16.Sampai✨

1.5K 370 18
                                    

Tepat pukul 22:30 malam mereka sampai di kampung Keciprit tempat dimana Eliza dan Yoya tinggal disana semasa hidupnya.

"Ini kampung kalian? Tidak terlalu buruk juga. Dimana rumahmu Yoya, Eliza?" tanya Ofi kepada kedua teman hantunya.

"RUMAH KAMI DISANA RT 04 RW 13," unjuk Yoya ke arah gang sempit yang tidak akan mungkin masuk mobil.

Agnes meminta Kevin berhenti di pinggiran jalan. Kebetulan waktu sudah malam, jadi jalanan tak begitu ramai disana.

"Disini rumah hantu-hantu itu?" tanya Kevin.

"Gang itu menuju rumah Yoya, kita kesana dulu baru besok paginya kita bisa ke tempat neneknya Eliza"

"TIDAK BISA! KAU SUDAH BERJANJI AKAN MEMBANTU NENEKKU! JADI UTAMAKAN NENEKKU TERLEBIH DAHULU, KARNA DIA LEBIH PENTING!" protes Eliza.

Agnes menoleh ke jok belakang. "Eliza, ini sudah malam. Tidak mungkin malam-malam begini kita pergi kesana, terutama tempatnya jauh dari sini. Mengertilah Eliza, kami bukan seperti kalian. Kami manusia, kalau ada yang lihat aku sama Kevin kesana di sangka kita mau ngapain malam-malam"

"Agnes benar! Berhentilah egois Eliza. Kau ini seperti tidak ada esok hari saja" ucap Yoya menimpali.

Eliza pasrah saja. Apa yang di katakan Agnes benar, tapi perasaan Eliza merasa tak tenang. Ia ingin kesana sendiri, tapi tidak mungkin. Jadi ia ikut saja kemanapun Agnes dan Kevin pergi.

Agnes dan Kevin keluar dari mobil, tidak lupakan kunci mobil Kevin bawa. Sebab jika hilang, lumayan harganya ratusan juta.

...

Sesampainya di rumah kecil yang terbuat dari bilik itu, Agnes mencoba mengetuk-ngetuk pintunya. Tapi tidak ada jawaban dari siapapun orang di dalam sana.

"Yang kayanya gak ada orang deh" ucap Kevin.

"Hem Yoya sepertinya keluargamu tidak ada disini" Yoya yang mendengar pernyataan itu dari Agnes, ia memanyunkan bibirnya kesal. Jika tidak ada di rumah, lalu ibunya berada dimana?

"Hem apa sudah pindah mungkin?" tebak Eliza.

"Bisa jadi udah pindah, rumah ini terlihat kosong"

Yoya sendiri bingung, dimana ibunya? Ia kemudian menembus melewati pintu seraya memastikan.

"Gimana yang? Apa kata hantu itu? Translete'in dong kamu gimana sih, akukan gak bisa liat mereka" ucap Kevin kesal.

"Yoya lagi cek ke dalem. Kamu bawel banget Kevin"

"Aku pengen cepet-cepet pulang karna khawatir sama keadaan jes---"

Hampir saja Kevin keceplosan. Agnes melirik ke arahnya dengan tatapan tajam, ia hendak bertanya tapi Yoya keburu datang. "Kalian benar, tidak ada siapapun di dalam. Lalu dimana ibuku? Hiks...hikss"

"Gini aja, besok pagi kita tanya tetangga. Sementara aku sama Kevin duduk aja disini dulu, dan kalian bisa jaga di sudut-sudut rumah ini."

Ketiga hantu itu mengangguk paham. Apa yang Agnes katakan benar, mereka harus bermalam di depan rumah Yoya seraya menunggu esok hari. Karna tidak mungkin jika mereka mengetuk-ngetuk rumah tetangga malam-malam begini.

Waktu sudah hampi tengah malam, Agnes masih juga diam tidak banyak bicara. Ia memikirkan perkataan Kevin yang tadi belum terselesaikan.

Kevin meraih tangan Agnes, namun gadis itu menepisnya. "Kenapa sayang? Kok dari tadi aku ajak ngobrol diem aja?"

"Lanjutin ucapan kamu yang belum terselesaikan tadi. Kamu khawatir sama Jes, Jes siapa?"

"Ohaha itu Jesa, iya Jesa orang kepercayaan papa yang masih sakit tapi udah mulai kerja."

SAD GHOST 3 ✓Where stories live. Discover now