empat.

27 2 0
                                    




Gue keluar rumah dan benar, ada mobil terparkir di depan pagar dengan Jeje yang menyandar di mobilnya.

"Ngapain?? Kan gue bilang ga usah jemput." Gue mengamuk sambil berjalan ke arah dia.
"Oh iya? Ga baca." Dia jawab datar.
"Jelas-jelas udah diread."
"Yaudah sana cepet siap siap. Belum mandi kan?"
"Udah kok." Gue manyun balik badan dan langsung masuk kerumah.

"Siapa din?" Tanya mama.
"Fans."
"Kamu tuh.." Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum.

Gue bercepat ganti ke seragam cheers dan memakai jaket, biar tidak lama memilih baju lagi.

Setelah gue masuk ke mobil, dia duduk sambil memperhatikan dengan jidat berkerut.
"Kenapa sih?" Gue tanya.
"Ga punya celana?" Dia membalikkan pertanyaan, sembari meraba ke jok belakang. "Nih." Jeje menutupi bagian paha gue dengan bajunya.
"Kan buru buru. Emang mau nunggu lama? Udah dibilang juga ga usah jemput."
"Sekalian. Gue abis dari rumah Yege." Katanya.
"Ngapain?"
"Urusan cowo."

Sesampainya diparkiran sekolah, gue cepat-cepat keluar mobil biar tidak ada yang lihat kita datang barengan.

Di sports hall gue liat anak basket-- salah. Gue liat Lucas lagi ngobrol sama yang lain, sebelum akhirnya dia membalikkan badan ke gue karena yang lain menyapa.
"Hai." Gue sapa balik. Lucas balas dengan senyuman.

Sebelum gue salting dan malu-maluin diri sendiri, gue pergi ke kumpulan anak cheers.

"Ayok, pemanasan."

-selesai latihan.

"Duluan kak." Pamit salah satu anggota cheers.
"Iya."
Gue duduk di samping lapangan basket, pas banget mereka juga baru kelar.

Tiba tiba Lucas menghampiri, masih sambil ngos-ngosan.
"Langsung pulang kak?"
"Iya kayaknya." Pasrah karena gue dijemput.
"Ga mekdi dulu? Hehe." Dia nyengir.

"Din." Gue dan Lucas noleh ke arah sumber suara. "Ayok, pulang." Jeje berdiri, tidak jauh dibelakang gue.

"Oh, kak Adin bareng kak Jeje?" Tanya lucas masih senyam-senyum.
"Iya. Gue yang jemput-" Jawabnya, tegas. "-gua yang nganter pulang. Sekarang."

Suasana jadi canggung.

Eisa menepuk pelan pundak Jeje "Elah, tegang banget kayak lagi paskibra."
"Makan dulu kali je, asam lambung gue." Kiming menyaut, Enwe mengangguk dengan tampan.

"Duluan, gue nganter Adin dulu." Jeje melangkah menuju ke pintu keluar sports hall.

Gue cuma bisa mengikuti dari belakang dengan perasaan yang tidak enak. "Bye, guys."

"Kenapa dah, anjir." Kiming bingung. Eisa hanya bisa mengangkat bahu. Enwe nge-bug. Jeka diam, sambil melirik Lucas.

Mereka akhirnya pergi ke Mcd.

-di mobil Jeje, arah jalan pulang.

"Aduh, kak."
"Hah? Kenapa?"
"Ah-" Gue pegang perut.
"Din??" Jeje panik.
"Kayaknya gue mau meninggal, ga makan cheeseburger sama McFlurry."
"Din...sumpah ya." Jeje berdecak, kesal.

"Lagian kenapa sih, apa salahnya ke mekdi bentar."
"Tadi gue udah janji sama nyokap lo, langsung bawa lo pulang."
"...dirumah juga gue bakal sendiri." Gue hela nafas.
"Mau gue temenin maksudnya?"
"Hah. Ga."

Lumayan bingung dengan tingkah laku Jeje akhir akhir ini.

Selang beberapa saat, kita berdiaman di mobil. Hanya ada suara lagu yang volumenya tidak terlalu besar. Jeje inisiatif buka pembicaraan.

"Din, gue mau nanya tapi jangan marah ya."
"Tapi pasti pertanyaannya emang bikin marah kan?"
"Iya makanya."
"Yaudah apa?"

"Masih suka sama Kiming?"

tentang dia.Where stories live. Discover now