Victory

166 25 5
                                    

Jika ditanya siapa Zero di mataku,

"Dia berisik. Selalu mengataiku kuda dan bertengkar dengan Taiga."

Zero tidaklah istimewa di mataku. Bagiku ia hanya lelaki biasa yang cukup pilih-pilih perempuan dan berharga diri tinggi.

Namun aku ikut bergetar ketika menyaksikan detik-detik terakhirnya. Aku tidak tau kenapa. Mungkin karena dia temanku dan Taiga yang terus menjerit.

Bagiku sendiri, tidak ada kenangan yang begitu spesial tentangnya.

Mungkin... Pernah ada sekali.

Hari itu hujan deras. Ginga yang sedang sibuk dengan Rosso, Titas, Fuma dan beberapa Senpai, mengusirku dan menyuruhku untuk pulang duluan. Sedangkan Geed sedang ada kelas tambahan saat itu.

Padahal aku bersikeras untuk menunggunya hingga selesai. Namun ia bilang, permainan ini akan berlangsung lama dan aku tidak boleh tau.

Aku pun terpaksa pasrah.

Tapi akhirnya aku hanya berdiri di tempat loker sepatu sembari menatap hujan. Aku ingat kalau aku tidak membawa payung.

Tidak masalah. Aku tidak takut air. Aku pun langsung berlari dan menerobos hujan.

Baru sampai sepertiga lari, tiba tiba hujan bertambah deras disertai angin. Membuatku terpaksa kembali ke lobi.

Bajuku nyaris basah total. Itu membuatku kedinginan. Kupeluk diriku sembari mengeratkan syal pemberian Geed.

"Victory?" Aku menoleh dan mendapati Zero yang sedang membuka payungnya. "Tidak pulang?"

"Aku tidak bawa payung." Balasku dengan suara yang agak bergetar.

Kulihat Zero terdiam beberapa detik. Kemudian ia melepaskan mantelnya dan menyerahkan payungnya. "Pakailah."

"Tapi nanti—"

"Aku bisa pulang bersama Glenfire. Sebentar lagi dia selesai. Lagipula aku ini lelaki. Aku tahan banting."

"Kau berbicara seakan aku adalah wanita." Ucapku. Dia tidak membalas. Padahal biasanya dia akan mengataiku saat kami bertemu.

Kutatap ia dan barangnya bergantian. Matanya seolah mengisyaratkan kalau ia tidak menerima penolakan dariku.

"Terima kasih." Gumamku sembari menerima pemberiannya tersebut. Seulas senyum tipis tidak sengaja mengembang di wajahku.

Masih kuingat sampai sekarang kalau mantel miliknya sangat hangat dan besar.

Dan jika ditanya aku akan melakukan apa saat Zero kembali hidup,

"Aku akan coba dekat dengannya."


Salam,
Victory

A Million Memories With You [End]Where stories live. Discover now