14. ???

1.2K 172 80
                                    

Karna banyak yang milih WHY jadi saya update yang WHY

Buat yang lainnya nanti malam Minggu:^)

Sekian dan terimakasih.

Ouh.. iya, saya sangat terharu bacain komenan kalian, sangat tersentuh 😂 Terimakasih sudah menyukai cerita ini 🌻

Happy reading.......


🌻🌻🌻

"Ma, Yedam pergi ke sekolah ya," pamit Yedam tapi mamanya tidak ada di dapur ataupun di ruang TV. "Mama kemana?"

Yedam mendengar suara mamanya di luar seperti sedang mengobrol dengan seseorang. Dari suaranya Yedam sedikit kenal dan akhirnya Yedam berjalan keluar karna Yedam juga harus cepat-cepat pergi ke sekolah.

"Ma, Yedam berang—" ucapan Yedam terhenti karna melihat sosok Haruto sedang mengobrol dengan Mamanya. Senyuman sopan Haruto yang sangat langka itu Haruto perlihatkan di depan mamanya.

"Sayang, udah siap berangkat sekolah? Ini Haruto baru datang jemput kamu katanya kalian janjian berangkat sekolah."

Yedam melongo bingung, "Kapan janjiannya?"

"Kamu ini pelupa udah sana berangkat. Kasian Haruto nya udah jemput jauh-jauh kan."

"Tapi, Ma?"

"Ayo berangkat," Ajak Haruto. "Mama, Haruto pamit ya." Haruto berpamitan dengan Mama Yedam yang langsung di sambut dengan senyuman oleh Mama Yedam.

"Hati-hati ya bawa motornya."

"Iya, Ma." Haruto melangkah ke luar gerbang dimana motornya berada.

Yedam yang sedari tadi melihat interaksi mamanya dengan Haruto sampai Haruto manggil sebutan mama bukan tante hanya bisa speechless.

Sudah sedekat itu kah mereka? Padahal baru dua kali ini mereka bertemu pantas kah begitu?

Yedam berjalan sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat.

"Pakai," Haruto mengulurkan helm.

"Kenapa ada disini?" 

"Jemput."

"Tapi gue gak pernah minta di jemput atau janjian berangkat sekolah."

"Pakai dulu." Haruto melirik Yedam dan helmnya secara bergantian. Tapi respon Yedam hanya diam menatapnya dengan pandangan mata yang tidak Haruto mengerti.

"Ck," Haruto menarik paksa tangan Yedam agar mendekat padanya dan langsung memasangkan helm itu di kepala Yedam. "Naik!"

Yedam melepaskan helmnya dan membantingnya ke jalan dengan penuh emosi.

Brak!

"Kenapa sih lo tuh suka banget maksa!" Yedam sedikit menaikkan nada suaranya menatap wajah Haruto marah. "Gue muak sama semua hal yang lo lakuin ke gue! lo selalu bersikap seperti itu. Lo egois dan pemaksa! Lo tau harga diri gue seperti rendah kalau berhadapan sama lo, gue harus nurutin semua paksaan lo!"

Haruto hanya diam menatap wajah Yedam dengan muka datar. Tapi di lubuk hatinya dia memikirkan ucapan Yedam.

"Kalau mau pergi sekolah yaudah pergi aja sendiri gak usah ngajak gue." Yedam melangkah pergi sedangkan Haruto sudah membungkuk mengambil helm yang tadi Yedam banting.

Galak juga, batin Haruto.

🌻🌻🌻

Sepanjang perjalanan menuju halte Yedam gelisah mengingat perlakuan nya tadi. Sesekali Yedam menengok ke belakang siapa tau Haruto muncul. "Gue keterlaluan gak sih? Gue jahat banget ya. Haruto kok gak nongol-nongol dia gapapa kan?"

WHY - Harudam /END.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang