Geed

294 28 2
                                    



Jika ditanya siapa Zero dimataku,

"Zero adalah orang yang sangat pemberani! Dia lucu dan suka menolong! Tapi bisa jadi sangat ceroboh!"

Aku suka berteman dengan Zero meskipun kadang ia sangat naif. Karena dia bisa memberi semangat untuk teman temannya. Kalau boleh kubilang, Zero lebih sering menyemangati kami ketimbang Taiga.

Dia juga sangat ramah pada orang baru. Mengingat teman pertamaku di SMA ini (selain Ginga dan Victory) adalah dirinya.

"Uhn..." Karena tidak tau upacara penyambutan siswa ajaran baru dimulai jam berapa, aku pun berangkat pagi buta. Suasana kelas 1-5 saat itu sangat sepi. Bahkan jendela di sebelahku masih berembun.

Tadinya aku mau menghampiri Ginga dan mengajaknya berangkat bersama. Namun aku yakin. Dia pasti tidak mau bangun. Kalau sudah begitu, Victory tidak akan mau menerima ajakanku. Walau aku belum berkata apapun.

"Oh! Sudah ada orang! Kukira aku sendirian!"

Aku menoleh. Menemukan seorang pemuda dengan manik beriris keemasan yang sedang berdiri di pintu.

"A-ah... Selamat pagi." Sapaku gugup.

"Pagi juga." Balasnya. Lalu ia duduk di sisi paling kiri barisan kedua dari belakang.

"Na-nama... Namamu?"

"Zero. Kau?"

"Geed. Senang berkenalan denganmu..."

Ia lalu menaruh kedua kakinya di atas meja dan mulai mengupil. "Aku berangkat jam segini karena tidak tau jadwal. Kau?"

"A-aku juga." Kesan pertamaku pada Zero adalah dia orang yang cukup bersahabat dan easy going.

Terlihat dari perilaku serta gaya berpakaiannya yang agak berantakan.

"Haha, ternyata aku tidak bodoh sendirian!" Tawanya. Aku tidak tau harus merutukinya atau ikut tertawa.

"Zero... Apakah... Ada temanmu yang masuk ke sekolah ini juga?" Tanyaku membuka obrolan.

"Hanya satu orang saja. Yang lain sepertinya sih tidak." Kegiatan mengupilnya digantikan dengan mengorek telinga.

Kesan tambahan : dia jorok.

"Rata rata temanku lebih suka sekolah yang seperti kastil dan terkenal." Lanjutnya.

"Begitu... Zero sendiri kenapa tidak seperti itu?"

"Aku tidak terlalu peduli dengan tampilan sekolahnya. Yang penting dekat dengan rumah sehingga tidak merepotkan orang tuaku."

"Wah, keren."

"Benarkah? Wahahah!! Aku memang keren sih. Sangat keren malah. Kau baru sadar?"

"Y-ya..."

Tambahan lagi : Dia sangat narsis.

"Kau sendiri?" Pikiranku menjadi kacau seketika saat Zero bertanya balik.

"A-ah... Ada dua orang. Ginga dan Victory. Mereka temanku dari TK.

"Kalian terus bersama?"

"Iya."

"Wah, pertemanan yang luar biasa."

Aku dan Zero terus mengobrol hingga beberapa murid lain datang.

Sampai saat ini pun aku belum melupakan ingatan tersebut. Benar kata orang. Kesan pertama tidak mudah dilupakan.

Dan jika ditanya aku akan melakukan apa saat Zero kembali hidup,

"Aku akan berusaha menjadi sahabatnya dan membantunya saat ia kesusahan. Lalu tidak akan membiarkannya jatuh. Kalau sebuah pilar kokoh runtuh walau hanya satu saja, tapi efeknya akan mengenai kita kan?"



Salam,
Geed

A Million Memories With You [End]Where stories live. Discover now