⁂Ran, si jenius kecil

958 225 74
                                    

--

•|Pagi Hari|•

Pagi itu, Eliano sudah bersiap-siap untuk pergi latihan. kakinya dilangkahkan untuk segera keluar berpamitan dengan ayahnya.

"Ayah!" Suara imut itu berhasil membuat Edahn yang sedang duduk melamun menoleh, "Kau tetap mau pergi kesana?" Tanya pria itu sambil menyisir poni panjangnya ke samping.

"Tentu saja!"

Tak berniat mendengar celotehan ayahnya, ia pun pergi dari sana.
Melewati gerbang istana utama lalu segera menuju kolam ikan karena seseorang memintanya untuk kesana.

Siapa, ya? Ah benar.
Aguero Agnes.

Kaki kecilnya melambat setelah lelah berlari, dengan terengah-engah menenteng satu tas di bahu, kini Eliano mengarahkan manik ungunya untuk menelusuri kolam ikan yang begitu besar. 

Wajah itu tersenyum manis melihat ikan-ikan yang langsung berkumpul begitu melihat kehadirannya. Eliano berjongkok, memainkan jari kecilnya di permukaan air sambil bersenandung riang.

"Ikannya berenang kesana kemari dengan indah sampai membuatmu berpikir betapa bahagianya ketika bisa sebebas mereka. Tapi pernahkah kau melihat seekor burung yang terbang ke angkasa? Mereka terbang tanpa ada batas seperti pinggir kolam ini."

Sebuah suara tiba-tiba muncul membuat ia yang asyik memandangi hewan air itu termangu. Manik ungunya diarahkan ke samping kanan, seorang anak berambut kuning terang terlihat senang menatapi langit biru. 

"Adikku ingin seperti mereka, terbang bebas tanpa tali yang mengikat. Aku lah yang akan membantunya pertamakali terbang mengepakkan sayap."

"Tidakkah kau juga ingin terbang jauh?"

"Terbang?"

Anak berambut kuning itu menoleh sambil tersenyum, mengarahkan jari telunjuknya ke atas yang kemudian berubah menjadi seekor burung yang langsung terbang, beberapa burung lainnya kemudian ikut muncul dari wujud anak berambut kuning itu, terbang ke atas tanpa menyisakan apa-apa. 

Kedua alis terangkat, Eliano menegadah untuk mengikuti arah terbang beberapa burung itu. Ia termangu menatapi langit tanpa sadar apa yang baru saja terjadi. Matanya kian melebar, warna ungu di matanya terpantul cahaya layaknya sebuah bongkahan kaca.

Disaat ia asyik memandangi langit biru itu, seseorang melempar batu ke dalam kolam hingga membuatnya kaget karena terciprat airnya. 

Eliano mengerjap beberapakali dan berbalik setengah badan melihat si pelaku.

"Ah- Aguero." 

"Maaf ya, kau melamunkan apa? Aku memanggilmu daritadi, lho."

"Eh?"

"..Lupakan. Kau benar-benar datang kemari rupanya." Aguero lalu ikut duduk di sampingnya, sambil memberi kail pancing pada Eliano yang menatapnya heran. Manik ungu miliknya menatap kail itu lalu kembali menoleh pada Aguero dengan polos.

"Ini..buat apa?"

"Ahh- kau ini..Gali tanah disana, cari cacing lalu kaitkan ke sana."

Eliano mengangguk, ia mulai mengikis tanah dengan batu. Aguero yang melihatnya lalu terkekeh pelan. Puas akan targetnya yang berhasil dikerjai dengan begitu mudah. 

Perlahan mata Eliano melebar begitu ia mendapatkan hewan menggeliat itu. Ia mengambilnya kemudian mengarahkannya pada Aguero yang kini menatap ngeri.

"Ini dia!"

"Jijik! Letakkan cepat!"

Eliano mengaitkannya pada kail setelah melihat teknik yang diajarkan Aguero, ia pun ikut mencobanya. Mereka bercanda sambil menunggu ikannya memakan umpan, namun tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri mereka.

|| 𝗧𝗢𝗚 || The Lost DisgraceWhere stories live. Discover now