p.r.o.m.p.t XII

33 6 0
                                    

Tao tidak yakin untuk melanjutkan langkah atau berhenti untuk merespon panggilan seorang pria berpakaian rapi yang berdiri tidak jauh darinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tao tidak yakin untuk melanjutkan langkah atau berhenti untuk merespon panggilan seorang pria berpakaian rapi yang berdiri tidak jauh darinya.

Pria itu tersenyum ke arahnya, berpakaian seperti orang kantoran minus jas yang tidak dipakai. Tao tentu ragu untuk menyahut meski pria itu jelas-jelas menatap ke arahnya dan tersenyum padanya. Bukan senyum lebar hingga memperlihatkan sederet giginya, tapi senyum tipis yang berada di wajah pria itu cukup membuat beberapa orang yang melintas memperhatikan.

Mengarahkan jari telunjuk ke dadanya sendiri, Tao melihat pria itu merespon dengan anggukan kepala, lalu sosok itu mendekat. Dan Tao masih tidak bisa mengolah informasi bahwa seorang pria tampan sedang berjalan menuju ke arahnya dengan aura hangat yang berpendar dari sosok tinggi pria itu.

"Apa kita saling kenal?" Tao bertanya begitu si pria telah berdiri di hadapannya. Pria itu tersenyum lagi -rupanya dia sangat suka tersenyum-, sambil mengusap belakang kepalanya, gerak-gerik pria itu terlihat canggung saat ini.

"Bisa kupastikan kau tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu"

Satu alis Tao terangkat. "Oh" Dia bahkan tidak tahu harus merespon apa. "Apa kau memerlukan sesuatu dariku?"

Pria itu mengangguk, namun sedetik kemudian ia meralatnya dengan gelengan kepala. "Tidak. Aku kemari untuk mengatakan sesuatu padamu"

Apa yang dikatakan pria itu semakin membuat Tao bingung. Kenapa pria itu terlihat canggung? Dia bertingkah seperti remaja, padahal jika dilihat dari penampilannya, usia Tao jauh lebih muda.

"Aku tahu hal ini akan terdengar menakutkan bagimu dan terkesan mengada-ada. Tapi aku sudah mempertimbangkan hal ini selama beberapa minggu dan kurasa aku harus mengatakannya padamu"

"Katakan saja"

Pria itu mengusap belakang kepalanya lagi, lalu menarik nafas cepat, dan berkata, "i think i'm falling in love at the first sight with you"

Tidak ada ekspresi di wajah Tao mendengar pengakuan pria itu. Terkejut? Iya. Bingung? Iya.

Dirinya bahkan tidak mengetahui nama pria di hadapannya ini.

"... Oh" Apa lagi respon yang bisa ia berikan?

Pria itu tertawa kecil, menertawai dirinya sendiri. "I know, this sound ridiculous"

Tao mengerjap beberapa kali melihat senyum miris pria itu.

"Maafkan aku...tapi aku tidak mengenalmu" Kenyataannya memang begini.

Pria itu tersenyum, kali ini lebih lebar. Menyadarkan Tao betapa berbedanya kepribadian mereka berdua, sangat bertolak belakang.

"Aku Yifan. Aku sering melihatmu saat bekerja sambilan di restauran dekat tempatku bekerja" Ujarnya mengulurkan tangan. Tao sempat memperhatikan tangan pria itu yang terbuka lebar ke arahnya, sebelum kemudian menjabatnya dengan ragu-ragu.

"Tao, aku tahu namamu. Mungkin kau tidak ingat, tapi beberapa minggu yang lalu saat di restauran kau membantuku"

Tao mengernyit samar. "Membantumu?"

"Hanya hal kecil, tapi hal itu tidak bisa ku lupakan"

Melihat senyum dan wajah berseri Yifan membuat Tao tidak tahu harus merespon seperti apa. Perbedaan karakter mereka membuat Tao merasa jika Yifan adalah sosok yang mudah disukai orang-orang, dan dirinya memiliki kesulitan tersendiri menghadapi sosok seperti Yifan.

Waktu kita tidak banyak, Tao.

Suara yang berbisik di telinganya membuat Tao terkesiap, menyadari jika dirinya harus segera pulang karena suatu hal.

"Maafkan aku, tapi aku harus segera pergi" Ucapnya yang membuat senyum kecil di bibir Yifan lenyap. Pria itu mengangguk mengerti.

"Tidak, aku yang seharusnya minta maaf sudah menyita waktumu. Mungkin kita bisa mengobrol dilain waktu" Yifan tersenyum kecil, meski Tao hanya menjawab dengan satu anggukan kepala, dia terlihat tidak mempermasalahkan hal itu.

Tao kembali melangkahkan kakinya, melewati Yifan. Kini bertanya-tanya mengapa seseorang yang tidak ia kenal bisa menyukainya. Aneh, sangat aneh, dirinya benar-benar tidak habis pikir.

Kau ingin tahu apa laki-laki itu masih memperhatikanmu atau tidak?

Suara di telinganya kembali mengingatkan Tao akan suatu hal.

Hal yang tidak mungkin untuknya membagi cerita pada orang lain.

Aku pernah mendengar, jika seseorang masih menatapmu saat kau berjalan meninggalkan mereka, itu artinya orang itu benar-benar menyukaimu.

Bersamaan setelah suara itu berbicara, Tao menghentikan langkahnya, menghela nafas berat, kemudian mengangkat wajahnya menatap lurus ke depan.

Tepat di hadapannya, berdiri sesosok pemuda yang memiliki wajah sama seperti dirinya, berkulit pucat dengan tubuh transparan, serta kaki yang melayang di udara.

Kau ingin menjalin hubungan, Tao?

Saudara kembarnya yang telah meninggalkan dunia 1 tahun yang lalu karena kegagalan fungsi organ ginjal. Juga sebuah kegagalan untuknya menjaga saudara kembarnya.

Izinkan aku untuk mengingatkan mu, jika orang-orang seperti kita tidak layak mendapatkan perasaan semacam itu. Kita tidak pernah mendapatkannya.

Tao tidak lupa. Kematian saudara kembarnya adalah salah satu dari bentuk tidak adanya kasih sayang di keluarga mereka.

Dan kau sudah berjanji padaku untuk membantuku. Apa kau juga akan meninggalkan aku?

Tao menggelengkan kepalanya pelan. "Aku sedikit pun tidak memiliki niat seperti itu" Ia menggumam.

Dan akan berbahaya bagi siapapun yang ada di dekatmu untuk saat ini. Jangan lupakan itu.

Tao menarik nafas panjang, yang ia rasakan saat ini terasa begitu familiar. Namun entah mengapa dirinya tidak bisa melupakan kalimat yang diucapkan pria bernama Yifan tadi, seperti menjadi misteri untuknya.

Dan ia mulai bertanya-tanya, mengapa seseorang bisa semudah itu merasakan suka pada orang lain yang bahkan tidak mereka kenal?

Saat Tao menoleh ke balik bahunya, ia masih bisa melihat sosok tinggi Yifan yang berjalan ke arah sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan.

Seperti apa rasanya disukai oleh seseorang?

p. r. o. m. p. tWhere stories live. Discover now