13. | Menjelang Hari Keajaiban

63K 5.6K 2.1K
                                    

"Sengaja ngilang biar dicarii taunya malah terganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sengaja ngilang biar dicarii taunya malah terganti."

"Mampus jing." Sambar Julian ngegas.

Gavin menoleh atas sahitan menjengkelkan Julian tanpa berbasa-basi lagi botol minum yang tadi ditangannya kini dipukulkan ke tulang kering dikaki Julian yang meninggalkan ringisan rasa ngilu sekalian nyeri teramat sakit. "ASHUUU SAKIT BEGE! KENA TULANG BATIN INI! SHHH..."

"Ck, lebay! Belum aja tuh tulang gue jadiin shop!"

Pintu terbuka setelah kurang lebih satu jam lelaki jangkung itu melakukan rapat dinasnya diruang Osis mengenai calon ketua OSIS pada periode baru di SMA Anstronesia.

"Lama bener lo Lan rapat Osis berasa rapat DPR." Ucap Gavin ikut melangkah disebelah Alanska.

"Eh tapi setau gue kerjaan DPR kan tidur," Celetus Julian.

Gavin menipuk punggung Julian dengan keras, "Anjir kalo ngomong suka fakta!"

"Secara normal kita tuh dilahirkan kepala dulu baru kaki, supaya diajarin berfikir dulu sebelum melangkah." Ujar Julian mantap.

"Tapi temen gue si Gapin mah pantat dulu baru kepala pantesan kelakuannya kayak tai!"

Gavin menoleh melongo sambil menggelantungkan tangan kirinya ke leher Alanska, "Lan kayaknya Julian harus kita lindungi deh." Cemas Gavin dibuat-buat. Julian yang melihat itu terpesona. "Dia tuh lagi jadi inceran negara, bisa punah, sumpah bisa langka! Gawat Lan.. gawat!"

"Wah gila anjir lo ternyata lo respect juga ke gue? Salut bat gue sumpe kalo lo mau jadi pengawal gue, yakin mau jadi bodyguard gue?" Kata Julian sambil menyisirkan rambut kebelakang.

"Iya soalnya spesies babi hutan kayak lo udah mulai punah."

*****

ALANSKA melonggarkan dasi hitamnya yang tadi sudah dipasangkan rapih oleh Bunda Aela. Keinginannya tetap bulat untuk tidak menikahi Laura apalagi membawa gadis itu kedalam hidupnya selamanya.

Ia hanya ingin mengambil jalan aman untuk tak menyakiti Laura atau siapapun dalam keputusan ini. Hatinya belum goyah, perasaannya masih sangat dalam untuk cinta pertamanya yaitu Laluna. Haruskah Alanska membuka hati untuk Laura?

"Ska gak bisa bun... tolong terima keputusan yang udah Ska pikirin matang-matang, bunda tau sendiri kan apa yang udah Ska lakuin bertahun-tahun gak pernah ada hasil yang gagal." Alanska memegang tangan bunda Aela sambil ditatapnya dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. "...Ska takut pernikahan ini ada cuman karena rasa penyesalan Ska dulu,"

ALANSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang