p.r.o.m.p.t XI

44 4 0
                                    

"Oh man, this is crazy"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Oh man, this is crazy"

Kris yang sedang asyik dengan nitendo di tangannya sampai mengalihkan perhatiannya pada Chanyeol yang saat ini terlihat terkejut memperhatikan layar ponsel.

"What's wrong?" Bertanya acuh, Kris kembali sibuk dengan gim yang sedang ia mainkan.

"Apa kau ingat Park Suncheol?" Chanyeol bertanya balik, kali ini bangkit dari tempatnya dan pindah ke samping Kris.

"Anak manajemen yang minggu lalu ribut dengan Tao? Kenapa dengannya?" Kris menyahut tanpa minat, sesekali ia mengumpat karena nyaris kalah.

"Lihat ini, beritanya ada di grup kampus" Chanyeol menyerahkan ponselnya pada Kris dan mencabut nitendo dari tangan sahabatnya itu.

Gerakan yang sangat berani, jika dalam kondisi normal mungkin saat ini Chanyeol sudah mendapat benjolan di kepalanya akibat menghentikan Kris yang sedang asyik bermain gim. Tapi belum sempat pemuda Kanada itu marah pada Chanyeol, tampilan layar ponsel sahabatnya itu lebih dulu menarik perhatiannya.

Alisnya yang tebal hampir menyatu saat membaca artikel yang tersemat di grup chat kampus. Bahwa salah satu mahasiswa dari jurusan manajemen telah meninggal dunia saat pulang dari kampus. Dikatakan jika Park Suncheol yang sedang melintas tertusuk pisau seorang perampok yang berusaha kabur karena aksinya ketahuan.

"Aku terkejut dia meninggal dengan cara seperti itu. Padahal baru minggu lalu kita melihatnya, ini mengerikan" Chanyeol bergidik, lalu mengambil kembali ponselnya dari tangan Kris.

"Well, itu berita yang sangat mengejutkan" Kris sungguh-sungguh mengatakannya. Tidak menyangka jika seseorang bisa pergi secepat itu padahal belum lama ini mereka melihat Park Suncheol, meskipun memori yang mereka miliki tentangnya bukanlah memori yang positif, tapi tetap saja, untuk sebagian besar orang, kematian adalah hal yang menakutkan dan juga mengejutkan.

"Beberapa anak di grup mulai mengaitkan hal ini dengan keributan minggu lalu. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa berasumsi seperti itu" Setengah menggerutu, Chanyeol kembali mengutak-atik ponselnya, kali ini dengan alis yang berkerut.

"Mereka mengaitkannya dengan Tao?" Ini adalah tebakan. Chanyeol mengangguk samar.

"Ini gila. Tidak seharusnya mereka mengatakan hal seperti ini. Minggu lalu saat Tao dan Suncheol ribut, mereka berbondong-bondong membela Tao, sekarang karena ada berita seperti ini, mereka membuat asumsi jika rumor tentang Tao membawa sial adalah benar. Manusia bermuka dua"

Kris kehilangan keinginan untuk melanjutkan permainan gim sejak Chanyeol memberi tahu dirinya tentang berita kematian itu. Perasaannya tak tenang.

Dia sudah beberapa kali mendengar tentang rumor itu, rumor yang entah dibuat oleh siapa dan sejak kapan. Rumor itu mengatakan jika siapapun yang memiliki masalah dengan Tao -entah itu berbuat kesalahan atau sebaliknya-, mereka akan terkena sial. Dan kesialan yang dimaksut bisa berupa apa saja, namun rata-rata mereka yang pernah memiliki masalah dengan Tao selalu celaka.

Tentu saja Kris tidak akan mempercayai hal-hal seperti itu. Rumor murahan demi menjatuhkan seseorang. Dan ia berharap mengetahui siapa orang yang sudah membuat rumor itu agar dirinya dapat memberi pelajaran.

Dirinya sudah mengenal Tao cukup lama, sejak pemuda itu menjadi mahasiswa baru di Universitas mereka. Tao anak yang biasa-biasa saja, tidak terlalu mencolok dan juga tidak pendiam, dia anak yang ceria, kepribadiannya yang apa adanya mampu membuat Kris jatuh hati, dan saat ini hubungan mereka sudah hampir berjalan satu tahun.

Hal yang paling tidak ia pahami adalah, bagaimana bisa rumor semacam itu tersemat pada sosok seperti Tao? Mereka bahkan tidak mengenalnya.

"Tao tidak tergabung dalam grup chat kampus, jangan sampai dia tahu tentang hal ini" kata Kris, Chanyeol yang masih berkutat dengan ponselnya pun mengangguk.

"Tenang saja, aku tidak akan mengatakan apapun. Dimana dia? Aku belum melihatnya sejak datang kemari" menyadari hal itu, Chanyeol berbalik ke belakang punggungnya memeriksa ruang tengah tempat mereka berada. Siang ini dia memang singgah ke apartemen Kris yang ditinggali berdua oleh Tao, sembari menunggu kelas berikutnya, mengingat apartemen sahabatnya ini sangat dekat dengan kampus.

"Sejak pagi dia demam, aku harus membangunkannya sekarang untuk minum obat" Ujar Kris sembari bangkit berdiri, meninggalkan Chanyeol di ruang tengah menuju kamar Tao.

Pintu kamar kekasihnya tampak sedikit terbuka, sedikit membuatnya merutuki kebodohannya karena sebagai satu-satunya orang yang merawat sang kekasih, bisa-bisanya ia tidak menutup pintu rapat, padahal di dalam Tao sedang beristirahat.

Tepat saat satu tangannya berada di kenop pintu hendak membukanya lebih lebar, gerakan Kris terhenti di tempat dengan pupil yang perlahan melebar dan wajah terkejut.

Dia melihatnya lagi.

Kris melihat sosok tinggi berdiri di dekat tempat tidur Tao, kekasihnya masih terlelap di balik selimut tebal bermotif horizontal. Sosok itu kemudian menoleh ke arahnya, menatap melalui dua titik berwarna merah gelap, lalu sepersekian detik lenyap seperti sihir.

Kris yang masih terkejut di tempatnya sampai tidak bergerak untuk beberapa menit, hingga ia akhirnya mengerjapkan mata, kemudian membulatkan tekat untuk mendorong pintu semakin lebar dan masuk ke dalam.

Suasana di kamar itu masih sama, tidak ada yang berubah, dengan aroma khas parfum yang Tao kenakan, sedikit demi sedikit menenangkan Kris. Saat ia duduk di tepian tempat tidur untuk mengusap kepala sang kekasih, ia bisa merasakan jika suhu tubuh Tao sedikit berkurang dibandingkan pagi ini.

Tao bergumam, semakin menyembunyikan tubuhnya di balik selimut, Kris yang melihat itu mengulas senyum tipis, kemudian membungkuk untuk memberi kecupan hangat di dahi Tao yang tertempel plester pereda panas.

"Bangun sayang, sudah waktunya minum obat. Aku sudah memesan sup abalone untukmu" Ucapnya lembut. Sayangnya Tao sangat enggan untuk bangun dan semakin menyembunyikan wajahnya.

Kris hanya menghela nafas pendek, saat ia baru saja akan membangunkan Tao lagi, ia merasakan udara dingin berhembus di tengkuk lehernya hingga membuatnya menoleh sangat cepat.

Tidak ada apa-apa di sana.

Kamar itu hanya terisi dirinya dan Tao yang sedang tidur.

Dia sudah mengesampingkan perasaan cemas itu dan menganggap apa yang dilihatnya hanya ilusi dari rasa cemasnya saja. Tapi sesuatu, entah apa itu, seolah sedang mengatakan jika dia berada di sana, mengawasi mereka, mengawasi Tao.

Pertanyaannya, entah apapun itu, dia menjaga atau memiliki maksut buruk?

p. r. o. m. p. tWhere stories live. Discover now