17. Jauhi

1.1K 172 83
                                    

Sedari tadi Yedam sudah berdiri di samping gerbang sekolah menunggu seseorang yang entah kenapa orangnya nggak datang-datang juga ke sekolah. Padahal 10 menit lagi masuk.

Kalau bukan karna pesanan bekal dari mama nya Yedam tidak akan mau bertemu dengan sosok yang membuatnya menunggu kemarin.

"Akhirnya datang juga lo," Yedam mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya dan menunggu Haruto memarkirkan motornya.

Haruto berjalan kearah Yedam yang sekarang berdiri di samping pohon berdekatan dengan gerbang. Tapi pandangan mata Haruto tak melihat ke Yedam lebih tepatnya dia menghiraukan Yedam.

Haruto melewati Yedam begitu saja padahal Yedam mau berucap karna terlihat mulut Yedam terbuka sedikit.

Yedam melongo dengan gaya keangkuhan Haruto saat ini. Aneh aja gitu dia sama sekali tidak merasa salah dengan perbuatannya kemarin.

Yedam mengejar Haruto yang sudah berjalan duluan, "Heh!" Yedam memegang bahu Haruto.

Haruto berhenti membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Yedam.

"Ini bekal buat lo," Yedam menunduk dengan tangan yang terulur. "Dari Mama. Semangat katanya. Kalau nggak mau juga gakpapa gue bakal kasih ke Asahi."

Haruto langsung mengambil bekal itu dari tangan Yedam, tanpa berucap apapun Haruto langsung berbalik lagi. Dia melangkah pergi meninggalkan Yedam yang sekarang menatap punggungnya dengan tatapan sayu.

"Yang seharusnya marah tuh siapa sih? Gue atau lo? Padahal kemarin lo yang ninggalin gue. Atau emang benar lo cuman bercanda dengan deketin gue?"

Yedam nggak habis fikir dengan ide Mama nya yang mau menjodohkan dia dengan Haruto. Padahal Mama nggak tau asal usul keluarga Haruto karna Yedam juga nggak tau keluarga Haruto.

"Mama kaya nya salah deh kalau mau jodohin, lagian siapa juga yang bakalan suka sama dia. Orang nyebelin gitu."

🌻🌻🌻

"Kok tiba-tiba hujan?" Yedam memandangi langit yang sekarang tiba-tiba mendung padahal tadi cuacanya cerah. Yedam menghela nafas panjang sebelum akhirnya menunduk dengan kaki yang dia mainkan.

"Belum pulang?"

Yedam terjingkat kaget mendengar suara seseorang di sampingnya.

"Kotak bekalnya," Haruto meletakkan kotak makannya di samping Yedam duduk. "Bilang makasih ke Mama."

Yedam mengalihkan pandangannya ke jalan. Menatap air hujan yang berjatuhan dari atas langit. Duduk di halte seorang diri dan tiba-tiba ada Haruto membuatnya kesal.

Haruto melepaskan jaketnya memasangkannya ke bahu mungil Yedam, "Dingin."

Yedam melepaskan jaket yang tadi Haruto sampirkan di bahunya. Meletakkan jaket itu di sampingnya.

"Kita selesaikan sekarang."

Yedam tidak bergeming membuat Haruto kesal sendiri.

"Jangan bikin gue marah."

"Kita selesaikan hubungan kita," Yedam mengambil kotak bekal bekas Haruto dan memasukkannya ke dalam tas. "Jangan ganggu gue."

"Kenapa?"

Yedam berdiri dan melewati Haruto saat bus baru saja berhenti, "Hubungan kita hanya main-main."

Grep!

Haruto menggenggam pergelangan tangan Yedam kuat, "Buat lo main-main?"

Yedam mencoba melepaskan genggaman Haruto yang bikin pergelangannya sakit.

WHY - Harudam /END.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang