Taiga

353 33 1
                                    

Jika ditanya siapa Zero dimataku,

"Dia seorang laki laki yang hebat dan pemberani. Tekadnya juga kuat. Aku menghormatinya. Walau dia sangat cerewet."

Meskipun aku dan dia sering bertengkar, namun sebenarnya kami sangat dekat dan kompak sebagai sahabat sekaligus sepupu.

Maka dari itu, kematiannya tiga hari yang lalu cukup membuatku hancur.

Dan jujur, aku sangat syok saat sadar kalau dia benar benar telah tiada.

Pria yang rasanya baru saja berdiri di depanku dan beradu mulut denganku tiba tiba menghembuskan nafas terakhirnya dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan.

Benar benar menyakitkan rasanya mengingat hal itu kembali.

Akhirnya aku memilih untuk mengingat masa dimana Zero masih sangat nyata.

"Kau pasti bisa mengalahkan mereka!"

"Kau harus bisa, bodoh!"

"Jangan menyerah!!"

"Aku tau kau bisa melakukannya!"

"MAJU, TAIGA!!"

"Sudah kubilang kan? Kau pasti bisa!"

"Selamat Taiga, kau berhasil."

Itulah yang sering diserukannya saat aku ragu ragu dan terjatuh. Hanya sepotong. Namun entah kenapa dapat membuat semangatku kembali terbakar.

Tiba tiba saja, kenangan tentang dirinya berputar di kepalaku bagai mesin film.

Pagi itu tampak baik baik saja. Aku berangkat ke sekolah bersama Titas dan Fuma, dibawakan bekal Burger Keju oleh ibuku dan menghirup udara yang sangat segar. Nikmatnya pagi hari.

Namun semua itu berubah menjadi mimpi buruk ketika kami sampai di kelas.

"Kalian sudah mengerjakan PR yang diberikan oleh Zoffy-sensei kemarin?" Pertanyaan polos Grigio membuatku tersedak hebat.

Bagaimana tidak? Aku benar benar lupa mengerjakannya! Argh!!

Awalnya Fuma memaksaku untuk menyontek PR nya. Namun aku merasa bukan lelaki sejati kalau terus-terusan mengambil enaknya saja. Aku harus berani bertanggung jawab!

Dan kejadian selanjutnya persis seperti apa yang sudah kubayangkan. Aku disuruh berdiri di depan pintu kelas sembari menenteng dua ember air oleh Zoffy-sensei.

Yah, mau bagaimana lagi kan.

Tiba tiba saja Zero menghampiriku dengan dua ember air di tangannya. Lalu berdiri di sebelahku dengan ekspresi agak datar.

"Hah?! Apa yang kau lakukan disini?! Bukannya kau sudah mengerjakan PR?" Interogasiku.

"Sebenarnya aku juga tidak mengerjakannya. Aku hanya menyontek Glenfire." Balasnya sembari menghela nafas. "Tapi ketika aku melihatmu mengakui perbuatanmu itu dan keluar kelas dengan beraninya, aku merasa sangat tidak berwibawa. Itu terasa menyebalkan. Lagipula aku ini setia kawan tau!"

Aku sedikit terkesiap.

"Hahah!! Alasanmu! Kalau malas mengerjakan PR ya tinggal bilang malas aaja! Dasar tsundere!!"

"Apa kau bilang?! Ngajak berkelahi!?"

"Ayo!!"

"Taiga...Zero..."

"MAAFKAN KAMI!!"

Aku suka tersenyum-senyum sendiri ketika mengingat kejadian itu.

Dan jika ditanya aku akan melakukan apa saat Zero kembali hidup,

"Ia laksana sebuah pedang. Begitu tajam dan berkilau. Namun terlihat sangat berwibawa. Jika ia patah, aku akan mencoba memperbaikinya. Membuatnya kembali perkasa seperti sedia kala."


Salam,
Taiga

A Million Memories With You [End]Where stories live. Discover now