Blu

145 23 4
                                    

Jika ditanya siapa Zero di mataku,

"Oh! Dia laki-laki yang agak egois. Tapi langkahnya selalu menuju ke kebenaran!"

Aku menyebut Zero agak egois karena aku sering melihatnya bekerja sendirian dan selalu menginginkan keberhasilan. Lalu jika ia gagal, ia akan menyalahkan orang disekitarnya.

Aku tidak membencinya sih. Dia kan temanku. Jadi aku hanya akan meledeknya dan sedikit menasehatinya.

Terkadang, aku khawatir jika dia terlalu banyak mengambil resiko. Itu bisa saja membahayakan dirinya. Tapi yah, seorang Zero mana peduli.

Oh, tapi dia itu orang yang cukup solidaritas. Dia tidak akan meninggalkan temannya yang sedang kesusahan. Dia pasti akan turun tangan tanpa diminta.

Pengalamanku bersama Zero yang sampai saat ini masih berbekas adalah ketika dirinya menyelamatkan kakiku.

Di hari yang cukup berangin itu, aku memutuskan untuk duduk bersantai di taman sekolah sembari menikmati karage buatan ibuku.

Saat sedang menikmati, tiba-tiba saja angin berhembus cukup kencang. Aku panik karena takut bekalku kemasukan debu.

Namun terjadi hal tak terduga olehku. Salah satu dahan pohon yang kujadikan senderan itu, patah.

Aku segera berguling dan menghindar. Mengakibatkan terjadinya nasib baik dan nasib buruk. Nasib baiknya adalah dahan besar tersebut tidak menghajar kepalaku.

Dan nasib buruknya, dahan itu justru menimpa kaki kananku. Mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa sehingga aku tak mampu menggerakkannya.

"Akh!! Tolong!!" Teriakku melas. Berharap seseorang datang dan menolongku dari kemalangan ini.

"Blu!!" Doaku terkabul. Zero muncul sembari membawa gergaji.

"Zero! Tolong aku!! Cepat!!" Pintaku. Ia hanya mengangguk dan mulai menggergaji dahan itu agar lebih mudah disingkirkan. Sementara aku berkomat-kamit, semoga Zero tidak ikut memotong kakiku.

"Yosh!" Setelah dahannya terpotong menjadi dua dan berhasil di geser, Zero langsung membantuku berdiri dan merangkulku.

"Zero, bagaimana kau bisa mendengarku? Bahkan kau sampai membawa gergaji." Tanyaku.

"Oh, sebenarnya tadi aku ingin menghampirimu. Tapi tiba-tiba dahan itu jatuh. Daripada menunggu orang lain datang, aku lari saja ke gudang dan meminjam gergaji." Jelasnya. "Lagipula rasanya tidak lelaki sama sekali ketika memilih meminta bantuan yang lain sedangkan aku bisa melakukannya sendiri."

Benar kan kataku, dia itu egois. Hahah.

Dan jika ditanya aku akan melakukan apa saat Zero kembali hidup,

"Aku akan menyuruhnya memasak nasi omelet dan aku akan mencicipinya! Karena kudengar nasi omelet buatannya enak. Selain itu... Mungkin aku akan mengajarinya cara bekerja sama yang baik agar dia tidak egois lagi."


Salam,
Blu

A Million Memories With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang