not. I don't give a shit"


p. r. o. m. p. tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang