Bagian satu

3.6K 293 32
                                    

Enjoy and have a nice day! -una

♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


° ° °

Kapas putih itu bergerak cepat di langit cerah berwarna oranye. Angin berembus menerbangkan helaian daun yang gugur. Suara kicauan burung pun terdengar bersama dengan suara angin yang bertabrakan dengan batang -batang pohon yang menjulang tinggi.

Seorang gadis bergaun putih berlari tergesa-gesa menimbulkan suara yang bising karena ranting pohon yang diinjaknya. Dibelakangnya, ada dua orang gadis sebaya yang ikut berlari mengejar gadis itu. Kegelisahan tergurat di wajah gadis bergaun putih.

"Zeline, berhenti!" teriak gadis bergaun biru langit.

Aireena Zeline Lovanka.

Seorang putri bungsu kerajaan Eunomia yang dipimpin oleh Raja Dejun Archelaus Lovanka. Aireena merupakan putri dari selir istana, Irina Roselyn. Namun naas, tepat pada malam ulang tahun kerajaan Eunomia, Selir Irina meninggal dunia karena sakit. Kejadian itu menjadi salah satu kejadian paling menyakitkan bagi Aireena, kejadian yang mengubah seluruh hidupnya.

Ratu Eunomia bernama Ratu Elizabeth Idylla.

Mempunyai dua putri bernama Catherine Idylla Lovanka dan Sophia Idylla Lovanka.

Kedua putri Ratu Elizabeth sangat tidak menyukai Aireena--mereka memanggilnya Zeline. Mereka menganggap Aireena hanyalah anak seorang selir rendahan yang beruntung bisa menginjakkan kaki di istana. Keberadaan Aireena tak pernah dianggap ada, tak pernah sekalipun mereka melirik apa yang dilakukan Aireena. Namun kebencian mereka sangat terlihat saat Aireena berhasil menarik perhatian Raja Dejun, para bangsawan dan bahkan Raja dan Putra Mahkota dari kerajaan lain. Mereka takut, keberadaan mereka akan sirna ditelan cahaya Aireena.

Sepeninggal Irina, mereka semakin memperlihatkan kebencian mereka pada Aireena. Setiap hari tak terlewatkan untuk mengusik Aireena. Seperti saat ini. 

"Kubilang berhenti, Zeline!" Catherine kembali berteriak.

Keringat dingin mengucur di dahi Aireena, lututnya melemas bersamaan dengan langkahnya yang melemah. Ia mengangkat kedua sisi gaunnya lebih tinggi. Namun, kaki kirinya tak sengaja menginjak bagian bawah gaun, membuat tubuhnya tak bisa menahan keseimbangan. Tangannya mencoba untuk meraih sesuatu, tapi tak ada apapun disana. Nampaknya kesialan tak hanya sampai disitu, sebongkah kayu berada tepat dibawahnya. Kepalanya terbentur cukup keras, menimbulkan nyeri yang luar biasa. Ia mengabaikan rasa sakit itu dan berusaha untuk bangkit saat mendengar derap langkah kaki yang mulai mendekat. Namun usahanya gagal.

"Ah, si bodoh ini," umpat sang kakak pertama, Cathrine. Dengan napas yang terengah-engah ia melanjutkan, "seharusnya kau menurut selagi aku memintamu dengan baik-baik."

Hidden CastleWhere stories live. Discover now