6. | Bertingkah

113K 6.5K 448
                                    

"Goblok."

Laura melirik sengit. "Baru juga awal udah dibuat kata kasar aja, emang ya tuh mulut lo gak ada manis-manisnya semanis muka gue!?" Laura mengendus sebal.

"Ya lo mikir lah pake otak ngapain bawa-bawa benda gituan kesekolah lo mau jadi lonte!?" Celetusnya bikin sakit bukan main.

"Cih, mentang-mentang gak ada yang nemenin malem-malem lo mangkannya lo pilih bawa benda gituan ke sekolah IYA!?"

"Ska gue gatau benda ginian tuh buat apa mangkannya gue kasih tunjuk ke lo, lo tau gak buat apa?" Vibrator kecil berwarna pink berada ditangan Laura.

"Nyikat"

Laura menoleh. "Nyikat gigi? Kok gak ada bagian kasarnya kayak sikat biasa? Apa ini penghalus wajah soalnya lembut lonjong gitu"

"Tapi warna pink hihi kok imut sih ututututut."

"Laura gausah gila deh! Gue capek ngadepin cewek stres kayak lo! Sekarang keluar dari ruangan gue CEPET!"

"Ska tapi ini buat apa?"

"BUAT ALAT SEKS LO PUAS!?"

"Alanska."

Deg

"Seks apa yang kamu maksud?" Tanya bu guru Mala. "Laura ngapain disini? Masuk kelas."

Laura mengangguk. "Baik bu,"

"Tunggu!" Ujaran Alanska menghentikan langkahnya. "Laura bawa benda haram bu."

"Benda haram?"

"Haram apanya?" Laura kembali membalikkan badan menghadap Alanska dan bu Mala. "Ini yang lo maksud? Lah katanya ini benda seks kok sekarang haram sih? Labil anjir."

Mata bu Mala tergejolak kaget, mulutnya ia bungkam dengan kedua tangannya sendiri. "LAURA!"

Gue salah apa?
    
    
*****
   
    
"Bidadari gue apes banget udah mah tadi telat sekarang disuruh jemur depan tiang bendera lagi." Ujar Gavin yang tengah berkacak pinggang ditepi lapangan.

"Udahlah suruh siapa dia bawa benda kesenengan cewek," Sahut Julian. "Gue kira Laura polos anjir taunya ngerti vibrator juga, eh Ska itu cewek yang bakal jadi jodoh lo nanti kan?"

Alanska tak menoleh. Tatapan sepenuhnya masih pada Laura yang tengah berdiri panas-panasan menghadap ke tiang bendera.

Gavin menoleh sengit lalu menoyor kepala Julian. "Sialan gue gak terima! Laura itu calon bini gue! Enak aja Alanska maen nikung-nikung, gak ada hak."

"Ngaku doang lo udin,"

"Buruan gantiin posisi sama Laura kasih dia minum, tawarin makan, suruh duduk biar dia ngadem disini lo yang panas-panasan disana." Ujaran Julian membuat Gavin menoleh sengit dan menepak kepalanya.

"GUE MASIH MAU HIDUP!"

"Lah yang bilang panas-panasan bikin lo mati siapa? Lo manusia apa vampire ya kali pantat panci gini gak berani sama matahari,"

Gavin mendesis kearah Julian. Raut wajahnya membentuk ekpresi memelas sembari menghendus, "Eh Lan udahin kek hukumannya kasian calon bini gue bisa-bisa kulitnya gosong kayak si Julian."

Julian mendelik. "Gue gak hitam ya anjir lagian kalo emang niat mau nolongin gausah banyak bacot. Btw, lo gak ngasih ampun ke Laura? Kasian tuh anak udah berjam-jam ngejemur sendiri disana mending digantiin si Gavin."

"Ngembet banget gue disiksa ya bun,"

Tubuh Laura tak dapat lagi menahan panasnya terik matahari pada pukul jam 12 pas disiang ini. Keringat demi keringat sudah bercucur membasahi wajah, pelipis bahkan seragamnya. Kakinya serasa sudah tak kuat menumbuh tubuhnya lagi.

ALANSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang