30. Disleksia.

1.1K 141 81
                                    

Haruto memegang keningnya, sudah capek dari tadi baca buku bahasa Inggris yang Yedam rekomendasikan. Kepalanya pusing, dan yang paling utama dia tidak mengerti maksud dari buku yang dia baca.

Haruto sudah berusaha sekuat tenaga untuk membaca dan mengerti maksud dari tulisan-tulisan yang ada di buku ini. Tapi, selama apapun dia membaca dan belajar. Otaknya tidak bisa meresap apa yang ada di dalam buku.

Untuk penderita disleksia, ini bukanlah hal yang asing. Dia sudah beberapa kali berusaha belajar sedari kecil. Tapi, karna penyakit ini lah yang membuat dia tidak sepintar anak seusianya.

Haruto ingin menjadi orang yang sukses seperti ayahnya. Dia ingin sehebat ayahnya. Dia ingin sepintar ayahnya. Tapi, semua itu sia-sia. Dia tidak mampu membaca buku dan memahaminya.

Waktu kecil, Haruto selalu menangis saat belajar seorang diri. Dia menangis setiap malam. Apalagi saat hasil ujiannya keluar. Dia harus siap-siap di pukul ayahnya karna nilai ulangan yang tidak memuaskan.

Padahal, Haruto sudah belajar setiap hari. Tapi, karna disleksia nya, dia harus menerima kenyataan. Dia tidak mampu bersaing dengan teman-temannya yang lain.

Sampai pada akhirnya. Haruto benci semua yang namanya belajar. Dia menjauh dari yang namanya belajar. Dia akan merasa mual jika sudah membaca buku pelajaran yang sudah menjadi musuhnya.

Haruto berubah saat masa SMP nya, dia benar-benar berubah. Dia menjadi anak yang emosian dan bergaul dengan anak-anak yang notabenenya nakal.

Awalnya dia hanya mencoba merokok, sampai akhirnya dia turun ke jalan dan membentuk sebuah geng motor. Dari balapan motor lah dia mendapatkan uang untuk kesehariannya. Tapi, untuk minum-minuman keras, Haruto masih berfikir dua kali. Dia memang mau terjerumus ke hal yang berbau narkoba, tapi kesadarannya kembali lagi. Dia masih berfikir untuk kedepannya.

Waktu memasuki SMA dia juga diajak teman SMP nya untuk menjual narkoba dan bergabung dengan komunitas pengedar itu. Awalnya Haruto ingin menerimanya karna dia juga sedang kesulitan uang. Tapi untungnya ada teman dari SMP-nya yaitu Jeongwoo. Dia menyelamatkan masa kelam Haruto.

Tapi, Jeongwoo tidak tau siapa Haruto. Dari keluarga apakah dia. Yang Jeongwoo tau Haruto adalah anak miskin yang selalu kekurangan uang.

"Lo kenapa?" tanya Yedam melihat Haruto yang mengedipkan matanya beberapa kali. "Ngantuk?"

Haruto hanya mengangguk.

"Mau pulang?"

"Gue harus belajar dulu." Haruto melotot mengamati satu persatu huruf dari buku itu.

"Lo kenapa sih, aneh..." Yedam memperhatikan Haruto yang ada di sampingnya. "Ngerti nggak?"

Haruto langsung melihat ke Yedam dan menggeleng semangat.

"Nggak ngerti?" tanya Yedam memastikan.

Haruto mengangguk cepat.

"Udah nggak bisa ngomong lo? Dari tadi jawabnya geleng, ngangguk terus," Yedam menarik buku yang ada di tangan Haruto. "Hafalan kosa-kata udah?"

"Nggak bisa."

Yedam menatap wajah Haruto tajam. "Apa? Nggak bisa? Terus ngomong mau belajar bahasa Inggris buat apa? Kalau kosa-kata belum di hafalin."

"Susah," jawab Haruto. "Gue nggak ngerti."

"Lima kata udah?" Yedam menunjukkan lima jari telapak tangannya di hadapan Haruto.

"Yes, no, why, you, i love you." Haruto menekuk satu-satu jari Yedam sambil menjawabnya.

Sabar, sabar. Pacar sendiri, batin Yedam.

WHY - Harudam /END.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang