⁂Tempat para regular

458 119 40
                                    

••••

Dua tahun berlalu semenjak kejadian pengasingan Aguero. Terdengar berita burung dimana Aguero menaiki menara tak lama setelah kejadian itu.

Di tengah jalan di sebuah koridor sepi, pria berambut biru gelap menyender menatap halaman sambil menunggu seseorang.

"Kak?"

Wajah itu menoleh, ia pun berdiri berhadapan dengan anak laki laki yang telah berumur 11 tahun itu. Mereka saling melempar pandangan untuk beberapa saat.

"..Kenapa memanggilku?"

Eliano memecah lamunannya, pria itu tertawa canggung sambil mengusap tengkuk miliknya.

"Jadi begini..bagaimana jika kau urungkan saja niat untuk menaiki menara?"

Kedua manik ungu menatap lurus. Telah lama ia tak menunjukkan banyak ekspresi di sana.

"..Memangnya kenapa?"

Baru saja kemarin ia mendapat kabar bahwa Headon mendatangi Khun Edahn untuk membawa nya menaiki menara. Tapi sekarang pria berambut biru gelap terlihat berusaha menghentikannya.

"Disana berbahaya-

"Kak Asensio, aku sudah mendengarnya ratusan kali..dan aku tetap takkan mengurungkan niat pergi kesana. Kau juga tak seperti biasanya, sebenarnya apa hal yang berusaha kau katakan padaku namun takbisa mengatakannya secara langsung?"

Asensio melirik kebawah, menghela nafas memerhatikan pergelangan tangannya sejenak. Keringat bergulir dari dahinya. Mulut yang setengah terbuka itu kini ditutup.

"Aku punya janji dengan 2 orang,"

"Ayah dan ibuku?"

"Bukan. Janji dengan ayah berbeda. Hanya Adeline, dan satu lagi-"

Sebelah matanya terpejam menahan sakit, ia melirik pergelangan tangannya yang bercahaya hingga mengeluarkan asap.

"Kak! Tanganmu-"

"..Ia yang agung namun tak mendapat hidup abadi...kehadirannya pun mampu merubah takdir,"

Mantra menjalar dari tangan hingga ke wajahnya, pria berambut biru gelap itu terduduk di tanah sambil mencengkeram pergelangan tangan yang jadi dasar penyebabnya.

"Sudahlah kak! Hentikan!!"

Eliano mengejar pria itu dan memegang pundaknya yang lebar. Asensio terlihat terengah-engah hingga mantra nya kembali menyusut seperti semula, meninggalkan jejak seperti luka bakar.

"..Maaf aku tak bisa mengatakan sisanya, aku harap kau mengerti bahwa yang kau cari taklah semanis yang kau kira. Menara itu berbahaya. Jika saja..jika saja aku bisa menghilangkan tanda ini, maka aku sudah mengatakan semuanya kepadamu."

Eliano menatap dengan cemas, melirik wajah Asensio yang terlihat lelah. Pemilik manik ungu itu mengepal tangannya, kemudian mengalihkan pandangan.

"Maafkan aku, tapi aku akan tetap menaiki menara. Kakak jangan memaksakan diri," Eliano tersenyum tipis kemudian berdiri, "Aku harap hanya Elena, tak lagi, aku tak mau ada lagi selainnya."

-------


Eliano berjalan menelusuri koridor setelah menaiki beberapa anak tangga.

Di hari ulangtahun nya ke- 11,

Eliano mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa Headon mendatanginya malam itu.

"Tak usah menaiki menara. Mereka semua akan mencoba membunuhmu." Ujar Edahn yang sedang duduk di balkon kamarnya. Eliano yang berdiri di depan pintu kamar ayah nya itu lalu mengerjapkan mata. Ia melangkah beberapakali ke dalam.

|| 𝗧𝗢𝗚 || The Lost DisgraceWhere stories live. Discover now