Part 01

9.7K 509 50
                                    

"Lo kayak Anjing kelaparan tau. Dateng pas butuh doang."

Don't plagiarisme!

.
.

.

HAPPY READING

Langkah kaki dengan suara sepatu seirama mengundang keramaian di koridor yang semula sudah ramai tambah ramai saat sekumpulan primadona SMA Wijayakusuma datang. SMA elit serta segudang prestasi yang diraih.

Berjalan dengan langkah angkuh, wajah datar dan terkesan cuek. Mereka adalah empat gadis yang dipuja-puja kaum Adam atas kecantikan mereka serta empat laki-laki yang sama dipuja-puja kaum hawa atas ketampanan mereka yang tidak manusiawi.

Sebenarnya mereka tidak dalam daftar anak baik-baik melainkan anak nakal yang sering membuat onar dan masalah. Tetapi tentang masalah berpakaian mereka selalu nomor satu kecuali kalau mereka sedang buru-burunya mereka akan seperti anak nakal pada umumnya. Hem putih yang dimasukkan kedalam rok/celana abu-abu. Dasi rapi. Bersabuk dan sepatu pantofel hitam polos.

"Vian sama gue ke ruang OSIS dulu." Ucap Raya.

Soraya. Gadis paling pendiam tetapi lebih menonjol dari ketiga teman perempuannya. Rambut hitam lurus sedikit bergelombang di ujung rambut ditata sangat rapi terurai. Bola mata yang besar dan sedikit sayu, pipi sedikit berisi meskipun bentuk wajahnya lonjong serta bibir ranum berbentuk hati selalu membuat kaum Adam mengatakan 'sempurna'.

"Jangan pada bolos upacara. Awas aja sampai ketahuan, gak gue bantu." Kata Vian.

Karvian, laki-laki tampan tapi sayangnya cuek dan judes pada orang lain. Pada sahabat-sahabatnya saja sama kecuali, pada gadis di sebelahnya. Sifatnya sedikit ia kurangi dan lebih peka terhadap gadis itu.

"Ya Allah bos! Gitu amat sama temen. Gak pren Lo mah." Dio. Laki-laki yang sering bolos mapelnya Pak Himawan guru IPA. Dio adalah laki-laki humoris sebenarnya tapi karena ia sedang ingin mengikuti teman-temannya yang selalu berwajah datar ia mengikuti saja. Dengan begitu fans nya akan bertambah, itu menurut Dio.

"Masuk nanti, Yo. Dikelasnya Pak Himawan, ada ulangan loh." Kata Zaidan. Gadis campuran indo Amrik. Wajah Barbie able tapi sifatnya 11/12 kayak Dio. Sableng. Cengengesan. Zaidan ini selalu memponi rambutnya. Kalau kata Zai itu, dahi gue lebar anjir! Mending pakek poni imut wajah gue jadinya.

"Masuk lo! Gak gue kasih contekan." Ujar Agam. Laki-laki 11/12 sama kayak Vian. Tapi Agam lebih ke irit omong kayak Raya tapi Agam kadang menimpali ucapan teman-temannya. Laki-laki dengan wajah mirip kayak kucing tapi wataknya kayak harimau.

"Kenapa kalian semua sangat jahat kepada ku?" Ujar Dio drama.

"Jijik anjir!" Jenny. Mba crusnya mas-mas yang senyumnya kayak dia, mirip. Kalau kata orang kalau mirip itu berarti jodoh, pikir Jenny. Gadis ini dalam kategori galak dan mulutnya ceplas-ceplos. Ditambah Jenny tipe-tipe wajah julid. Matanya yang kayak kucing serta tajam. Pipi gembul kayak cimol serta tubuh yang kecil tapi ideal.

"Tobat Yo, gak kasian sama bapak ama Mak Lo apa? Kalau gak kasiani gue aja yang sering jadi pelampiasan Mak Lo kalau Lo berantem sama Mak Lo." Haiden itu temen deketnya Dio. Rumah Deket. Orang tua Deket. Pokoknya semua Deket. Bedanya sifat mereka gak sama. Dio yang geblek. Haiden ya yang tebar pesona sana sini. Udah gak tinggi sok ganteng. Kasian kalau menurut Zaidan.

"Ini ceritanya Lo gak seneng jadi sahabat gue gitu? Kok Lo gitu sih sama gue? Kita itu berjuang dari kecil. Tumbuh besar bersama." Ujar Dio yang hanya dibalas oleh gelengan dan helaan nafas dari teman-temannya.

TEENAGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang