enam.

19 2 0
                                    

Gue hanya bisa mengerutkan jidat, tidak tau harus membalas apa. Selang beberapa saat, Jeje menelfon.

Gue melihat Lucas.

"Gapapa, angkat aja dulu." Katanya.

"Hal-"
"Kenapa cuma di read?! lagi dimana?"
"Hah...? Kenapa ngegas sih...gue lagi di mall sebelah"
"Ga kejauhan lo parkir disini? sama siapa?"

Gue terdiam.

"...Lucas?"
"Iya"
"ck- kan gue bilang gue ga suka kalo lo keluar sama dia!"
"Lah? kan hari ini kalian ga latihan. Apa salahnya?"

Disini Lucas mulai sadar gue telfonan sama siapa.

"Din! lo masih ga ngerti apa-"
"-lo juga kenapa nelfon dan ngelarang-larang sih? penting banget ngurusin hidup gue?!"

"Kak-" Lucas menegur pelan, ketika dia sadar orang sekitar memperhatikan karena suara gue yang cukup keras.

"Terserah lo din" Jeje memutuskan telfonnya.

Gue marah, tapi disaat bersamaan gue bingung kenapa bisa semarah itu sama Jeje. Apa ini berlebihan?

"Gue ga mau ini jadi masalah, kak." Ujar Lucas yang daritadi terlihat bingung.
"Apaan sih, dianya aja yang ga ada kerjaan"
"Yaudah kita balik aja, gue anter ke mekdi. Jeka juga nyuruh gue nyusul mereka kesana."
"Hah? ngapain- bentar, lo sama Jeka ada apa sih?"
"Ga ada apa apa kok, udah yuk."

Kita kembali ke mekdi dengan gue yang masih sangat kesal. Lucas meyakinkan bahwa ia hanya akan kumpul biasa dengan geng Jeje, dan menyuruh gue pulang.

-sementara itu di mekdi.

"Lo idiot apa gimana sih? gue udah bilang ga usah deketin Adin" Jeka berbicara empat mata dengan Lucas di parkiran disaat yang lain menunggu sambil melihat dari dalam.
"Sama aja kalian ya, suka ngatur" Lucas tertawa kecil.
"Ga usah kayak anjing lo."
"Lo yang kayak anjingnya Jeje."

Jeka langsung menonjok pipi kiri Lucas sekuat mungkin hingga ia hampir terjatuh.

"Woi!" Yege berdiri panik, yang lain ikut bubar keluar untuk melerai mereka. Eisa menarik Jeka sedangkan Enwe menarik Lucas.

"Balik, orang di dalem juga pada ngeliat. Kita masih pake seragam." Kata Jeje.

Lucas melepas tangan Enwe dan langsung pergi.

"Jadi inget gue sama Jeje pas gue ngedeketin Adin waktu itu hahaha." Kata Kiming dengan santainya.
"Goblok banget bocah mulutnya~" Eisa geleng kepala.

-malam hari, rumah Adin.

Gue jadi overthinking, mungkin memang berlebihan untuk marah seperti itu ke Jeje, tapi atas alasan apa juga dia menelfon dan membentak. Satu sisi gue khawatir sama Lucas, jadi banyak pertanyaan yang muncul di kepala.

Gue memutuskan untuk chat dia.

Lucas

ga ada masalah kan?

ga ada kak

baguslah
eh jgn manggil kak lg dong
aneh bgt

hehehe oke
adin lg apa?

Jadi sedikit salah tingkah.

ga ada sih
denger lagu aja

bentar ya
dipanggil kakak

okee

"pasti kakaknya cantik"

-dirumah Lucas.

"Ngapa? mau dilanjutin yang tadi?" tanya Lucas sambil menyengir.
"Becanda lo?"

"Sakit ga? mana coba liat." Lucas hanya diam dan menunjukkan pipinya ke Jeka.

"Not bad lah, paling besok biru dikit. Jangan masuk sekolah dulu, biar gue yang ngomong ke nyokap lo."

Selesai pembicaraan, Jeka menutup pintu kamar Lucas dan kembali ke kamarnya sendiri, dirumah yang tadinya sunyi semenjak kepergian nyokapnya. Waktu bokapnya memilih untuk menikah lagi tahun lalu, Jeka tidak keberatan. Dia hanya tidak menyangka harus menjadi kakak dari orang yang hampir sebaya.

Walaupun berawal canggung, mereka tidak pernah membenci satu sama lain.

tentang dia.Where stories live. Discover now